Di posisi Pamela berada sekarang, dia tidak bisa mendengar isi pembicaraan nyonya pemilik warung dengan pria itu. Namun, sangatlah aneh melihat sosok pria terpandang seperti Agam duduk sendirian di sebuah warung di pinggir jalan.Marlon mendecakkan lidahnya dan berkata, "Bos, aku benar-benar nggak menyangka orang seperti Agam bisa datang ke tempat seperti ini. Ternyata dia juga bisa makan barbeku di pinggir jalan, dilengkapi dengan sebotol bir dan sepiring hidangan pelengkap! Tapi, apa artinya makan dan minum sendirian seperti itu? Sungguh membosankan!"Pamela juga merasa pemandangan di hadapannya itu sangat aneh. Lagi pula, bukankah sore tadi pria itu mengatakan dia sedang mengejar pesawat? Kenapa sampai sekarang dia masih berada di Kota Marila?Dia teringat kala itu dia datang sendirian ke warung barbeku ini untuk makan malam. Saat itu, Agam kebetulan lewat dan melihatnya. Kemudian, pria itu duduk bersamanya dan mencicipi barbeku warung ini. Selesai makan dan hendak pergi, saking kek
Keesokan harinya, jam pulang kerja.Hampir semua karyawan di perusahaan sudah pulang kerja. Pamela pergi ke kamar kecil untuk berganti pakaian formal sesuai permintaan Jason kemarin.Selesai makan malam semalam, Ariel membawanya ke sebuah butik gaun dan membantunya memilih gaun sederhana yang elegan. Gaun berwarna ungu dengan bahu terekspos yang dirancang dengan sedemikian rupa menunjukkan sisi inovatif sang desainer.Hal yang paling penting adalah gaun itu tidak terlalu panjang, merupakan model pakaian yang disukainya. Walaupun mengenakan gaun, dia masih bisa bergerak bebas.Selesai berganti pakaian, Pamela kembali ke tempat duduknya dan menunggu bosnya keluar.Dua puluh menit kemudian, Jason baru keluar dari ruang presdir.Melihat bosnya sudah keluar, Pamela segera bangkit dari tempat duduknya, lalu sedikit menundukkan kepalanya dan berkata dengan sopan, "Pak Jason."Jason meliriknya dengan acuh tak acuh. Namun, saat dia melihat wanita yang sedang berdiri di hadapannya dan mengenakan
Jason juga tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Mengapa dia tiba-tiba mengkhawatirkan Pamela yang tidak disukainya ini?Dia memijat-mijat pelipisnya, dia merasa mungkin karena belakangan ini dia terlalu lelah bekerja, sampai-sampai merasakan perasaan aneh seperti ini.Tak lama kemudian, mobil sudah berhenti dengan sempurna di Manor Sinar Rembulan. Pamela mengikuti Jason keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam manor.Baru saja melangkah beberapa langkah, tiba-tiba Jason menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh ke arah Pamela dan bertanya dengan datar, "Apa kamu dingin?"Cuaca sudah memasuki musim penghujan, suhu udara di malam hari juga sudah menurun.Pamela yang mengenakan gaun tipis dan ditiup angin malam memang merasa agak dingin, tetapi dia menjawab dengan datar, "Ya, lumayanlah."Jason menatap wanita itu dan berpikir sejenak, lalu menoleh dan berkata, "Calvin, bawakan mantel yang Kalana belikan untukku beberapa hari yang lalu dari dalam mobil, lalu berikan kepada
Dia benar-benar tidak mengerti apa yang dirasakannya saat ini. Dia hanya merasa tidak aman kalau meninggalkan Pamela sendirian di sana.Jason berbalik dan bertanya, "Apa kamu punya nomorku?"Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ada, aku sudah menyimpan nomor Pak Jason.""Hmm, sebelum aku kembali, kalau terjadi sesuatu, telepon saja aku.""Baik, Pak Jason."Selesai berpesan, Jason baru melangkahkan kakinya pergi. Sosok bayangan pria itu menghilang di tengah kerumunan ....Sementara itu, pemandangan saat Jason berjalan memasuki manor bersama Pamela dan memberi perhatian pada wanita itu dilihat dengan jelas oleh Stevi dan Kalana yang sedang berdiri dan mengobrol di tangga. Tentu saja kedua wanita itu merasa sangat tidak senang.Kalana memaksakan seulas senyum palsu dan berkata, "Sepertinya Kakak sangat perhatian pada Kak Pamela! Mantel jas yang dikenakan oleh Kak Pamela adalah hadiah yang kuberikan pada Kakak beberapa hari yang lalu!"Sebenarnya, dia membelikan mantel jas itu untu
