Sorot mata dingin Agam berubah menjadi muram. "Aku nggak melupakan budi baiknya dan pasti akan membalas budinya.""Benarkah?" kata Jason dengan menyunggingkan seulas senyum dingin. Dia melirik Pamela yang berada di samping Agam, sorot matanya tampak meremehkan.Dalam hal ini, Agam seolah-olah tidak bisa membela diri. Karena berutang budi pada Kalana, dia selalu bersikap agak sopan pada anggota Keluarga Yanuar.Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung menggandeng tangan Pamela dan membawa gadisnya pergi. "Ayo, kita pulang."Namun, Pamela tidak bergerak. Dia menarik-narik lengan pria itu, seolah-olah mengisyaratkan untuk tunggu sejenak, dia belum terburu-buru ingin pergi.Agam menghentikan langkahnya. Dengan kening sedikit berkerut, dia mengalihkan pandangannya ke arah gadisnya seolah bertanya, "Ada apa?"Pamela hanya menatap Jason yang memasang ekspresi meremehkan itu dengan tenang, lalu berkata, "Tuan Jason, ada satu hal yang ingin kutanyakan. Dalam tradisi keluarga kalian, kalau sudah m
Pamela belum selesai berbicara. Dia menyunggingkan seulas senyum tipis dan berkata, "Oh ya, ada satu hal lain lagi. Tuan Muda Jason, sepertinya kata Rembulan ada dalam kamus, 'kan?""Karena ada di dalam kamus, berarti kata itu terbuka untuk umum. Kenapa aku nggak boleh memakainya?""Setiap orang boleh menggunakan kata yang ada dalam kamus, nggak ada kata yang menunjukkan seseorang lebih terhormat dibandingkan orang lain. Kamu nggak berhak mengatur-atur aku untuk menggunakan kata apa! Lagi pula, pencetus KBBI bukan kamu, juga bukan anggota Keluarga Yanuar!""Selain itu, aku sama sekali nggak tertarik untuk berhubungan dengan Keluarga Yanuar! Kalau aku ingin memanfaatkan sebuah keluarga untuk memamerkan diri di luar, aku sudah jelas memiliki hubungan dengan Keluarga Dirgantara! Ke depannya, sebaiknya kalian, anggota Keluarga Yanuar menjaga jarak denganku!"Setelah selesai melontarkan kalimat-kalimat tajam itu, Pamela merenggangkan pinggangnya dengan malas, lalu menggandeng lengan Agam de
Kalana menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, dia nggak hanya sudah menikah, dia menikah dengan anggota keluarga kelas satu, yaitu Keluarga Dirgantara."Begitu mendengar ucapan Kalana, ekspresi Jovita langsung berubah menjadi merah padam. "Apa katamu?! Ba ... Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?!"Dengan seulas senyum hangat, Kalana berkata, "Nona Jovita, sekarang di luar sedang hujan. Bisakah aku masuk ke dalam untuk menceritakan detailnya kepadamu?"Setelah berpikir sejenak, Jovita berkata, "Oke, masuklah! Cepat ceritakan dengan jelas hal yang barusan kamu katakan padaku! Bagaimana mungkin Pamela bisa menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara? Sebenarnya apa yang terjadi?!"Walaupun dia tidak tahu identitas wanita yang tiba-tiba datang menemuinya ini, tetapi melalui ucapan lawan bicaranya barusan, dia bisa menghubungkan kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini ....'Dasar Pamela wanita jalang itu! Sebelumnya, saat aku hampir menikah dengan Tuan Agam, dia nggak tahu men
Dengan sedih sekaligus marah, Wulan menarik-narik lengan Darius dan berkata, "Darius, selama di pedesaan, Pamela si gadis sialan itu benar-benar hanya mempelajari hal-hal yang buruk. Setelah berpindah ke Kota Marila, dia tetap nggak fokus untuk mempelajari hal-hal yang baik. Dia hanya memikirkan cara yang licik untuk merebut milik orang lain dan menduduki posisi tinggi!""Kulihat karena Jovita dipilih oleh Tuan Agam yang merupakan anggota keluarga kelas satu untuk dinikahi dan menjadi Nyonya Keluarga Dirgantara, dia merasa cemburu pada Jovita. Dia sengaja membuat jebakan dan merebut pengantin pria Jovita, sampai-sampai setelah meninggalkan dunia hiburan demi pernikahan, karier Jovita nggak secemerlang dulu lagi, bahkan pernikahan yang bagus juga direbut! Astaga ...."Saat berbicara, Wulan merasa simpati atas apa yang menimpa putri kesayangannya. Dia tampak menyeka air mata yang menetes membasahi pipinya.Melihat istri dan putrinya bersedih seperti itu, Darius juga merasa sangat tidak s
Walaupun tidak peduli putri mana pun yang menjadi menantu Keluarga Dirgantara, Darius tetap akan menjadi ayah mertua dari anggota Keluarga Dirgantara yang merupakan keluarga kelas satu, tetapi dalam lubuk hati ayah yang satu ini, kasih sayangnya terhadap kedua putrinya tidaklah sama.Tidak perlu diragukan lagi, dia pasti akan jauh lebih memilih Jovita, putri kandungnya.Adapun mengenai Pamela, sejak kecil dia sudah mencampakkan gadis itu ke pedesaan dan dipelihara di sana, hubungan antara dirinya dengan gadis itu tidaklah dekat. Jadi, biarpun gadis itu menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara, gadis itu pasti tidak akan membela Keluarga Alister. Sebagai seorang ayah, dia juga tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun.Nyatanya, sejak gadis desa itu menikah dengan anggota Keluarga Dirgantara, dia tidak pernah memberi tahu mereka, bahkan sudah sangat jarang pulang ke rumah. Sungguh seorang gadis durhaka yang tidak tahu balas budi!Darius beranggapan bahwa pada akhirnya sebaiknya darah
Agam memiringkan kepalanya, mengisyaratkan Ervin mengendarai mobil ke sini dengan sorot matanya. Kemudian, dia menundukkan kepalanya untuk melihat gadis yang sangat pandai berbicara itu. Dia mengelus-elus kepala gadis itu, lalu berkata dengan nada seperti sedang menghibur anak kecil, "Ya, benar. Kamu memang pandai membaca situasi!"Pamela memasang ekspresi cemberut. 'Walau Paman kedengaran seperti sedang menghiburku, sepertinya dia kurang tulus saat mengucapkan kata-kata itu.'Setelah memastikan gadisnya sudah masuk ke dalam mobil tanpa terkena hujan, Agam baru melipat payungnya dan masuk ke dalam mobil.Kemudian, mobil mulai melaju.Pamela mengeluarkan ponselnya dan memeriksa waktu. Setelah membalas beberapa pesan yang belum dibacanya, seolah-olah teringat akan sesuatu, dia memiringkan kepalanya dan bertanya kepada pria di sampingnya, "Oh ya, Paman, kenapa kamu bisa tahu hari ini aku berada di pusat perbelanjaan ini?"Pria itu tidak menanggapi pertanyaan Pamela. Dia mengulurkan tangan
Tak lama kemudian, mobil sudah berhenti di kediaman Keluarga Dirgantara.Karena sudah diganggu sepanjang sore oleh Justin, Pamela merasa sangat lelah. Sekarang, dia sudah kenyang. Dia hanya ingin segera kembali ke kamar, lalu mandi dan beristirahat.Agam mengikutinya menaiki tangga dari belakang. Saat dia baru saja meletakkan tangannya di gagang pintu dan hendak membuka pintu kamar, seolah-olah sudah menebak pergerakannya, sebuah tangan terulur dari belakang dan juga diletakkan di gagang pintu. Seketika itu pula, tangan besar itu bersentuhan dengan tangan kecilnya dengan lembut ....Pamela mengerutkan keningnya. Dia segera menghentikan pergerakan tangannya untuk membuka pintu, lalu memiringkan kepalanya dan memelototi pria itu. "Paman, apa yang sedang kamu lakukan?"Agam membungkukkan badannya dan berbisik di telinga gadis itu, "Sayangku, aku ingin ...."Melihat pria itu makin mendekatinya, secara naluriah Pamela menjauhkan wajahnya dari pria itu. Kemudian, dengan memasang ekspresi was
"Jiwa. Aku ingin saat kamu mendesain, kamu benar-benar tulus. Selain itu, aku ingin kamu bisa menunjukkan nilai sosial perusahaan serta ketulusan perusahaan terhadap publik dengan teori-teori desain Nusantara sebagai landasannya.""Aku mengeluarkan uang banyak bukan hanya untuk membeli keterampilan profesional yang kamu miliki, melainkan juga ketulusanmu seperti pada saat kamu mendesain gedung Perusahaan Vasant.""Jangan coba-coba mengelabuiku dengan sebuah desain yang kelihatannya sempurna, tetap sesungguhnya nggak ada jiwanya itu.""Moon, harus kuakui keterampilanmu sangat luar biasa, tapi nggak sungguh-sungguh dalam mengerjakan desain ini."Pamela tercengang. Hanya dengan beberapa patah kata pria itu, dia mengakui kesalahannya?!Dia memang tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan desain itu, dia hanya menggunakan keterampilan yang dimilikinya.Ketulusan dan kesungguhan hati memang bisa memberikan jiwa dalam sebuah desain.Sudahlah, lagi pula Agam sudah mengeluarkan dua triliun agar d