Dikra terkejut sehingga menjelaskan dengan canggung dan panik, "Em .... Apa ini rumahnya Pak Agam? Aku datang mencari istrinya Pak Agam."Datang mencari Pamela?Sekarang asal ada yang mengungkit Pamela, Olivia akan kesal, jadi dia melirik Dikra dengan tatapan sinis. "Ngapain kamu mencarinya?"Dikra juga mengamati Olivia, melihat dia berpakaian mereka, juga cantik, ditambah sikapnya yang sombong, bisa diketahui kalau dia pasti nona dari keluarga kaya.Dikra pun ada sebuah tebakan. "Nona, tadi kamu bilang ini rumahmu, 'kan? Apa ... kamu adalah istri Pak Agam?"Olivia mengerutkan alisnya, dia baru menyadari pria ini sepertinya tidak tahu siapa istri kakaknya, juga tidak tahu tampang istri kakaknya. Jadi, Olivia tidak menjelaskan, hanya bertanya balik, "Memangnya ada apa?! Untuk apa kamu mencari istri Pak Agam?"Dikra kira dirinya sudah menemukan orang yang benar, jadi menunjukkan senyum menyanjung. "Nyonya, begini, ya. Ini mengenai masalah Pak Agam, aku merasa kamu pasti tertarik untuk me
Karena sudah lama tak bertemu, kepala Universitas Padalamang saling menyapa, baru mengatakan hal penting, "Pamela, Senin depan adalah acara wisuda tingkatan kalian. Kamu sebagai lulusan berprestasi harus membawa keluargamu ikut acara wisuda. Universitas berharap kamu dan keluargamu bisa berpidato di panggung, juga berbagi tentang perjalanan suksesmu dalam belajar."Pamela menolak dengan sopan, "Maaf, Pak, aku nggak punya orang tua.""Bagaimana mungkin nggak punya orang tua? Kamu jangan asal ngomong, di dokumenmu jelas-jelas tertulis ayah dan ibu tirimu masih hidup!""Pak, aku ...."Dari telepon terdengar ada orang yang memanggil kepala universitas, jadi kepala universitas menjawab "ya". Lalu, dia buru-buru berkata, "Pamela, ingat Senin nanti bawa keluargamu datang lebih awal, jangan telat!"Selesai berbicara, kepala universitas menutup telepon.Pamela merasa agak kesal, dia memang punya orang tua, tetapi orang tua itu sama seperti tidak ada!Karena sejak kecil sampai besar, Darius tida
Agam memandanginya dengan penuh ketertarikan dan tersenyum samar.Pamela akhirnya berhasil memakaikan dasi untuk Agam, lalu dia menengadahkan kepala untuk memelototi pria itu. Tiba-tiba, Pamela teringat sesuatu dan bertanya, "Paman, apa Senin depan kamu ada waktu?""Nggak ada," jawab pria itu dengan cepat, nada bicaranya juga dingin.Pamela mengatupkan bibir, juga tidak mengatakan urusannya lagi. Namun, Pamela sengaja menarik miring dasi Agam, lalu pergi.Pria mengerutkan alis, lalu merapikan dasinya. "Ada apa? Apa kamu ada urusan pada Senin depan?"Pamela menoleh untuk melihat Agam, lalu berpikir lagi. Meskipun Paman ada waktu, pria itu harus pakai status apa untuk menemaninya pergi ke acara wisuda?Selain itu, status pria itu sangatlah terhormat, kalau dia pergi, pasti akan menarik perhatian banyak orang!"Nggak apa-apa, aku hanya tanya saja!" kata Pamela dengan tak senang.Agam juga tidak tanya lagi, hanya berjalan sampai depannya untuk mengangkat dagunya dengan kuat, lalu bertanya
Di panggung, mahasiswi berprestasi bernama Isabella Yamano dari akademi musik Universitas Padalamang membawa ayahnya berpidato.Ayah dan putri itu merasa sedih, senang, juga terharu terhadap kehidupan empat tahun di universitas."Ayah Isabella terlihat sangat muda! Juga sangat tampan!""Isabella adalah primadona di Universitas Padalamang, nggak usah dipikir pun tahu kalau gen orang tuanya pasti bagus!""Waw, ayah Isabella bilang mau menyumbang tiga piano untuk akademi musik! Kaya sekali dia!""Benar-benar iri dengan kehidupan Primadona Isabella! Dia memiliki latar belakang baik, orang tua memanjakannya, juga cantik dan memiliki prestasi baik dalam belajar!"Setelah Isabella selesai berpidato dengan ayahnya, dia pun mendengar pujian dan kecemburuan dari mahasiswa di bawah panggung. Hal ini membuat Isabella merasa bangga, bahkan turun dari panggung dengan sikap percaya diri.Di belakang panggung, dia melihat Pamela yang berada di paling akhir dan menunggu berpidato di akhir.Menurut kebi
"Nggak hanya tampan, juga memiliki temperamen yang kuat. Apa dia adalah tamu misterius yang diundang universitas?"Tepat ketika Pamela hampir selesai berpidato, dia merasa respons para mahasiswa menjadi aneh, mereka sepertinya sedang menatap ke belakangnya.Pamela pun menoleh untuk melihat, lalu dia tercengang!Paman?! Kenapa dia bisa datang?Agam meliriknya dengan rasa menarik, lalu berjalan ke depan. Sosok yang tinggi berdiri di samping Pamela, lalu dia mengatur ketinggian mikrofon dan berbicara dengan suaranya yang serak, "Halo semuanya, sebagai wali Pamela, kedatanganku hari ini ingin berterima kasih pada Universitas Padalamang yang mendidik dan menjaga Pamela. Karena waktuku nggak banyak, jadi nggak bisa berbicara lama di sini. Aku umumkan aku akan menyumbang satu gedung eksperimen untuk Universitas Padalamang dengan nama Pamela, dengan begitu bisa menyampaikan rasa terima kasihku pada Universitas Padalamang."Dalam hati Pamela bergumam, 'Ada apa dengan Paman?'Semua orang terceng
"Dia itu wanita jalang!"Olivia tidak mau mengatakan kalau Pamela adalah istri kakaknya, karena dia tidak mengakui Pamela sebagai kakak iparnya!Wanita itu agak canggung, juga tidak tahu kenapa Olivia begitu benci pada Kak Pamela. "Em .... Olivia, omong-omong keluargamu sungguh kaya, bahkan sumbang satu gedung pun nggak merasa sakit hati!"Keluarga Dirgantara selalu bersikap rendah hati, meskipun orang-orang di universitas tahu Olivia adalah putri dari keluarga kaya, tidak ada yang tahu keluarganya adalah keluarga kelas satu, juga tidak ada yang tahu kalau kakaknya adalah tuan muda Keluarga Dirgantara yang bernama Agam!Sekarang Olivia tidak ingin mendengar sanjungan mereka, hanya bertanya, "Apa kakakku masih ada di sini?"Wanita itu berkata, "Seharusnya di kantor kepala universitas untuk membahas masalah menyumbang bangunan!"Olivia berdiri dan segera keluar dari kelas, lalu dia menelepon Dikra dengan marah ...."Halo! Bukankah kamu bilang mau membuat kak ... uhuk ... membiarkan suami
Ketika mendengar ada yang memanggil dirinya, Pamela pun menoleh.Pria ceria yang tampan mengejarnya sampai terengah-engah ....Pria itu adalah adik kelas tahun ketiga.Pamela bertanya dengan bingung, "Ricky, ada apa? Kenapa kamu mencariku?"Pria yang malu itu memegang kepala sendiri, lalu tersenyum tulus. "Kak Pamela, selamat atas kelulusanmu!"Pamela tersenyum. "Ya, terima kasih."Ricky masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia memperhatikan di samping Pamela ada pria yang auranya sangat mengerikan. "Em .... Kak Pamela, siapa dia?"Pamela menjawab tanpa berpikir banyak, "Oh, dia adalah pamanku!"Agam, "..."Setelah mendengar itu pamannya Pamela, Ricky langsung menyapa sambil memberi hormat, "Halo, Paman!"Tatapan Agam terlihat sangat dingin, bahkan masam, tetapi dia tidak menghiraukan Ricky.Ricky juga tidak peduli padanya, hanya berkata dengan wajah agak merah, "Kak Pamela, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu saja. Bolehkah?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Paman, tunggu aku se
Olivia berpikir sejenak, lalu berkata, "Kakak Ipar, hari ini adalah acara wisudamu, apa kamu nggak merayakannya?"Pamela menguap. "Nggak mau, lagian apa yang perlu dirayakan?!"Olivia malah mendekatinya dengan sikap menyanjung, bahkan menggandeng lengan Pamela dengan antusias. "Kakak Ipar, sangat susah untuk menyelesaikan kuliah, sebaiknya kita pergi merayakannya! Aku tahu ada satu mal yang menjual banyak barang baru dengan edisi terbatas, bagaimana kalau kita pergi ke sana jalan-jalan?"Pamela menundukkan kepala untuk melihat tangan Olivia yang menggandeng dirinya, lalu mengerutkan alis karena merasa aneh. "Sekarang kamu ingin aku menemanimu kamu jalan-jalan?"Olivia menganggukkan kepalanya dengan penuh harapan. "Ya! Lagian kita juga nggak ada kegiatan di rumah kalau pulang begitu cepat! Kakak Ipar, temanilah aku jalan-jalan!"Jarang sekali adik ipar ini menyanjungnya. Kelak, kalau bisa berhubungan harmonis dengan Keluarga Dirgantara, dia juga tidak perlu repot-repot mengatasi ganggua
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen