Sudahlah, demi menyelidiki masalah ibunya, dia terpaksa sabar saja!Besok sudah bisa bertemu dengan orang tua ibunya, yaitu kakek dan neneknya. Mungkin dia bisa mendapat informasi pada masa lalu dari keluarga orang tua ibunya.Maka bisa makin mendekati kebenaran.Tiba di depan pintu kantornya, Jason tiba-tiba berhenti dan menoleh ke samping, lalu berkata, "Selain itu, setelah pertimbangan, proposal pemasaran yang kamu buat pagi ini bisa diterima. Buat persiapan untuk melaksanakannya saja."Pamela tersentak, lalu merapikan seragam sambil tersenyum. "Baik, Pak Jason."Jason langsung mendorong pintu keluar tanpa menghiraukannya.Setelah Jason keluar, tinggal Pamela seorang diri di dalam kantor.Dia duduk di kursi dirinya dan meraba perutnya secara refleks. Perutnya masih ramping dan tidak menonjol.Namun, kenapa kata-kata Jason barusan tadi seperti sudah tahu bahwa dia telah hamil? Selain itu juga bermaksud menyuruh dia untuk aborsi!Apakah Kalana mengatakan sesuatu pada Jason pada pagi t
Justin menyilangkan lengan dan meletakkan kedua kakinya ke meja kantor Pamela dengan lancang. Dia sama sekali tidak terlihat takut seperti saat berada di depan kakaknya.Pamela malah sibuk dengan pekerjaan sendiri dan tidak menghiraukannya.Saat melihat Pamela tidak merespons, Justin mengerutkan kening dengan kesal dan duduk dengan benar. Dia mengetuk meja Pamela dengan keras. "Hei! Pamela, aku sedang bicara sama kamu!"Pamela meliriknya dengan cuek. "Kenapa? Terus terang saja kalau mau aku ajarin kamu!"Justin mengedipkan mata dan mendengus dengan bangga. "Apa aku pernah suruh kamu ajarin aku?""Oh, kalau begitu aku terlalu banyak pikir." Pamela melanjutkan pekerjaan dan tidak menatapnya lagi.Ekspresi bangga pada wajah Justin memudar ketika melihat Pamela tiada respons lagi. "Pamela, sekarang kakakku menonaktifkan semua kartu bank aku, tapi perlu mengikuti sebuah pertandingan E-sport yang sangat penting di Kota C pada akhir bulan ini. Sekarang aku bahkan nggak ada uang untuk beli tik
Aneh juga, sebelumnya kakak Justin mengupah berbagai guru terkenal dengan harga tinggi, tetapi Justin tak kunjung memahami penjelasan mereka. Begitu Pamela menggambarkannya, dia bisa memahami dengan mudah!Setelah menjelaskan sebuah persoalan, Pamela mendorong kertas A4 itu ke depan Justin. "Baiklah, aku sudah selesai menjelaskannya. Rumus yang diperlukan juga sesuai dengan yang digunakan pada ujian sekarang. Kamu tinggal menggunakan rumus ini untuk soal lainnya. Setelah selesai juga nggak perlu tunjukkan padaku, langsung kemukakan kepada kakakmu saja!"Jarang Justin mendengarkan dengan serius seperti ini. Dia mengerjakan ulang lembaran soal yang hampir dirobek oleh kakaknya ....Mengerjakan soal di sisi Pamela tidak begitu tegang dan stres seperti mengerjakan soal di sisi Jason. Setelah menjadi rileks, Justin malah merasa lebih mudah berkonsentrasi dalam berpikir. Mulai sekian persoalan yang awalnya sama sekali tidak mengerti, hingga bisa memahami arti dari persoalan, juga tahu bagaim
"Benar, aku sendiri yang mengerjakannya ...." Justin mengangguk dan bertanya dengan gemetar, "Kak, apa kali ini aku benar?"Siapa sangka, Jason malah menampar lembar ujian itu ke meja. "Aku suruh kamu tingkatkan diri, bukan suruh kamu bertindak curang!"Justin terperanjat dan mundur dengan ekspresi bingung. "Kak, aku nggak curang!""Tadi masih belum bisa mengerjakan satu soal pun, baru berapa lama sudah mengerjakan sekian banyak soal?" Jason memelototi Justin dengan rasa kecewa. "Siapa yang kamu coba bodohi?"Bagaimana mungkin Justin mengerjakannya sendiri?Awalnya Justin tidak hanya salah semua, bahkan kesalahannya keterlaluan. Begitu dilihat sudah tahu bahwa dia sama sekali tidak mengerti ilmu dasar, sehingga bahkan tidak perlu menjelaskan kesalahannya!Sekarang bisa dikatakan hampir 80% dari lembaran ujian ini benar. Berdasarkan kemampuan anak ini, sama sekali mustahil!Setelah dicurigai kakaknya, Justin sudah tahu berapa jawabannya yang benar, sehingga membuat kakaknya merasa dia c
