Mendengar hal tersebut, sorot mata Agam terlihat berpendar ketika menatap Kalana. Dia kembali melihat Pamela seperti sebelumnya. Tatapannya itu seperti meminta saran.Pamela langsung mengerutkan dahinya. Kenapa Paman melihatnya seperti ini lagi? Ada apa? Apa dia tidak enak hati menolak penyelamatnya dan meminta Pamela untuk menjadi orang jahat?Pria ini benar-benar banyak akal.Sudahlah! Karena akhir-akhir ini Paman bersikap baik padanya, Pamela akan membantunya.Pamela meletakkan salah satu tangannya di dagu dan melihat ke arah Kalana sambil bertanya, "Nona Kalana, kamu tahu bahwa bawahan kakakmu harus segera pergi ke perusahaan dan nggak boleh terlambat. Apa kamu nggak tahu kalau Agam-mu juga harus cepat tiba di kantor dan mengurus pekerjaannya?"Perkataan Agam-mu membuat pria yang berada di sisi Pamela langsung mengerutkan dahinya.Kalana merasa agak sedih. Matanya pun melihat ke bawah. Dia terlihat seperti tidak berdosa dan lemah ketika berkata, "Kak Pamela, bukan ....""Bukan itu
Sekarang hanya ada Justin yang tersisa di kediaman Keluarga Dirgantara. Dia berdiri di ruang makan dan menunggu hukumannya.Pembantu yang baru selesai membuat sarapan segera menyuguhkan makanan di hadapan Pamela. Makanan itu masih panas.Pamela yang sudah lapar langsung mengambil alat makannya, lalu menyantap daging serta telur goreng yang ada di dalam piringnya. Ketika dia sedang makan, dia bisa merasakan sepasang mata yang terus melihat ke arahnya. Sorot mata itu benar-benar membingungkan. Rasanya seperti ada jerat api panas yang mengelilingi tubuhnya dan semakin lama semakin erat.Wanita itu mengangkat alisnya dengan tidak nyaman dan melihat ke arah tersebut, "Paman, apa kamu belum mau pergi ke kantor?"Agam pura-pura marah dan berkata, "Kamu sangat ingin aku segera pergi?"Pamela langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan! Kamu sudah selesai sarapan, tapi belum pergi bekerja. Kenapa kamu duduk melongo di sini dan membuang waktu?"Agam membalas, "Nggak usah buru-buru!"Pam
Pamela sama sekali tidak peduli padanya. Wanita itu menguap dan langsung berjalan melewatinya, menuju ke kamarnya untuk tidur.Justin tertegun dan berbalik, lalu mengikutinya sambil berkata, "Hei! Pamela, bagaimana kamu akan menghukumku? Katakan!"Pamela tetap tidak meresponsnya dan terus berjalan menuju ke lantai atas.Justin yang diacuhkan merasa agak marah. Dia ingin sekali naik ke atas sana. Pak Dimas segera mendekat dan mencegahnya sambil berkata, "Tuan Justin, sekarang Nyonya ingin kembali tidur di kamarnya. Masalahmu akan dibahas lagi setelah nyonya bangun."Justin langsung mengerutkan dahinya dan berkata, "Dia malas sekali, ya? Sekarang sudah jam berapa? Dia masih ingin tidur."Pak Dimas sangat tidak suka mendengar orang-orang Keluarga Yanuar mengatai nyonya mereka. Pria tua yang biasanya selalu bersikap sopan ini pun tidak merasa sungkan lagi dan berkata, "Kesimpulannya, sekarang kamu nggak boleh naik dan mengganggu Nyonya. Tunggu saja di lantai bawah!"Setelah itu, Pak Dimas
Semua ini berawal dari perubahan sikap Agam terhadap Pamela ....Pamela berkata sambil melambaikan tangannya, "Nggak perlu, aku akan keluar dan makan siang di luar."Pak Dimas segera bertanya, "Mau ke mana, Nyonya Pamela? Aku akan meminta sopir untuk mengantarmu?"Pamela berjalan menuju pintu sambil berkata, "Nggak perlu, aku hanya ingin keluar jalan-jalan saja."Pak Dimas berkata dengan ekspresi khawatir, "Uh ... Nyonya, apakah kamu membawa ponselmu? Apakah baterainya sudah terisi penuh? Kalau Tuan Agam datang mencarimu atau kalau kamu bertemu masalah, dia akan kewalahan kalau nggak bisa menghubungimu."Pak Dimas masih ingat hari ketika Agam kembali dari perjalanan bisnis, Pamela tidak pulang sepanjang malam dan ponselnya tidak dapat dihubungi.Agam mencari Pamela sepanjang malam seperti orang gila. Dia hampir menjungkirbalikkan seluruh Kota Marila ....Memikirkan hal itu, Pak Dimas merasa takut.Pamela mengganti sepatunya di pintu masuk, kemudian berkata, "Jangan khawatir, aku nggak
Justin berkata sambil menggaruk kepalanya, "Karena kakakku bilang kalau nggak ada yang berani bertanggung jawab atas masalah ini, itu akan memperdalam konflik antara Keluarga Yanuar dan Keluarga Dirgantara. Dalam hal ini, itu akan memengaruhi hubungan antara dia dan Kak Agam ...."Saat berbicara, suara Justin secara tidak sadar menjadi semakin pelan.Tampaknya, Justin juga merasa tidak pantas membicarakan masalah kakaknya dan Agam di depan Pamela yang merupakan istri sah Agam.Pamela tidak peduli sama sekali. Dia berkata sambil tersenyum sinis, "Kalau kakak tersayangmu memintamu mati demi dia, apakah kamu juga akan mengabulkannya?"Justin mengangguk tanpa berpikir panjang. "Tentu saja!"Pamela memuji sambil mengacungkan jempol dengan kagum, "Luar biasa!"Jelas-jelas Pamela sedang memujinya. Akan tetapi, Justin malah merasa aneh. Dia merasa bahwa pujian Pamela mengandung hinaan dan tidak berarti baik ....Dia mengikuti Pamela dengan kesal sambil berkata, "Pamela, apa maksudmu? Kakakku a
Ketika Pamela berjalan ke halte bus, sebuah bus kebetulan datang. Pamela tersadar dari lamunannya, lalu berlari beberapa langkah dan melompat ke dalam bus. Setelah itu, Pamela menemukan tempat duduk di dekat jendela dan duduk di sana.Justin mengejar Pamela menaiki bus. Namun, ini adalah pertama kalinya Justin naik bus. Dia tidak tahu sebelum naik bus, dia harus membayar terlebih dulu. Justin diingatkan oleh pengemudi dengan suara nyaring hingga dia merasa canggung, lalu dia pun berjalan kembali untuk membayar.Setelah membayar, Justin duduk di sebelah Pamela dengan ekspresi bangga.Pamela tidak memedulikan Justin. Setelah melihat pemandangan yang perlahan lewat di luar jendela, Pamela merasa suasana hatinya terasa lebih baik.Justin mengerutkan kening sambil menatap Pamela beberapa saat, lalu bertanya dengan bingung, "Hei! Pamela, sekarang kamu adalah nyonya muda Keluarga Dirgantara, kenapa kamu masih bepergian dengan bus?"Pamela bersandar malas di sandaran kursinya, lalu berkata den
Justin menyilangkan kedua tangannya, lalu berkata sambil mendengus dengan ekspresi percaya diri. "Sekalipun kamu menyukai Kak Agam, kalian berdua nggak akan bertahan lama! Pamela, sebaiknya kamu mendengarkan nasihatku dan berinisiatif untuk pergi sendiri. Kalau nggak, ketika kamu dicampakkan, kamu akan ...."Saat Justin masih berbicara, bus telah menepi dan tiba di halte.Pamela berdiri, lalu melewati Justin. Pamela berjalan keluar dari mobil tanpa memedulikan Justin sama sekali.Justin tersadar dari lamunannya. Dia merasa sangat kesal dan segera mengejar Pamela. "Hei! Pamela, apakah kamu mendengar apa yang baru saja aku katakan? Pamela!"Pamela tidak ingin mendengar perkataan Justin. Dia berjalan ke toko minuman. Sementara Justin mengikutinya masuk sambil terus berbicara ....Setelah beberapa saat, Pamela keluar sambil membawa secangkir teh susu. Kemudian, dia berjalan ke pusat perbelanjaan di depannya dengan santai dan bahagia.Justin mengikutinya sambil membicarakan topik yang belum
Pamela benar-benar merasa bahwa Justin memiliki wajah tampan, tetapi otaknya sangat bodoh. Meski dia tidak menyukai Pamela, dia tidak boleh berbicara seperti itu kepada seorang gadis!Melihat gadis berambut panjang itu hendak menangis, Pamela merasa bersimpati padanya. Jadi, dia melangkah maju untuk menghiburnya, "Abaikan dia, anak ini nggak bisa berbicara dengan baik! Dia nggak menyukaiku, bukan kamu."Gadis berambut panjang itu tertegun. Dia menahan air matanya, lalu menatap Pamela dengan heran dan penasaran. "Halo, apakah kamu kakaknya Justin?"Pamela berpikir bahwa gadis ini menyukai Justin. Jika Pamela mengatakan sebaliknya, gadis ini pasti akan salah paham tentang hubungan mereka lagi."... Ya."Setelah Pamela menghiburnya, gadis berambut panjang itu mengesampingkan rasa malunya dan tersenyum pada Pamela. "Kakak, namaku Michelle. Aku teman sekelas Justin. Maaf, tadi aku nggak tahu identitasmu ... karena kamu terlihat seumuran dengan kami, aku sedikit nggak yakin apakah kamu kakak