"Stevi, Kak Pamela datang bersama Kakak hanya karena pekerjaan, kamu jangan berpikir banyak. Sudahlah, seharusnya kamu sudah minum terlalu banyak. Ayo, aku bawa kamu ke balkon untuk tiup angin agar kamu bisa tersadar dari pengaruh alkohol!"Stevi memasang ekspresi kesal, dia masih tidak ingin melepaskan Pamela begitu saja. Namun, setelah mendengar bujukan Kalana, perlahan-lahan dia tenang kembali. Setelah memelototi Pamela, dia baru mengikuti Kalana ke balkon ....Setelah berada di balkon dan ditiup angin malam, pengaruh alkohol dalam diri Stevi sudah berkurang. Namun, kekesalan masih menyelimuti hatinya. "Kalana, sebenarnya tadi kamu benar-benar nggak boleh menghentikanku! Biarkan aku bereskan si Pamela sialan itu!"Kalana menunjukkan ekspresi bagaikan orang yang baik hati dan pengertian. Dia menggelengkan kepalanya dan mengingatkan sahabatnya. "Stevi, tadi kamu benar-benar terlalu gegabah. Jangan lupa hari ini adalah acara ulang tahun bibiku!"Setelah menyadari hal ini, Stevi langsun
Sambil memandang ke arah Pamela, Kris menelan air liurnya dan berkata, "Siapa itu? Benar-benar cantik!"Begitu mendengar ucapan Kalana dan melihat Kris yang tampak bersemangat, Stevi juga tersenyum dan berkata, "Kak Kris, wanita itu nggak hanya cantik, dia juga sangat ahli dalam bermain! Kamu boleh menemuinya dan mengobrol dengannya. Aku yakin kamu pasti akan menyukainya!"Sorot mata mesum Kris tampak makin jelas. "Oh? Ahli dalam bermain, ya? Ahli dalam permainan seperti apa?"Stevi menyunggingkan seulas senyum hangat dan berkata, "Hmm ... dia sangat ahli dalam permainan yang disukai oleh pria seperti kalian!"Kris mengusap-usap dagunya, air liur bahkan sudah hampir menetes dari mulutnya. "Hmm, menarik. Aku suka! Kalana, kalau begitu aku nggak mengganggu kalian mengobrol lagi. Aku akan menemui adik manis itu dan mengobrol dengannya!"Melihat Kris berjalan ke arah Pamela, Kalana berpura-pura menunjukkan ekspresi cemas."Stevi, bukankah nggak baik kita mengarahkan Kak Kris untuk menemui
Dia adalah keponakan dari istri Tuan Besar Keluarga Yanuar. Kalau begitu, dia juga bisa dianggap sebagai anggota Keluarga Yanuar, bukan?Keluarga Yanuar adalah identitas yang kuat. Biarpun harus berpura-pura mengakui identitas itu, tentu saja dia bersedia melakukannya!Pamela menatap Kris. Melihat pria itu memiliki hubungan dengan Keluarga Yanuar dan kelihatannya tidak terlalu cerdas, mungkin saja dia bisa mencoba bertanya pada pria itu untuk mencari tahu apakah pria itu mengetahui apa yang terjadi dalam Keluarga Yanuar kala itu atau tidak.Dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk bertanya pada orang yang cerdas, peka dan waspada seperti Jason.Setelah berpikir demikian, Pamela menyunggingkan seulas senyum hangat dan berkata, "Halo, Tuan, aku sangat senang bisa mengenalmu."Melihat senyuman memesona Pamela, hati Kris langsung bergetar dengan kencang. "Aku juga sangat senang bisa mengenalmu! Oh ya, cantik, siapa namamu?"Pamela berkata, "Aku bermarga Alister.""Oh, Nona Alister,
Kris membawa Pamela berjalan di sepanjang koridor lantai dua dan bersiap untuk membawa wanita itu ke sebuah kamar yang lebih besar.Melihat sebuah lukisan yang tergantung di dinding koridor, Pamela menghentikan langkahnya. Dia merasakan lukisan itu seperti lukisan ibunya.Melihat Pamela menghentikan langkahnya, Kris bertanya dengan bingung, "Nona Alister, ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?"Sambil memandangi lukisan itu, Pamela bertanya, "Tuan Kris, kamu adalah anggota Keluarga Yanuar, seharusnya kamu mengetahui dengan jelas hal-hal internal Keluarga Yanuar, 'kan?"Kris menyunggingkan seulas senyum. Di hadapan wanita yang menarik minatnya ini, tentu saja dia lebih mementingkan harga dirinya. Seolah-olah mengetahui semua hal tentang Keluarga Yanuar, dia berkata, "Tentu saja! Bagaimana mungkin aku nggak tahu jelas hal-hal internal Keluarga Yanuar?"Pamela tersenyum pada pria itu. Dia memang ingin memanfaatkan kelemahan pria di hadapannya ini untuk mencari tahu tentang Keluarga Yanuar. D