Share

Bab 5

Penulis: Hargai
Agam mendongakkan kepalanya. Dia menyipitkan matanya untuk menatap tajam balkon kecil yang saat ini sudah kosong.

Setelah diam beberapa saat, dia memberi perintah dengan suara lirih, "Bawa mereka masuk dulu!"

Ah, ini ....

Ervin tercengang, tetapi dia tidak berani mempertanyakan perintah Agam. Jadi, dia melambaikan tangan kepada pengiring pengantin di belakangnya.

"Kalian ikut aku masuk dulu!"

Suasana berubah ramai saat rombongan pengiring pengantin dari Keluarga Dirgantara dihalangi oleh pengiring pengantin Keluarga Alister di pintu masuk untuk saling bertukar pantun.

Tidak ada yang menyadari kalau pengantin pria yang sebenarnya malah pergi ke pintu belakang kediaman Keluarga Alister.

Pintu belakang kediaman Keluarga Alister.

Seorang wanita menyelinap keluar dengan langkah santai tanpa memperhatikan sekitarnya, sambil menyenandungkan lagu pernikahan.

Baru melangkah beberapa langkah, bagian belakang kerah lehernya ditarik oleh sesuatu dan tubuhnya terangkat. Kakinya menjuntai di udara, seperti ayam yang mau disembelih.

"Mau lari?"

Suara pria itu sangat rendah dan magnetis, tetapi menyalurkan bahaya yang kuat saat terdengar di telinga.

Punggung Pamela tepat menghadap orang yang mengendap-endap ke arahnya. Dia langsung mengenali siapa pemilik suara itu. Dia adalah Agam!

Dengan pandangan sekilas dari jauh, Agam benar-benar telah mengenalinya!

Akan tetapi, semua itu tidak masalah. Pamela sudah menyiapkan rencana keduanya.

Pamela menoleh ke arah Agam yang berada di belakangnya dan berkata terbata-bata, "Pa ... Paman. Kamu ... siapa? Ke ... kenapa ... kamu menarikku?"

Melihat wanita itu menoleh kepadanya, Agam tertegun. Dia melihat wajah yang sangat jelek. Sontak, cengkeraman tangannya terlepas.

Wanita di depannya memiliki tahi lalat yang sangat besar di wajahnya. Alisnya dan bibirnya sangat tebal, bahkan matanya dirias dengan perona mata warna-warni.

Penampilan jeleknya sangat khas, bahkan jauh lebih jelek dan unik dari pemeran terjelek yang pernah muncul di film.

Pamela melihat bahwa ekspresi Agam berubah ketika melihat wajah jeleknya. Dalam hati, dia merasa senang!

Dia berpura-pura bodoh dan berkata, "Paman datang kemari untuk menjemput pengantin? Paman salah masuk. Paman harus lewat pintu depan. Pengantin paman sudah menunggu di dalam!"

Agam menyipitkan matanya dan menatap dingin pada wanita buruk rupa di depannya, hampir percaya dengan kebohongannya.

Sudut bibir tipis pria itu terangkat membentuk seringai, lalu berkata dengan pelan, "Benarkah? Tapi kenapa kamu pakai cincin tunangan milik Keluarga Dirgantara?"

Setelah mengatakan itu, Agam menarik tangan Pamela dan mengangkatnya. Dia mengamati cincin berlian di jari manisnya dengan tatapan dingin!

Pamela terdiam tidak tahu harus menjawab apa, "..."

Gawat! Semuanya benar-benar berakhir!

Bukannya dia ceroboh atau lupa melepasnya, tetapi cincin ini memang sudah melekat erat di tangannya. Dia tidak bisa melepaskannya bahkan setelah menggunakan sabun!

Mata tampan Agam menatapnya dengan dalam. Dia bisa melihat apa yang Pamela pikirkan dan kembali berbicara untuk menjawab keraguan di dalam benak Pamela.

"Nggak usah menyia-nyiakan tenagamu. Cincin itu terbuat dari platina yang dicampur dengan bahan khusus. Membutuhkan minyak esensial khusus untuk melumasinya biar bisa dilepas."

Pamela menggertakkan giginya karena marah. Benar-benar menyesatkan!

Baiklah! Karena tidak bisa mengelak, dia akan mengakuinya!

"Paman, terus terang saja. Aku tahu paman nggak benar-benar ingin menikah denganku. Paman cuma butuh istri di atas kertas untuk beberapa alasan, 'kan?"

Agam tidak menjawab, merasa kalau wanita ini cukup cerdas.

Pamela mengerucutkan bibirnya dan berkata, "Begini saja, kakakku yang bernama Jovita sangat bersedia menikah denganmu. Dia lebih cantik dariku, memiliki tubuh langsing. Paman nggak bakal rugi kalau menikah dengannya!"

Agam menyipitkan matanya. Gadis ini sepertinya benar-benar tidak ingin menikah dengannya.

Dia bahkan menghindarinya?

Gadis ini memberinya kesan menarik.

Selama ini, ketika para wanita melihat Agam, mereka akan melakukan semua yang mereka bisa untuk mendapatkan perhatian Agam dan menjadi wanitanya!

Namun, yang Agam inginkan adalah wanita yang tidak akan mengganggu dan merepotkannya.

Bibir tipis Agam terangkat membentuk seringai. Lalu, dia berkata, "Wanita yang akan aku nikahi adalah wanita yang di tangannya ada cincin ini."

Pamela mengerutkan kening, lalu menjawab, "Gampang kalau begitu. Ambilkan minyak esensial khusus yang kamu bilang itu. Aku akan mengeluarkannya dan mengembalikannya padamu. Kamu tinggal memakaikannya ke tangan Jovita!"

Agam menjawab, "Aku nggak punya."

"Kalau begitu pergi dan belilah!"

"Produknya sudah nggak dijual lagi. Nggak akan bisa kebeli!"

"Oh, begitu ...." Pamela menggertakkan giginya, lalu tersenyum. Dia menyentakkan tangannya ke atas untuk menunjuk ke belakang pria itu, "Paman, lihat! Ada sapi terbang!"

Wajah serius Agam tertarik sambil tersenyum.

Kekanak-kanakan.

Detik berikutnya, Pamela yang berniat melarikan diri tiba-tiba ditarik dari belakang oleh pria itu. Tubuhnya terangkat dan Agam membawanya pergi tanpa memedulikan posisi Pamela.

Pamela masih mengentakkan kakinya untuk melawan.

...

Di sisi lain, Ervin baru saja masuk ke ruang tamu Keluarga Alister dengan rombongan pengiring pengantin pria. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Agam.

Dia menghentikan langkah kakinya, menjawab telepon dengan hormat. Ekspresi Ervin terlihat serius. Setelah itu, dia berbalik diikuti oleh pengiring pengantin lainnya.

Melihat hal ini, Wulan yang sedang merasa bangga terkejut. Dia buru-buru mengejarnya dan bertanya padanya, "Permisi, Tuan Ervin. Pengantin wanita sedang menunggu di dalam. Kalian mau ke mana?"

Ervin menatap Wulan dan berkata, "Tuan muda sudah bertemu dengan pengantin wanita secara langsung."

Wulan bingung, "Sudah bertemu? Nggak mungkin! Jovita masih di dalam rumah!"

Ervin menjawab sambil mengerutkan kening, "Jovita? Nyonya, sepertinya nyonya salah paham. Nona Alister yang akan dinikahi tuan muda bukan bernama Jovita!"

Setelah mengatakan itu, Ervin dengan dinginnya melewati Wulan dan pergi bersama pengiring pengantin pria lainnya tanpa menoleh ke belakang.

Wulan tertegun di tempat, wajahnya pucat pasi.

Apa?

Pengantinnya salah?

Keluarga dan teman-teman yang hadir mulai mengatai mereka ....

Darius yang baru saja dikelilingi oleh sanak saudaranya dan disanjung oleh mereka, kini menjadi bahan olok-olok!

Darius kehilangan harga dirinya. Raut wajahnya benar-benar terlihat sangat masam. Begitu menoleh, dia melampiaskan kemarahannya pada Wulan yang telah memintanya untuk merayakan pernikahan ini secara besar-besaran.

"Wulan! Apa yang terjadi?! Bukankah kamu bilang kalau orang yang akan dinikahi Tuan Agam adalah Jovita?"

Wulan menjawab dengan polos, "Aku ... aku nggak tahu kenapa bisa seperti ini! Hari itu, ketika orang dari Keluarga Dirgantara datang untuk mengantarkan mahar, dia bilang mau menikahi putri kita. Dia bahkan mengirimkan maharnya ke rumah. Darius, bukankah kamu juga lihat sendiri?"

Darius langsung menampar Wulan dengan keras.

"Kamu mempersiapkan segalanya tanpa memastikan dulu. Harga diri Keluarga Alister sudah dipermalukan olehmu!"

Sementara Jovita yang tidak kunjung bertemu dengan mempelai prianya juga mendengar keributan di luar. Dia keluar dari kamarnya sambil menyeret gaun pengantinnya untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Ayah ... Ibu! Apa yang kalian lakukan?! Di mana mempelai prianya? Mana Tuan Agam?"

"Jovita, orang-orang Tuan Agam mengatakan kalau ada kesalahan. Mereka sudah bertemu dengan pengantin wanita dan pergi begitu saja!"

Jovita terkejut. "Apa? Ibu, bagaimana bisa ada kesalahan untuk hal seperti ini? Bukankah Tuan Agam akan menikahiku?"

Wulan menutupi wajahnya yang terluka akibat tamparan Darius, lalu menjawab, "Jovita, jangan salahkan aku. Pikiran aku juga sedang kacau ...."

Mereka yang sejak awal tidak menyukai kelakuan jahat Wulan dan Jovian dari Keluarga Alister ini pun mulai mencibir.

"Jovita, masalahnya sudah begini. Jangan terlalu percaya diri. Kalau dipikir-pikir, kamu juga pasti tahu, bagaimana mungkin orang sehebat Tuan Agam bisa menikahi aktris yang banyak gosip sepertimu!"

"Aku juga penasaran, bagaimana mungkin kamu bisa menjalin hubungan dengan Keluarga Dirgantara yang merupakan keluarga terbaik itu. Ternyata itu hanya khayalanmu saja!"

"Jovita, sebaiknya kamu kembali syuting saja! Lagi pula, hanya di drama kamu bisa menikah dengan pria kaya yang kamu inginkan! Hahaha ...."

Jovita tidak tahan dengan cibiran memalukan dari kerabatnya. Dia memelototi Wulan dengan sinis, lalu menyembunyikan diri di kamarnya.

Dia sangat kesal! Dia sudah tidak punya keberanian untuk bertemu orang lain setelah ini!

Akan tetapi, kenapa bisa terjadi kesalahan seperti ini?

Bukankah Tuan Agam sudah memberinya cincin?

Tidak.

Dia tidak percaya, dia tidak percaya! Wanita mana yang dibawa pergi oleh Tuan Adam?

Siapa dia?

Apa dia juga bermarga Alister dan tinggal di sekitar sini?
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Magdalena Sipassy
baik kisah ini
goodnovel comment avatar
Magdalena Sipassy
hancur hati yovita yah itulah bila ibu tiri tidak adil jahat pd anak tiri lanjutceritanya
goodnovel comment avatar
Lia Pulungan
kasiaj si wulan sama jovita hahahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 6

    Sinar matahari terbit mulai turun di ujung barat dan malam mulai menyelimuti bumi.Keluarga Dirgantara.Ranjang baru yang besar sudah tertata rapi di kamar pengantin yang tak kalah besarnya.Setelah Pamela dibawa ke kediaman Keluarga Dirgantara, Agam menyerahkannya kepada beberapa pelayan dan memerintah beberapa pelayan itu."Bawa dia pergi untuk didandani!"Para pelayan mengerumuninya, mulai dari membasuh dan merias wajahnya, lalu memakaikannya gaun pengantin dan menutup kepalanya dengan tudung pengantin berwarna putih.Setelah kepalanya ditutup dengan tudung pengantin, Pamela hanya bisa melihat warna putih di depan matanya. Saat menunduk, Pamela akan melihat sepatu kulit yang indah dan mahal milik pria di depannya.Nada rendah pria itu terdengar di telinganya, "Bersikap patuhlah. Aku nggak akan melakukan apa pun padamu."Katanya seperti sedang menenangkannya, tetapi penuh dengan tekanan yang tak terlihat.Pada saat ini, Pamela sudah tahu dengan jelas bahwa, melarikan diri pun tidak a

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 7

    Agam sudah tidak berada di kamar ketika Pamela selesai memakai baju dan keluar dari kamar mandi.Dia tidak terlalu peduli ke mana pria itu pergi. Toh, mereka berdua hanya hubungan kerja sama.Ketika waktu tiga bulan habis, mereka akan berpisah dan tidak akan saling mengganggu satu sama lain.Setelah mengunci pintu kamar, Pamela langsung tertidur.Keesokan paginya.Pamela dibangunkan oleh suara pelayan Keluarga Dirgantara yang mengetuk pintu kamarnya."Nona, tuan muda memintaku untuk membawakan pakaian untuk nona! Nona ...."Suara itu sangat berisik.Pamela belum tidur hingga puas. Namun, sebagai orang yang menumpang di rumah orang lain, dia tidak punya pilihan selain bangun.Dia terpaksa harus bangun dan membuka pintu, lalu menerima baju yang dibawakan oleh pelayan itu.Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Pamela keluar dari kamarnya untuk mencari makan. Tiba-tiba, sebuah baskom berisi air dingin dengan bau amis mengguyur tubuhnya!Pada saat yang sama, suara ejekan dan cemoohan terd

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 8

    Telepon ditutup dengan tergesa-gesa. Pamela hanya mendengar suara panggilan berakhir bahkan sebelum dia sempat bertanya.Dia tidak punya pakaian lain yang bisa dikenakan. Membuka lemari pakaian, dia melihat bahwa lemari pakaian di depannya penuh dengan pakaian paman aneh.Setelah mengambil kaos putih milik pria itu secara acak dan memakainya, Pamela bergegas keluar dari rumah.Kaos pria itu cukup besar untuknya. Ujung kaos menjuntai sampai ke lutut, sehingga tidak akan terlihat aneh jika dipakai sebagai pakaian kasual yang kebesaran....Perusahaan Quentin.Pamela sedang absen dengan menempelkan sidik jarinya pada pemindai. Tiba-tiba, Vanda yang wajahnya penuh tekanan berlari menghampirinya."Pamela, akhirnya kamu datang juga! Pak Dikra minta kamu datang ke ruangannya. Siapkan mentalmu ....""Pak Dikra mencariku?"Pamela jarang sekali melihat Vanda setegang ini. Jadi, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"Vanda melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang di sekitar sebelu

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 9

    Vanda hanya merasa bahwa Pamela terlalu optimis, sementara dia sendiri telah kehilangan semua harapan.Rencana proyek yang telah dipersiapkan selama sebulan akan dibatalkan begitu saja. Meskipun sangat tidak rela, tidak ada lagi yang bisa Vanda lakukan!Sambil menghela napas dalam, Vanda berbalik ke arah dapur."Pamela, lanjutkan saja. Aku buatkan kopi biar lebih segar!""Ya, terima kasih!"Pamela menjawab dengan samar. Pada saat yang sama, sebuah laman progres berwarna merah muncul di layar hitam komputernya.Setelah laman muncul sepenuhnya, Pamela dengan cepat memecahkan kata sandinya.Dia mengklik sebuah kotak dialog tersembunyi, menekan papan ketik dan mengetik beberapa kata untuk dikirim."Ada dendam apaan sih?!"Pihak peretas terkejut dan membalas, "Kamu! Dewa macam apa kamu, sampai bisa melakukan serangan balik ke dalam sistem enkripsi level tertinggi Aliansi Apollo kami!"Ujung jari Pamela mengetik ringan, "Nggak penting siapa aku. Intinya, kenapa kamu menyerang Perusahaan Quen

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 10

    Bianca melihat Maserati mewah itu melaju dan hatinya merasa cemburu. Dia kembali ke kantor dan memberi tahu rekan-rekannya."Apa kalian tahu? Pantas saja Pamela pergi tanpa beban. Ternyata dia jadi simpanan orang kaya dan nggak peduli dengan pekerjaan ini!"Menjadi simpanan?Rekan-rekan kerja menjadi sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi. Jadi, mereka mendekat dan menanyakan situasinya kepada Bianca.Bianca melebih-lebihkan penjelasannya dengan mengatakan, "Aku berbaik hati mengantarkan barang Pamela yang ketinggalan. Tapi, aku malah melihatnya masuk ke mobil mewah edisi terbatas. Di dalam mobil itu ada pria tua dan Pamela langsung duduk di atas pangkuan pria itu begitu masuk ke dalam mobil. Gerak-gerik mereka sangat ambigu!""Pria tua? Berapa umurnya?"Bianca menjawab, "Sekitar 60 tahun!""Ya ampun. 60 tahun itu seusia kakeknya! Aku nggak nyangka kelakuan Pamela akan semurah itu!""Ckck, jangan cuma menilai seseorang dari penampilannya!"Vanda tidak tahan mendengar lebih lanjut is