Dengan segera terdengar suara Justin yang sombong dari ponsel. "Halo? Siapa ini?"Pamela berkata, "Tuan Muda Justin, ini aku."Begitu mendengar suara Pamela, nada bicara Justin langsung berubah agak tinggi. "Pamela, kamu sudah pulang kerja?"Pamela mengiakannya, "Ya, segera, masih kurang dari 10 menit.""Baik! Kalau begitu, aku sekarang pergi jemput kamu. Nanti kamu naik mobil di gang sekitar perusahaan. Ingat untuk menghindar dari kakakku!" perintah Justin.Pamela agak merasa agak heran. "Bukannya melakukan hal yang memalukan, kenapa harus mengelak dari Pak Jason?"Justin agak gagap. "Ehm ... karena ... kakakku nggak suka aku terlalu dekat denganmu, jadi nggak boleh sampai dia tahu bahwa aku yang membawa kamu ke jamuan kakekku! Lebih baik kamu mengelak darinya saja! Kalau nggak, aku bakal ditegur kakakku lagi!"Pamela menyindir, "Ternyata begitu ya!"Justin seperti merasa tidak baik, sehingga menambahkan, "Kamu juga jangan tersinggung. Sekarang kakakku masih ada prasangka terhadapmu,
Pandangan Pamela menyusuri suara Justin. Pria itu baru turun dari mobil dengan setelan jas gelap dan rambut tersisir rapi. Raut wajah yang tampan memancarkan aura yang dewasa dan berbahaya.Dia tahu bahwa hari ini bisa bertemu dengan pria ini, tetapi tidak sangka baru tiba langsung ketemu.Justin turun dari mobil dengan penuh semangat. "Kak Agam, ternyata kamu juga datang awal!""Ya." Pria mengiakannya dengan tenang. Pandangannya samar-samar melirik ke Pamela yang turun dari mobil.Pamela tidak melihatnya, hanya menoleh ke sekeliling lingkungan rumah Keluarga Maron ....Justin berkata, "Kak Agam, kakakku sudah ada di sini. Dia pasti sedang menunggumu! Ayo, kita masuk bersama-sama!"...Di rumah Keluarga Maron sangat ramai. Tidak sedikit tamu yang diundang hadir dan mengelilingi sofa untuk memberikan kado dan mengucapkan selamat kepada Tuan Eko secara bergiliran.Justin juga menghampiri dengan kado yang disediakan dirinya. "Selamat ulang tahun, Kakek! Ini adalah kado dariku untuk Anda!"
Selain itu, beberapa tahun ini dia selalu sengaja meniru kebiasaan Rembulan yang menghilang, bahkan membuat sebuah tahi lalat berwarna merah persis punya Rembulan di dahinya.Dia berbuat seperti ini justru demi menggantikan posisi Rembulan dalam hati para kerabat, agar mereka mencurahkan perasaan mereka terhadap Rembulan kepadanya!Misalnya upaya ini berhasil pada kakaknya, Jason yang telah menganggapnya sebagai adik kandung. Jason sangat turut, menoleransi dan memanjakannya.Namun, tiada satu pun dari anggota Keluarga Maron yang menyukainya karena dia agak mirip dengan Rembulan.Terhadap hal ini, Kalana merasa enggan, tetapi juga tidak pasrah. Dia tetap berusaha menyenangkan kedua orang tua di Keluarga Maron ....Hanya karena kedudukan Keluarga Maron memiliki bobot di antara berbagai keluarga kaya dan memiliki koneksi dengan Keluarga Dirgantara. Jika bisa memenangkan hati Keluarga Maron, latar belakang dan koneksinya bakal bertambah. Kelak juga akan mendapat dukungan untuk menikah ke
Tuan Marko merasa ada yang sedang menatapnya, sehingga menyusuri arah pandangan itu. Tatapannya agak tertegun dan ekspresinya kaku.Pria paruh baya itu tertarik oleh gadis yang seusia dengan Kalana dan seperti mengenalnya. Ekspresinya agak ragu-ragu, seolah-olah teringat masa lalu, tetapi tidak memandang terlalu lama, langsung berjalan ke arah pintu ....Tatapan Pamela juga tidak lagi terpaku pada pria itu. Ekspresi yang kacau pun akhirnya kembali tenang.Tuan Besar Marko pernah mengkhianati dan menyakiti ibunya. Dia membuat ibunya terpaksa membawa Pamela yang masih kecil meninggalkan rumah, sehingga tidak disukai oleh Tuan Eko!Sementara Pamela tidak memiliki kesan sedikit pun terhadap ayah kandung ini. Jika dipikir-pikir, seorang pria yang tidak berperasaan pasti tidak pernah menyayanginya pada masa kecil. Sebab itu, tidak meninggalkan kesan bagi seorang anak kecil!"Quenne!"Pamela sedang termenung. Tiba-tiba sepasang tangan berkeriput memegang erat padanya!Dia terperanjat. Begitu
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen