Tidak hanya Justin, tetapi sekelompok teman sekelas yang mengikuti Justin juga merasa terkejut dan gugup dengan kemunculan Jason yang tiba-tiba.Kali ini adalah pertama kalinya ketiga gadis itu melihat kakaknya Justin. Mereka tidak menyangka bahwa Jason akan lebih tampan dari Justin. Selain itu, Jason memiliki pesona pria dewasa yang memesona. Mereka semua pun tercengang ....Martin dan yang lainnya terlihat lebih patuh. Mereka berani menghadapi Justin, tapi mereka tidak berani melakukan kesalahan di depan Jason, putra tertua dari Keluarga Yanuar.Keluarga Yanuar adalah salah satu penguasa di Kota Marila dan bahkan negara itu. Mereka sama sekali tidak bisa menandingi Keluarga Yanuar.Tidak ada yang menjawab pertanyaan Jason. Ekspresi tampan Jason tampak marah. Dia mengerutkan kening dan bertanya lagi, "Siapa yang bernama Rembulan?"Untuk waktu yang lama, tidak ada yang menjawabnya.Pada saat ini, Justin merasa bersalah hingga tubuhnya berkeringat deras. Dia benar-benar ketakutan ....D
Pamela terdiam. 'Eh? Memangnya aku sudah memprovokasi siapa? Kenapa aku tiba-tiba dimarahi seperti ini?'"Sebaiknya jangan menunjuknya dengan jari kotormu itu."Tiba-tiba, suara dalam dan rendah seseorang tapi seolah-olah bisa memekakkan telinga itu terdengar tidak jauh dari sana.Semua orang seperti merasakan aura dingin menjalar di punggung mereka. Mereka segera mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara ....Seorang pria yang tinggi dan tampan dengan fitur wajah yang sempurna, memancarkan aura dewasa dan elegan seolah-olah tidak ada tandingannya. Bagaikan sebuah patung sempurna yang sedang berjalan, pria itu sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, aura kuat yang terpancar dari dalam dirinya mampu membuat semua orang tunduk padanya.Agam melangkahkan kakinya dengan tenang, aura kuat yang terpancar dari dalam tubuhnya membuat orang lain ketakutan.Jason menyipitkan matanya dan menatap pria yang datang itu dengan tatapan tajam.Justin tercengang. 'Kenapa Kak Agam bisa
Sorot mata dingin Agam berubah menjadi muram. "Aku nggak melupakan budi baiknya dan pasti akan membalas budinya.""Benarkah?" kata Jason dengan menyunggingkan seulas senyum dingin. Dia melirik Pamela yang berada di samping Agam, sorot matanya tampak meremehkan.Dalam hal ini, Agam seolah-olah tidak bisa membela diri. Karena berutang budi pada Kalana, dia selalu bersikap agak sopan pada anggota Keluarga Yanuar.Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung menggandeng tangan Pamela dan membawa gadisnya pergi. "Ayo, kita pulang."Namun, Pamela tidak bergerak. Dia menarik-narik lengan pria itu, seolah-olah mengisyaratkan untuk tunggu sejenak, dia belum terburu-buru ingin pergi.Agam menghentikan langkahnya. Dengan kening sedikit berkerut, dia mengalihkan pandangannya ke arah gadisnya seolah bertanya, "Ada apa?"Pamela hanya menatap Jason yang memasang ekspresi meremehkan itu dengan tenang, lalu berkata, "Tuan Jason, ada satu hal yang ingin kutanyakan. Dalam tradisi keluarga kalian, kalau sudah m
Pamela belum selesai berbicara. Dia menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Oh ya, ada satu hal lain lagi. Tuan Muda Jason, sepertinya kata Rembulan ada dalam kamus, 'kan?""Karena ada di dalam kamus, berarti kata itu terbuka untuk umum. Kenapa aku nggak boleh memakainya?""Setiap orang boleh menggunakan kata yang ada dalam kamus, nggak ada kata yang menunjukkan seseorang lebih terhormat dibandingkan orang lain. Kamu nggak berhak mengatur-atur aku untuk menggunakan kata apa! Lagi pula, pencetus KBBI bukan kamu, juga bukan anggota Keluarga Yanuar!""Selain itu, aku sama sekali nggak tertarik untuk berhubungan dengan Keluarga Yanuar! Kalau aku ingin memanfaatkan sebuah keluarga untuk memamerkan diri di luar, aku sudah jelas memiliki hubungan dengan Keluarga Dirgantara! Ke depannya, sebaiknya kalian, anggota Keluarga Yanuar menjaga jarak denganku!"Setelah selesai melontarkan kalimat-kalimat tajam itu, Pamela merenggangkan pinggangnya dengan malas, lalu menggandeng lengan Agam de
Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, dia nggak hanya sudah menikah, dia menikah dengan anggota keluarga kelas satu, yaitu Keluarga Dirgantara."Begitu mendengar ucapan Kalana, ekspresi Jovita langsung berubah menjadi merah padam. "Apa katamu?! Ba ... Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?!"Dengan seulas senyum hangat, Kalana berkata, "Nona Jovita, sekarang di luar sedang hujan. Bisakah aku masuk ke dalam untuk menceritakan detailnya kepadamu?"Setelah berpikir sejenak, Jovita berkata, "Oke, masuklah! Cepat ceritakan dengan jelas hal yang barusan kamu katakan padaku! Bagaimana mungkin Pamela bisa menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara? Sebenarnya apa yang terjadi?!"Walaupun dia tidak tahu identitas wanita yang tiba-tiba datang menemuinya ini, tetapi melalui ucapan lawan bicaranya barusan, dia bisa menghubungkan kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini ....'Dasar Pamela wanita jalang itu! Sebelumnya, saat aku hampir menikah dengan Tuan Agam, dia nggak tahu men
Dengan sedih sekaligus marah, Wulan menarik-narik lengan Darius dan berkata, "Darius, selama di pedesaan, Pamela si gadis sialan itu benar-benar hanya mempelajari hal-hal yang buruk. Setelah berpindah ke Kota Marila, dia tetap nggak fokus untuk mempelajari hal-hal yang baik. Dia hanya memikirkan cara yang licik untuk merebut milik orang lain dan menduduki posisi tinggi!""Kulihat karena Jovita dipilih oleh Tuan Agam yang merupakan anggota keluarga kelas satu untuk dinikahi dan menjadi Nyonya Keluarga Dirgantara, dia merasa cemburu pada Jovita. Dia sengaja membuat jebakan dan merebut pengantin pria Jovita, sampai-sampai setelah meninggalkan dunia hiburan demi pernikahan, karier Jovita nggak secemerlang dulu lagi, bahkan pernikahan yang bagus juga direbut! Astaga ...."Saat berbicara, Wulan merasa simpati atas apa yang menimpa putri kesayangannya. Dia tampak menyeka air mata yang menetes membasahi pipinya.Melihat istri dan putrinya bersedih seperti itu, Darius juga merasa sangat tidak s
Walaupun tidak peduli putri mana pun yang menjadi menantu Keluarga Dirgantara, Darius tetap akan menjadi ayah mertua dari anggota Keluarga Dirgantara yang merupakan keluarga kelas satu, tetapi dalam lubuk hati ayah yang satu ini, kasih sayangnya terhadap kedua putrinya tidaklah sama.Tidak perlu diragukan lagi, dia pasti akan jauh lebih memilih Jovita, putri kandungnya.Adapun mengenai Pamela, sejak kecil dia sudah mencampakkan gadis itu ke pedesaan dan dipelihara di sana, hubungan antara dirinya dengan gadis itu tidaklah dekat. Jadi, biarpun gadis itu menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara, gadis itu pasti tidak akan membela Keluarga Alister. Sebagai seorang ayah, dia juga tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun.Nyatanya, sejak gadis desa itu menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara, dia tidak pernah memberi tahu mereka, bahkan sudah sangat jarang pulang ke rumah. Sungguh seorang gadis durhaka yang tidak tahu balas budi!Darius beranggapan bahwa pada akhirnya sebaiknya darah
Agam memiringkan kepalanya, mengisyaratkan Ervin mengendarai mobil ke sini dengan sorot matanya. Kemudian, dia menundukkan kepalanya untuk melihat gadis yang sangat pandai berbicara itu. Dia mengelus-elus kepala gadis itu, lalu berkata dengan nada seperti sedang menghibur anak kecil, "Ya, benar. Kamu memang pandai membaca situasi!"Pamela memasang ekspresi cemberut. 'Walau Paman kedengaran seperti sedang menghiburku, sepertinya dia kurang tulus saat mengucapkan kata-kata itu.'Setelah memastikan gadisnya sudah masuk ke dalam mobil tanpa terkena hujan, Agam baru melipat payungnya dan masuk ke dalam mobil.Kemudian, mobil mulai melaju.Pamela mengeluarkan ponselnya dan memeriksa waktu. Setelah membalas beberapa pesan yang belum dibacanya, seolah-olah teringat akan sesuatu, dia memiringkan kepalanya dan bertanya kepada pria di sampingnya, "Oh ya, Paman, kenapa kamu bisa tahu hari ini aku berada di pusat perbelanjaan ini?"Pria itu tidak menanggapi pertanyaan Pamela. Dia mengulurkan tangan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen