Seorang pelayan wanita yang bersembunyi di belakang kulkas dapur langsung diseret keluar oleh pengawal Keluarga Yanuar."Katakan! Kenapa kamu bersembunyi di belakang sana?!" Pengawal langsung menyeret pelayan wanita itu ke hadapan Jason dan melemparkannya ke lantai.Pelayan wanita yang sudah dalam posisi terjatuh ke lantai itu berkata dengan ekspresi panik, "Tuan ... Tuan Muda! Aku ... aku ... nggak melakukan apa-apa ...."Jason menundukkan kepalanya, menatap pelayan wanita itu dengan sorot mata dingin seolah sedang menginterogasi seseorang.Pengawal itu kembali mewakili majikannya dan bertanya, "Cepat berbicara dengan jujur kepada Tuan Muda! Kalau kamu nggak melakukan apa-apa, kenapa kamu bersembunyi?"Saking ketakutannya, sekujur tubuh pelayan itu bergetar dengan kencang. Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara bergetar, "Karena aku takut ...."Melihat pelayan wanita itu berbicara dengan terbata-bata, pengawal itu kembali membentaknya ....Jason mengangkat tangannya, mengh
Pelayan wanita yang memberi kesaksian palsu itu adalah pelayan wanita yang menyuguhkan kopi kepadanya tadi!Karena mengikuti pelayan wanita inilah, dia baru masuk ke dalam dapur.Begitu dia masuk ke dalam dapur, pelayan wanita itu langsung menghilang.Awalnya, dia merasa aneh karena pelayan wanita itu menghilang secara tiba-tiba. Sekarang, dia sudah mengerti. Ternyata, pelayan wanita itu bersembunyi di belakang kulkas terlebih dahulu dan menunggu saat yang tepat untuk memberi kesaksian palsu!'Hah, pelayan wanita itu juga merupakan pion Kalana, benar-benar perangkap yang menarik!'Sekarang, dia memang sulit untuk membela diri, juga tidak ada yang perlu dia katakan lagi. Karena bukti dan saksi tidak menguntungkan dirinya. Dia hanya bisa menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk menyelidiki kebenaran kasus ini dengan cara profesional dan membuktikan dirinya tidak bersalah.Saat anggota kepolisian dan tim forensik tiba di lokasi tempat kejadian perkara, tentu saja mereka akan me
Melihat Pamela tiba-tiba berjalan menghampirinya, Kalana segera memeluk "mayat" Revan dengan erat dan memasang ekspresi seolah-olah terancam dan berkata dengan terisak, "Pamela, kamu .... Apa yang ingin kamu lakukan? Revan-ku sudah meninggal dunia, apa lagi yang ingin kamu lakukan pada Revan?! Jangan mendekat!"Pamela tidak beromong kosong dengannya lagi, dia langsung menarik lengan Kalana yang sedang memeluk bocah itu dengan erat. "Jangan mengganggu! Aku lihat dulu apakah ada kemungkinan putramu masih bisa diselamatkan!"Kalana tertegun sejenak, lalu makin mewaspadai pergerakan Pamela. Dia berteriak dengan terkejut, "Apa? Kamu mau lihat apakah Revan masih bisa diselamatkan? Pamela, kenapa kamu begitu pandai berakting?!""Jelas-jelas kamu yang sudah membunuh Revan-ku. Sekarang, mendengar kakakku sudah lapor polisi, kamu malah berpura-pura mengatakan mau menyelamatkannya! Apa kamu nggak merasa tindakanmu itu sangat mencurigakan?!""Apa karena anggota kepolisian akan segera datang, maka
Pamela kembali menghampiri Kalana. Dia berencana untuk mengambil alih bocah dalam pelukan Kalana, lalu membaringkan bocah itu dengan rata di lantai ....Kalana memeluk Revan dengan erat. Sambil bersandar dalam pelukan Jason, dia berpura-pura memasang ekspresi menyedihkan. "Jangan sentuh anakku! Pamela, aku mohon padamu, jangan menyakiti anakku lagi!"Pamela sama sekali tidak tertarik menyaksikan akting menyedihkan wanita itu. Tanpa melirik wanita itu sama sekali, dia berkata dengan tenang, "Seharusnya sekarang aku masih bisa menyelamatkan nyawa anak ini. Kalau kamu benar-benar mencintai anakmu, sebaiknya dengarkan aku, baringkan anak ini dengan rata."Tanpa perlu dipertanyakan lagi, tentu saja Kalana tidak akan kooperatif.Dia sama sekali tidak percaya Pamela bisa menyelamatkan anak ini. Biarpun dia percaya, dia sama sekali tidak berharap anak ini hidup lagi!Melihat Kalana enggan kooperatif, Pamela juga tidak berharap wanita yang berpura-pura baik itu memiliki sedikit pun hati nurani
Walaupun Jason setuju membiarkan Pamela mencoba untuk menyelamatkan Revan, tetapi dia tetap waspada pada wanita itu.Sambil mengamati apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu, dia memerintahkan seorang pelayan yang berada di sampingnya untuk merekam keseluruhan proses ini menggunakan ponsel. Nanti, begitu anggota kepolisian tiba di lokasi, dia akan menyerahkan video rekaman itu kepada anggota kepolisian, agar Pamela tidak melakukan trik-trik tertentu untuk membebaskan dirinya dari tuntutan hukum dan tidak mengakui perbuatannya lagi!....Setelah bocah itu dibaringkan dengan rata di lantai, Pamela berjongkok, lalu membuka kelopak mata Revan untuk memeriksa mata bocah itu. Kemudian, dia melakukan penyelamatan darurat pada bocah itu dengan sangat teliti.Kalana bersandar dengan tidak berdaya dalam pelukan kakaknya. Sambil terisak, dia mengamati pergerakan Pamela dengan ekspresi cemas ....Sebenarnya, dia sama sekali tidak memedulikan hidup dan mati bocah itu. Dia hanya berakting sedih un
Perlahan-lahan, orang-orang yang tadinya masih menaruh secercah harapan merasa sangat kecewa. Sorot mata amarah seolah sudah dipermainkan tampak jelas di mata mereka.Para pelayan Keluarga Yanuar mulai berdiskusi satu sama lain dengan tidak senang ...."Kulihat sama sekali nggak ada pergerakan, nggak ada tanda-tanda bisa hidup kembali.""Wanita itu memang nggak bisa dipercaya! Dia hanya sedang mengelabui kita saja!""Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa hidup kembali hanya dengan memakan sebutir pil obat kecil aneh itu? Kalau pil obat itu berkhasiat untuk membangkitkan orang yang sudah mati, para dokter sudah nggak dibutuhkan lagi!""Ya, benar! Padahal Tuan Muda sudah memberinya kesempatan untuk mencoba. Wanita itu jelas-jelas sedang mempermainkan Keluarga Yanuar!"Ekspresi Jason berubah menjadi muram dan dingin. 'Sesuai dugaanku'. Dia menyipitkan matanya dan menatap Pamela untuk melihat apakah wanita itu merasa malu dan bersalah atau tidak.Melihat hasil yang dinantikannya, Ka
Bocah itu sudah membuka matanya. Namun, bagaimanapun juga, bocah itu sudah hampir mati. Jadi, wajahnya sangat pucat dan terlihat sangat lemah.Setelah tertegun sejenak, seluruh anggota Keluarga Yanuar langsung mengerumuni bocah itu untuk melihat kondisinya ....Melihat bocah itu sudah sadar kembali, saraf-saraf Pamela yang tadinya menegang sudah bisa rileks. Dia berdiri, lalu secara natural bersandar pada tubuh Agam dan menghela napas lega.Di saat seperti ini, Agam juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia mengangkat lengannya dan memeluk gadis-nya dengan lembut sambil merapikan rambut gadis-nya.Walaupun terkejut bukan main, Kalana tetap melanjutkan aktingnya. Dia berjongkok di samping bocah itu, lalu berkata sambil menyeka air matanya, "Revan, syukurlah kamu sudah sadar kembali! Ibu mengira kamu akan meninggalkan Ibu .... Ibu benar-benar sangat mengkhawatirkanmu ...."Awalnya, Revan tampak kebingungan dan mengamati sekeliling, seolah-olah tidak mengerti apa yang telah terjadi.Na
....Mobil ambulans dan mobil polisi tiba di kediaman Keluarga Yanuar pada saat bersamaan.Para staf medis memasuki kediaman Keluarga Yanuar terlebih dahulu. Setelah memeriksa luka bocah itu dan menanyakan langkah pertolongan pertama apa yang telah diambil oleh pihak keluarga, staf medis memuji pihak keluarga melakukan langkah pertolongan pertama dengan tepat. Staf medis juga mengatakan bahwa kalau pertolongan pertama tidak dilakukan, mungkin bocah itu sudah tidak terselamatkan lagi!Saat mendengar pujian dari dokter, Jason memiringkan kepalanya dan melirik Pamela. Sorot mata rumit tampak jelas di mata pria itu.Karena bocah itu kehilangan cukup banyak darah dan luka di bagian belakang kepalanya perlu dijahit, para staf medis segera membawa Revan ke atas tandu dan membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara menyeluruh.Jason berpesan pada Calvin untuk menemani bocah itu ke rumah sakit terlebih dahulu, sedangkan dia sendiri tetap berada di rumah untuk ber
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen