Kalana berjalan mendekat dengan ekspresi gelisah sambil bertanya, "Kak, sekarang bagaimana dengan Stevi?"Setelah tersadar dari lamunannya, Jason berkata kepada adiknya dengan ekspresi serius, "Dia sudah dewasa, dia bisa berpikir sendiri. Dia harus menanggung akibat dari perbuatan yang dia lakukan.""Tapi Stevi adalah sahabatku! Kak, kita nggak bisa mengabaikannya ....""Sudahlah, jangan katakan apa-apa lagi, kamu pulang dulu dengan Justin."...Di kamar mandi kantor polisi.Setelah Pamela mencuci tangan dan berjalan keluar, Julius yang sedang menunggu di luar pun berjalan ke arahnya, lalu menyerahkan tissue dengan hormat.Pada saat bersamaan, Julius juga berkata sambil memberikan ponselnya, "Bu Pamela, Pak Marlon memintamu untuk menjawab teleponnya."Pamela mengambil tisu dan menyeka tangannya terlebih dahulu, kemudian menjawab panggilan tersebut.Suara Marlon terdengar dari ujung telepon. "Bos, Bagaimana denganmu? Apakah kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa! Kamu melakukan pekerjaan
Pamela juga menoleh ke arah mobil Julius yang melaju pergi. Setelah itu, dia memahami arti kata-kata Agam."Oh, Pak Julius dulunya adalah senior di Jurusan Hukum Universitas Padalamang. Dia sangat antusias. Aku sangat berterima kasih padanya telah membantuku kali ini.""Antusias?" Agam mematikan rokok di tangannya, lalu menatap Pamela dengan tatapan serius sambil berkata, "Di Kota Marila, seniormu itu dikenal sebagai orang yang sulit disewa bahkan dengan bayaran tinggi. Dia bersedia membantu junior sepertimu, hubungan kalian pasti sangat akrab, bukan?"Terlihat jelas Agam mencurigai Pamela.Pamela tidak ingin menjelaskan. Untuk sesaat, Pamela tidak bisa memikirkan penjelasan yang masuk akal. Selain itu, dia juga tidak ingin mengungkapkan identitasnya.Terlalu banyak bicara akan menyebabkan kesalahpahaman, jadi Pamela memilih untuk diam.Saat ini, Adsila yang muncul entah dari mana itu membawa ember kecil. Dia mencelupkan daun jeruk ke dalam air, lalu memercikkan air ke arah Pamela, "Bi
Pamela memikirkan dirinya yang tidak punya apa-apa sejak kecil. Dia harus menghadapi semuanya sendiri dan mencari solusi sendiri.Hingga saat ini, meski Pamela telah memiliki kemampuan, jika dipikir-pikir, apakah dia akan bersyukur atas kesulitan yang membuatnya makin kuat dengan perlahan?Tidak akan.Jika punya pilihan, tidak ada seorang pun yang ingin menderita.Suara lembut dan ramah Kalana kembali terdengar lagi di telinga Pamela ...."Agam, aku sudah meminta maaf kepada Kak Pamela atas kesalahpahaman ini! Hei, itu semua karena Stevi melakukan hal kesalahan! Tapi, dia bukan orang jahat, kamu juga sudah mengenal Stevi untuk waktu lama. Seharusnya kamu memahami sifatnya!""Jadi Agam, bisakah kamu membantuku membujuk Kak Pamela untuk nggak meminta pertanggungjawaban Stevi dan memaafkannya untuk yang terakhir kalinya?""Polisi bilang selama aku nggak melanjutkan kasus ini dan Kak Pamela nggak mempermasalahkan hal ini, Stevi nggak akan dipenjara ...."Mendengar ini, Pamela tersenyum sin
Saat datang ke kantor polisi, Kalana dan adiknya, Justin menumpangi mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi keluarga mereka.Namun, tadi Justin sudah disuruh pulang oleh kakaknya untuk belajar di rumah. Sopir yang mengantar adiknya pulang.Jadi, sekarang dia hanya bisa pulang dengan menumpangi mobil kakaknya.Begitu masuk ke dalam mobil Jason, Kalana mendapati jimat keselamatan tergantung di kaca spion mobil.Jimat keselamatan itu diperoleh secara langsung dari seorang master dari Kuil Brahma Gunung Damai. Di tengah jimat tersebut, ada sebuah foto berukuran kecil seorang gadis kecil bersama ibunya.Seperti Kalana, gadis kecil itu memiliki sebuah tahi lalat kecil di pelipisnya.Kalana tahu kakaknya sama sekali tidak memercayai mitos. Meski begitu, Jason tetap bersedia memohon sebuah jimat keselamatan untuk mendoakan ibu dan anak itu.Ibu dan anak itu sangat penting bagi Jason.Namun, orang yang berada dalam foto itu bukanlah dirinya dengan ibunya, melainkan nyonya terdahulu dan nona be
Jason memijat-mijat hidungnya, dia merasa agak lelah secara mental.Dia selalu menuruti adiknya ini. Kadang kala, dia bahkan merasa dia sudah terlalu memanjakan Kalana.Setelah tujuannya tercapai, Kalana memiringkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya ke luar kaca mobil. Ekspresi meremehkan tampak jelas di wajahnya ....Dalam lubuk hatinya, sebenarnya dia sama sekali tidak peduli apakah kakaknya menggantung fotonya di mobil atau tidak, serta setiap kali mengendarai mobil teringat pada dirinya atau tidak, dia hanya ingin lebih unggul dibandingkan Rembulan.Semua orang mengatakan dirinya memiliki nasib yang baik. Begitu terlahir, dia langsung menjadi sosok tuan putri yang dimanjakan oleh Keluarga Yanuar.Namun, hal yang tidak diketahui oleh orang lain adalah selama ini posisinya di Keluarga Yanuar sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan seorang gadis kecil yang sudah menghilang belasan tahun yang lalu.Demi mengingat Rembulan, ayahnya mengeluarkan dana besar untuk membeli tanah di
"Ah, aku hanya tebak saja karena selama ini Paman sangat baik padaku. Lagi pula, statusku adalah istrimu walau bukan istri sah. Jadi, kupikir seharusnya kamu nggak mungkin mengabaikanku. Selain kamu yang bersedia mencarikan saksi untukku, nggak ada orang lain lagi yang akan melakukannya!"Pamela melontarkan kata-kata sanjungan kepada pria itu.Agam meliriknya dengan dingin dan berkata, "Apa kamu benar-benar tahu aku nggak akan mengabaikanmu?"Pamela tetap memaksakan seulas senyum. "Tentu saja, tentu saja aku tahu!"Agam mendengus pelan dan berkata, "Kalau begitu, apa kamu ada memakiku dalam hati karena semalam aku nggak kembali ke rumah sakit untuk menemanimu?"Untuk sesaat, Pamela tidak bisa berkata-kata. 'Oke, harus kuakui hal itu,' kata Pamela dalam hati.Semalam, dia mendengar dari Adsila bahwa Kalana sudah keluar dari rumah sakit, jadi pria itu mengantarnya pulang. Setelah itu, pria itu tidak kembali ke rumah sakit lagi ....Dia beranggapan bahwa kemungkinan besar pasangan itu sud
Tanpa menunggu Pamela selesai berbicara, pria itu tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya, mengangkat satu lengannya dan lengan lainnya menahan kursi sang istri. Kemudian, dia langsung menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu.Sentuhan awal bibir pria itu sangat lembut dengan sensasi yang memabukkan. Namun, lama-kelamaan ciuman itu menjadi makin ganas, seolah-olah ingin melahap bibirnya dang menguasai seluruh bagian mulutnya ....Merasakan ciuman secara mendadak itu membuat Pamela tercengang. Setelah tersadar kembali, dia mulai mendorong pria itu dengan sekuat tenaganya ....Saat dia baru bisa bernapas, ciuman ganas pria itu kembali menyerangnya!Dia kembali berusaha mendorong pria itu dengan sekuat tenaganya. "Paman ... Ka ... kamu ... hmmphhh ...."Begitu didorong, pria itu kembali menyerangnya dengan ciuman ganas lagi!"Paman ... Ka ... kamu ... hentikan ... hentikan ... pergi ... pergi sana ...."Mungkin karena penolakan keras darinya, pria itu menempatkan satu tangannya di belakang
Agam mengerutkan keningnya dan berkata, "Bajingan? Kenapa kamu menyebutku pria bajingan?"Pamela sedang bersiap mengungkapkan isi hatinya. Tepat pada saat itu pula, ponsel di saku bajunya tiba-tiba berdering ....Dia mengurungkan niatnya dan mengeluarkan ponselnya terlebih dahulu. Begitu melirik layar ponselnya, dia mendapati nomor asing yang belum disimpannya di dalam kontak dalam ponselnya.Ingatan Pamela sangat bagus. Dia hampir bisa mengingat semua angka-angka hanya dengan sekali pandang. Begitu melirik nomor di layar ponselnya itu, dia langsung mendapati Kalana yang meneleponnya."Paman, kamu jawab saja panggilan telepon dari Nona Kalana-mu ini."Setelah menyodorkan ponselnya kepada pria itu, Pamela memiringkan kepalanya, menghadap ke luar kaca mobil, seolah-olah sedang menjaga jarak untuk tidak mendengar pembicaraan mereka ....Tanpa melirik layar ponsel itu sama sekali, begitu mengambil ponsel tersebut, Agam langsung mematikan panggilan telepon dan berkata dengan serius, "Pamela