Justin menyilangkan lengan dan meletakkan kedua kakinya ke meja kantor Pamela dengan lancang. Dia sama sekali tidak terlihat takut seperti saat berada di depan kakaknya.Pamela malah sibuk dengan pekerjaan sendiri dan tidak menghiraukannya.Saat melihat Pamela tidak merespons, Justin mengerutkan kening dengan kesal dan duduk dengan benar. Dia mengetuk meja Pamela dengan keras. "Hei! Pamela, aku sedang bicara sama kamu!"Pamela meliriknya dengan cuek. "Kenapa? Terus terang saja kalau mau aku ajarin kamu!"Justin mengedipkan mata dan mendengus dengan bangga. "Apa aku pernah suruh kamu ajarin aku?""Oh, kalau begitu aku terlalu banyak pikir." Pamela melanjutkan pekerjaan dan tidak menatapnya lagi.Ekspresi bangga pada wajah Justin memudar ketika melihat Pamela tiada respons lagi. "Pamela, sekarang kakakku menonaktifkan semua kartu bank aku, tapi perlu mengikuti sebuah pertandingan E-sport yang sangat penting di Kota C pada akhir bulan ini. Sekarang aku bahkan nggak ada uang untuk beli tik
Aneh juga, sebelumnya kakak Justin mengupah berbagai guru terkenal dengan harga tinggi, tetapi Justin tak kunjung memahami penjelasan mereka. Begitu Pamela menggambarkannya, dia bisa memahami dengan mudah!Setelah menjelaskan sebuah persoalan, Pamela mendorong kertas A4 itu ke depan Justin. "Baiklah, aku sudah selesai menjelaskannya. Rumus yang diperlukan juga sesuai dengan yang digunakan pada ujian sekarang. Kamu tinggal menggunakan rumus ini untuk soal lainnya. Setelah selesai juga nggak perlu tunjukkan padaku, langsung kemukakan kepada kakakmu saja!"Jarang Justin mendengarkan dengan serius seperti ini. Dia mengerjakan ulang lembaran soal yang hampir dirobek oleh kakaknya ....Mengerjakan soal di sisi Pamela tidak begitu tegang dan stres seperti mengerjakan soal di sisi Jason. Setelah menjadi rileks, Justin malah merasa lebih mudah berkonsentrasi dalam berpikir. Mulai sekian persoalan yang awalnya sama sekali tidak mengerti, hingga bisa memahami arti dari persoalan, juga tahu bagaim
"Benar, aku sendiri yang mengerjakannya ...." Justin mengangguk dan bertanya dengan gemetar, "Kak, apa kali ini aku benar?"Siapa sangka, Jason malah menampar lembar ujian itu ke meja. "Aku suruh kamu tingkatkan diri, bukan suruh kamu bertindak curang!"Justin terperanjat dan mundur dengan ekspresi bingung. "Kak, aku nggak curang!""Tadi masih belum bisa mengerjakan satu soal pun, baru berapa lama sudah mengerjakan sekian banyak soal?" Jason memelototi Justin dengan rasa kecewa. "Siapa yang kamu coba bodohi?"Bagaimana mungkin Justin mengerjakannya sendiri?Awalnya Justin tidak hanya salah semua, bahkan kesalahannya keterlaluan. Begitu dilihat sudah tahu bahwa dia sama sekali tidak mengerti ilmu dasar, sehingga bahkan tidak perlu menjelaskan kesalahannya!Sekarang bisa dikatakan hampir 80% dari lembaran ujian ini benar. Berdasarkan kemampuan anak ini, sama sekali mustahil!Setelah dicurigai kakaknya, Justin sudah tahu berapa jawabannya yang benar, sehingga membuat kakaknya merasa dia c
Dengan segera terdengar suara Justin yang sombong dari ponsel. "Halo? Siapa ini?"Pamela berkata, "Tuan Muda Justin, ini aku."Begitu mendengar suara Pamela, nada bicara Justin langsung berubah agak tinggi. "Pamela, kamu sudah pulang kerja?"Pamela mengiakannya, "Ya, segera, masih kurang dari 10 menit.""Baik! Kalau begitu, aku sekarang pergi jemput kamu. Nanti kamu naik mobil di gang sekitar perusahaan. Ingat untuk menghindar dari kakakku!" perintah Justin.Pamela agak merasa agak heran. "Bukannya melakukan hal yang memalukan, kenapa harus mengelak dari Pak Jason?"Justin agak gagap. "Ehm ... karena ... kakakku nggak suka aku terlalu dekat denganmu, jadi nggak boleh sampai dia tahu bahwa aku yang membawa kamu ke jamuan kakekku! Lebih baik kamu mengelak darinya saja! Kalau nggak, aku bakal ditegur kakakku lagi!"Pamela menyindir, "Ternyata begitu ya!"Justin seperti merasa tidak baik, sehingga menambahkan, "Kamu juga jangan tersinggung. Sekarang kakakku masih ada prasangka terhadapmu,
Pandangan Pamela menyusuri suara Justin. Pria itu baru turun dari mobil dengan setelan jas gelap dan rambut tersisir rapi. Raut wajah yang tampan memancarkan aura yang dewasa dan berbahaya.Dia tahu bahwa hari ini bisa bertemu dengan pria ini, tetapi tidak sangka baru tiba langsung ketemu.Justin turun dari mobil dengan penuh semangat. "Kak Agam, ternyata kamu juga datang awal!""Ya." Pria mengiakannya dengan tenang. Pandangannya samar-samar melirik ke Pamela yang turun dari mobil.Pamela tidak melihatnya, hanya menoleh ke sekeliling lingkungan rumah Keluarga Maron ....Justin berkata, "Kak Agam, kakakku sudah ada di sini. Dia pasti sedang menunggumu! Ayo, kita masuk bersama-sama!"...Di rumah Keluarga Maron sangat ramai. Tidak sedikit tamu yang diundang hadir dan mengelilingi sofa untuk memberikan kado dan mengucapkan selamat kepada Tuan Eko secara bergiliran.Justin juga menghampiri dengan kado yang disediakan dirinya. "Selamat ulang tahun, Kakek! Ini adalah kado dariku untuk Anda!"
Selain itu, beberapa tahun ini dia selalu sengaja meniru kebiasaan Rembulan yang menghilang, bahkan membuat sebuah tahi lalat berwarna merah persis punya Rembulan di dahinya.Dia berbuat seperti ini justru demi menggantikan posisi Rembulan dalam hati para kerabat, agar mereka mencurahkan perasaan mereka terhadap Rembulan kepadanya!Misalnya upaya ini berhasil pada kakaknya, Jason yang telah menganggapnya sebagai adik kandung. Jason sangat turut, menoleransi dan memanjakannya.Namun, tiada satu pun dari anggota Keluarga Maron yang menyukainya karena dia agak mirip dengan Rembulan.Terhadap hal ini, Kalana merasa enggan, tetapi juga tidak pasrah. Dia tetap berusaha menyenangkan kedua orang tua di Keluarga Maron ....Hanya karena kedudukan Keluarga Maron memiliki bobot di antara berbagai keluarga kaya dan memiliki koneksi dengan Keluarga Dirgantara. Jika bisa memenangkan hati Keluarga Maron, latar belakang dan koneksinya bakal bertambah. Kelak juga akan mendapat dukungan untuk menikah ke
Tuan Marko merasa ada yang sedang menatapnya, sehingga menyusuri arah pandangan itu. Tatapannya agak tertegun dan ekspresinya kaku.Pria paruh baya itu tertarik oleh gadis yang seusia dengan Kalana dan seperti mengenalnya. Ekspresinya agak ragu-ragu, seolah-olah teringat masa lalu, tetapi tidak memandang terlalu lama, langsung berjalan ke arah pintu ....Tatapan Pamela juga tidak lagi terpaku pada pria itu. Ekspresi yang kacau pun akhirnya kembali tenang.Tuan Besar Marko pernah mengkhianati dan menyakiti ibunya. Dia membuat ibunya terpaksa membawa Pamela yang masih kecil meninggalkan rumah, sehingga tidak disukai oleh Tuan Eko!Sementara Pamela tidak memiliki kesan sedikit pun terhadap ayah kandung ini. Jika dipikir-pikir, seorang pria yang tidak berperasaan pasti tidak pernah menyayanginya pada masa kecil. Sebab itu, tidak meninggalkan kesan bagi seorang anak kecil!"Quenne!"Pamela sedang termenung. Tiba-tiba sepasang tangan berkeriput memegang erat padanya!Dia terperanjat. Begitu
Justin mengeluh, lalu menjelaskan, "Nenekku mengidap penyakit Alzheimer, sehingga sering salah orang!"Pamela mengangguk. "Ternyata begitu."Saat ini, nenek yang sudah pergi jauh menoleh ke arah Pamela lagi dan bertanya, "Quenne, malam ini kamu mau makan apa?"Ketika dikenali sebagai ibunya sendiri, dalam hati Pamela merasa kacau balau. Setelah dipikirkan, Pamela tersenyum pada orang tua dan menjawab, "Makanan favorit seperti biasa saja!"Nenek tersenyum disertai air mata. "Baik! Kalau begitu, semur daging sapi saja. Quenne paling suka makan semur daging sapi! Ibu suruh Kak Oni beli daging sapi ...."Tuan Eko juga menoleh ke belakang dan menatap Pamela secara mendalam, lalu memapah istrinya pergi minum obat.Justin menjelaskan kepada Pamela dengan agak pusing, "Nenek mengidap penyakit Alzheimer setelah mantan istri ayahku menghilang, sehingga kondisinya nggak stabil. Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Pamela menggelengkan kepala. "Nggak masalah!""Justin, siapa ini?"Tuan Marko yang sudah perg