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 11

    Ervin yang duduk di kursi samping pengemudi menunjukkan raut wajah yang begitu rumit. Dia memberi isyarat kepada sopir untuk menepikan mobil dan berdiri jauh dari mobil. Dia tidak mau bersikap lancang dengan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat.Pamela tertunduk muram. Tangannya meraih ujung kaos putih besar yang dia kenakan dan perlahan-lahan menariknya ke atas.Agam dengan malas menopang dahinya. Tatapan dinginnya menatap Pamela dengan rasa menarik....Perusahaan Quentin.Manajer umum, Dikra Sambada ditegur keras oleh Pak Patra karena melakukan perekrutan karyawan secara tidak tepat dan membiarkan kerabatnya bekerja di perusahaan dengan melewati pintu belakang.Pak Patra juga memberinya kesempatan terakhir. Jika dia tidak dapat menemukan cara untuk memulihkan kerugian hari ini, bahkan mengakibatkan proyek tersebut tidak dapat mencapai syarat untuk bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara, dia harus meninggalkan perusahaan dengan Bianca si kerabatnya yang bodoh itu!Dikra pun c

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 12

    Pamela sudah mengenakan kaos milik Agam. Jendela yang sempat dia buka karena ingin mendapatkan terpaan angin segar perlahan membuatnya merasa sedikit kedinginan. Jadi, dia memakai jas yang dipakaikan Agam ke tubuhnya tadi."Aku dengar Nona Alister kehilangan pekerjaan?"Pamela sedang menatap keluar jendela mobil, ke arah pemandangan jalanan yang sepi. Tiba-tiba, dia mendengar suara Agam yang rendah dan dewasa.Pamela tersenyum tipis, lalu mengatakan, "Ya. Itu berkat kerja keras Paman!"Raut Agam berubah datar saat membolak-balik map di tangannya. Dia kembali berucap, "Aku sudah memberi kalian kesempatan. Justru kalian yang melakukan kesalahan yang seharusnya nggak kalian lakukan. Menurut standarku, perencanaan seperti itu nggak ada nilai investasinya."Pamela sedikit mengantuk, jadi dia menguap."Oh! Aku bukan karyawan Perusahaan Quentin lagi. Paman nggak perlu bilang alasannya.""..."Agam mengangkat tangannya dan terus membalik-balik halaman kertas, nadanya terkesan asal, "Kalau kamu

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 13

    Jovita menarik jas itu dengan kuat dan bertanya, "Pamela, katakan yang sebenarnya. Dari mana kamu mendapatkan jas ini? Bagaimana kamu bisa menemukan seorang pria yang bisa mengenakan pakaian semahal ini?!"Pamela menatap kedua pakaian itu dengan tidak percaya. Dia hanya menjawab asal, "Apa ini sangat mahal? Ada seorang pria tua baik hati yang meminjamkannya padaku. Aku nggak mengenalnya!"Pamela tidak terlihat berbohong ketika mengatakan ini. Wajahnya terlihat sangat poloso, tapi Jovita masih tidak percaya."Nggak mungkin kamu bisa kenal pria yang bisa memakai pakaian semewah ini! Cepat cuci bersih baju ini, lalu kembalikan pada orang itu! Jangan harap untuk mendekati pria kaya! Pria yang punya selera bagus nggak bakal melirik orang udik sepertimu!"Pamela tertawa tak peduli. "Omong-omong, kamu belum menjawab pertanyaanku. Di mana suamimu?"Wajah Jovita terlihat masam. Ketika dia melihat Pamela yang tidak tahu apa-apa, dia pun berkata dengan sombong, "Ehem ... kemarin aku berubah pikir

Bab terbaru

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2932

    Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2931

    "Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2930

    Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status