Pamela terdiam karena dia merasa canggung. Karena pria ini mengungkit malam yang penuh hasrat itu, wajah Pamela yang putih pun memerah.Melihat reaksi Pamela yang tersipu malu, muncul kehangatan di tatapan Agam yang mendalam.Reaksi inilah yang seharusnya Pamela tunjukkan pada Agam. Pamela seharusnya malu dan gugup, seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, bukan seperti orang yang tidak memiliki reaksi apa pun, sama sekali tidak terkejut atau senang dan bahkan mengabaikan keberadaan Agam, padahal mereka baru bertemu lagi setelah sebulan."Pamela Alister."Pria ini tiba-tiba memanggil nama lengkap Pamela dengan suaranya yang rendah dan menarik.Dalam hubungan seperti apa pun itu, jika nama lengkap sudah dipanggil, hal ini biasanya tidak menandakan hal baik!Pamela menatap pria itu dengan penuh kewaspadaan dan berkata, "Tuan Agam, silakan katakan apa yang mau kamu katakan!"Tangan pria ini yang memegang wajah Pamela berpindah menjadi memegang dagu Pamela yang lancip untuk mengangka
Namun, baik itu keinginan untuk menaklukkannya maupun keinginan atas hal baru, semuanya adalah keposesifan yang tidak menghormati Pamela dan egois, yang Pamela benci!'Atas dasar apa dia merasa bahwa dia kaya dan berkuasa, jadi asalkan dia mau, asalkan dia menekuk jari tangannya, wanita mana pun akan menjadi kekasihnya atau selingkuhannya dengan senang hati?''Dia sudah gila, ya?!'Sambil memikirkan hal ini, Pamela pun merasa murka. Dia melepaskan tangan Agam dari dagunya sambil berseru, "Iya! Aku hanya menginginkan uangnya Perusahaan Yanuar! Aku nggak menginginkan uangmu! Uangmu busuk, aku nggak mau!"Uangnya busuk?!Ekspresi Agam menjadi masam. Dia menatap Pamela dengan tatapan gelap sambil menahan api amarah dalam hatinya ....Dalam seumur hidupnya, Agam sudah terbiasa mengendalikan semuanya. Jika dia bertemu dengan seorang wanita yang tidak bisa dia kendalikan, tentu saja dia akan merasa marah!Dalam sekejap, perasaan yang sudah dia tahan dengan baik langsung melonjak!Melihat waja
Sebelum pria ini bisa menyelesaikan ucapannya, ponsel Pamela tiba-tiba berdering ....Gaun Pamela tidak berkantong, jadi dia tetap memegang ponselnya di tangannya.Pamela mengangkat ponselnya dan melihat tampilan panggilan masuk dari "Suami" yang terpampang di layar ponselnya ....Suami?Pamela pun kebingungan. Sejak kapan dia menyimpan nomor ini? Dari mana datangnya suami ini?Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara Agam yang rendah dan penuh amarah di dalam mobil. "Ini alasanmu pergi tanpa pamit sebulan yang lalu?" tanya Agam.Pamela tiba-tiba tersadar. Dia mengangkat kepalanya dan menyadari bahwa Agam sedang menatap layar ponselnya dengan penuh amarah, hingga tatapannya tampak menakutkan!Pamela tidak pernah melihat ekspresi yang begitu menakutkan dari pria ini. Dia pun tercengang untuk sesaat!Seulas senyuman sinis tersungging di bibir Agam. Dengan nada bicara yang sangat sinis, dia berkata, "Dalam waktu sesingkat satu bulan, kamu sudah memiliki suami baru! Hebat sekali, ya, Nona
Pamela tidak ingin membiarkan pria ini mengetahui alamatnya, jadi dia berkata dengan sungkan, "Nggak perlu repot-repot. Aku sudah sangat berterima kasih kalau Tuan Agam bisa menurunkanku di gerbang tol. Untuk sisa perjalanannya, aku bisa naik taksi sendiri."Karena Pamela tidak memberitahukan alamatnya, pria ini juga tidak lagi banyak tanya. Dia langsung berkata pada sopir mobil di depan, "Pulang ke kediaman.""Baik, Tuan!" kata sopir itu.'Pulang ke kediaman? Ke Kediaman Dirgantara?''Apa maksudnya? Dia nggak salah, ya? Aku nggak mau pulang ke Kediaman Dirgantara!' pikir Pamela.Pamela menggertakkan giginya. Dia hanya bisa mengucapkan alamatnya sekarang. "Kompleks Perindum!"Dengan ekspresi datar, Agam mengangkat dagunya sebagai sebuah isyarat untuk Ervin.Ervin pun menyuruh sopir itu untuk mengemudi ke Kompleks Perindum ....Setelah mendengar percakapan antara Agam dengan Pamela, Ervin merasa agak kasihan pada Agam!Setelah mencari selama sebulan, Agam akhirnya menemukan Pamela. Namu
Dari arah kamar tidur, seekor kucing gemuk berjalan keluar dengan santai.Kucing ini mengira bahwa majikannya sudah pulang, jadi kucing ini keluar untuk bermanja-manja dengan majikannya. Alhasil, Mimi malah melihat seorang pria asing yang sedang berdiri di ruang tamu, sehingga bulu di sekujur tubuhnya berdiri. Mimi berlari ke arah Agam dan mendesis pada pria ini dengan sangat ganas, layaknya seekor harimau.Agam hanya menatap kucing itu dengan tatapan dingin, dia sama sekali tidak memedulikan kucing yang sedang menunjukkan kekuasaannya itu.Pamela membawa secangkir teh dari dapur ke luar. Saat dia melihat kucingnya sedang menakut-nakuti Agam, dia merasa bahwa adegan ini lucu, tetapi dia menahan dirinya dari tertawa."Mimi, sini, jangan menakuti tamu," kata Pamela."Meong!"Mendengar suara majikannya, Mimi langsung kembali menjadi seekor kucing, berjalan mendekati kaki majikannya dengan manja.Seperti sudah terbiasa dengan hal ini, Pamela berjalan melewati kucing ini dan meletakkan cang
Selain itu, biasanya, pria tidak sebersih dan serapi wanita. Jadi, Pamela dan Ariel meminta agar Marlon menyimpan barangnya di dalam kamarnya sendiri, supaya tidak memengaruhi keindahan ruang tamu secara keseluruhan. Marlon tidak diperbolehkan untuk meletakkan patung-patung kecil yang dia beli sembarangan. Saat Marlon masuk ke rumah, berbagai peralatan olahraga dan sepatunya harus diletakkan di dalam lemari sepatu. Saat dia keluar, sandalnya juga harus dimasukkan ke dalam rak sepatu!Sejak kecil, Marlon tumbuh di bawah pengawasan dua gadis ini, sehingga lambat laun, dia menjadi terbiasa dan tidak merasa keberatan.Karena Pamela agak menghindari pertanyaannya, Agam makin mencurigai "suaminya" ini ....Namun, pada saat ini, terdengar suara kata sandi pintu ditekan dari luar. Ada yang pulang.Agam seketika mengernyit sambil menatap ke arah pintu ....Pamela tahu bahwa orang yang pulang itu pasti Marlon. Oleh karena itu, dia merasa khawatir. Dia pun mengelus kepala kucing yang berada di pa
Agam menatap Marlon yang mengundangnya dengan ramah, lalu menatap Pamela yang sama sekali tidak menunjukkan penolakan terhadap sentuhan Marlon. Tatapannya yang mendalam seperti terhalang oleh lapisan kabut yang rumit, tetapi sudut bibirnya terangkat, membentuk seulas senyuman sinis. "Bagus," kata Agam.Pria ini berjalan melewati meja dan kedua orang itu, lalu meninggalkan rumah ini.Hingga terdengar suara pintu dibanting, Pamela baru membuang napas dengan lega. Secara bersamaan, dia juga merasakan perasaan rumit dan tertekan ....Senyuman sinis di sudut bibir pria itu menjelang kepergiannya membuat Pamela merasa sangat tidak nyaman, sedangkan sepasang mata yang mendalam itu terlihat sangat ambigu.'Ada apa dengannya?' pikir Pamela.'Kenapa dia harus menatapku dengan tatapan seperti itu?'Saat Pamela sedang tenggelam dalam pikirannya, Marlon mendekatinya sambil bertanya dengan penasaran, "Bos, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Agam si bajingan itu datang ke rumah kita?"Pamela duduk d
Sekarang masih bukan jam kerja, jadi karyawan di perusahaan ini masih belum datang. Namun, sudah ada orang yang sedang mengatur pekerjaan di meja sekretaris di depan pintu ruang kantor presiden direktur.Melihat kedatangan bosnya, Pamela berdiri dengan sangat taat dan membungkukkan badannya sejauh 45 derajat sambil berkata, "Selamat pagi, Pak Jason!"Jason menghentikan langkahnya sambil mengamati Pamela sesaat, lalu berkata dengan nada ketus, "Pamela, kondisimu tampak bagus, ya. Sepertinya situasi kemarin benar-benar nggak membuatmu kesusahan. Semangatmu pantas dipuji."Pamela tetap tersenyum sambil berkata, "Terima kasih atas pujian Pak Jason."Jason memicingkan matanya. Dia tidak ingin melihat Pamela lagi, jadi dia pun berjalan memasuki ruang kantornya.Sedangkan Calvin tetap berada di luar sambil bertanya dengan suara rendah, "Ehem, ehem, Pamela, kemarin, kamu baik-baik saja, 'kan?""Aku baik-baik saja," jawab Pamela dengan santai."Baiklah kalau begitu," kata Calvin.Calvin merasa