Di bawah meja, Phillip tiba-tiba mengepalkan kedua tangannya. Untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.Dian berkata, "Aku juga nggak meminta belas kasihanmu, aku hanya ingin beri tahu kamu bahwa aku nggak mungkin mendekati orang yang kusukai dengan cara seperti ini. Bisakah kamu memberiku sedikit kepercayaan? Anggap saja kita sudah kenal selama ini, ya?!"Dian menatap Phillip dengan ekspresi penuh harapan. Dia berharap untuk mendapatkan sebuah jawaban yang pasti dari Phillip. Hanya saja, saat Phillip sedang berpikir, seseorang yang tidak Dian sangka akan datang malah muncul di tempat ini.Fabian berjalan menghampiri mereka sambil tersenyum lebar, dia bahkan menopang lengannya di bahu Phillip dengan santai. "Dian, kesehatanmu masih belum pulih, kenapa kamu keluar untuk bertemu dengan tamu?""Tapi, kalau kamu mau bertemu dengan Phillip, lain kali, kamu bisa kabarkan dulu pada Ayah, 'kan?""Phillip adalah calon menantuku, aku juga seharusnya bertemu dengannya."Ekspresi Di
Orang yang lebih tua sudah berpengalaman, jadi mereka lebih cerdik. Dian masih saja kalah dari ayahnya.Dengan ekspresi cuek, Phillip mengulurkan tangannya dan mengetuk meja dua kali, sehingga Dian seketika membungkam."Sudahlah, aku nggak punya waktu untuk menyaksikan sandiwara kalian lagi di sini.""Kalau Keluarga Sanders sudah menyetujui pernikahan ini, aku akan melakukannya. Kamu hanya perlu menungguku untuk pergi menikahimu di rumah.""Kalau soal yang lainnya, nggak usah banyak harap lagi."Dengan ekspresi sedih, Dian melihat Phillip berdiri dan meninggalkan kafe ini. Dia bahkan berdoa agar Phillip tidak pergi begitu saja. Namun, Phillip terus-menerus dipermainkan oleh mereka, bagaimana mungkin dia masih akan memercayai Dian?Sedangkan Fabian tampak bahagia, seakan-akan keinginannya akhirnya terwujudkan."Aih, kalian adalah pasangan yang serasi.""Jangan salahkan Paman. Kalau bukan karena aku langsung membuat keputusan, bagaimana mungkin kalian berdua bisa bersama?""Terlebih lagi
"Tapi, sekarang, aku sedang membantumu, jangan nggak tahu berterima kasih.""Lihatlah dia. Kalau dia menyukaimu sedikit saja, dia nggak mungkin mengucapkan kata-kata yang bisa membuatmu sedih seperti itu.""Tunggu saja. Pada saatnya, nggak ada harapan lagi untuk upacara pernikahan. Kamu hanya perlu bersenang kalau dia bisa membuat surat nikah denganmu dan mengumumkan bahwa kamu adalah menantu di Keluarga Sanders. Jangan marah-marah lagi di sini."Dian benar-benar merasa sangat absurd. "Pernikahan ini bisa terjadi karena kita memaksa Keluarga Sanders, bukankah wajar saja kalau nggak ada upacara pernikahan?""Aku bukan orang yang dia sukai, kenapa dia harus mengadakan upacara pernikahan untukku?""Selain itu, kalau soal surat nikah dan yang lainnya, Ayah nggak usah ungkit lagi. Aku bahkan sudah nggak tahu bagaimana aku harus menghadapinya. Segalanya akibat perbuatan Ayah, Ayah benar-benar baik sekali."Dian bersandar di kursinya dengan perasaan putus asa. Sekarang, dia benar-benar tidak
Lucy masih bersikap dingin, seperti biasanya, layaknya sebuah robot.Dian bertanya dengan kebingungan, "Aku sama sekali nggak pernah berfoto dengan presiden direktur kalian, aku juga nggak pernah pergi ke kantor catatan sipil dengannya. Dari mana datangnya surat nikah ini?"Lucy mendorong bingkai kacamatanya dan menjawab, "Sebelumnya, setelah saya menerima data Anda, saya pergi mengurus hal ini. Ada beberapa hal yang nggak memerlukan Pak Phillip untuk melakukannya sendiri.""Ohh ... ternyata begitu, ya. Aku baru tahu," kata Dian.Kemudian, Lucy mengangguk dan berkata, "Kalau Nona Dian nggak punya urusan lain lagi, saya kembali dulu, ya. Masih ada pekerjaan di perusahaan yang harus saya lakukan."Dian bergegas mengangguk sambil berkata, "Tentu saja, silakan lakukan kesibukanmu, Nona Lucy."Saat Dian tersisa sendirian, dia baru melihat surat nikah itu dengan hati-hati.Melihat foto dua anak muda yang berdekatan itu, Dian tersenyum, lalu menyentuhnya dengan lembut. Apakah ini surat nikahn
Saat Dian sedang berdiri di depan pintu perusahaan sambil memikirkan cara untuk pergi ke rumahnya Phillip, sebuah mobil super berwarna hitam berhenti di depannya.Dia tidak mengenali mobil ini, jadi dia bergeser ke satu sisi. Namun, tak disangka, mobil ini juga ikut berpindah.Dia seketika merasa agak kesal. Selama beberapa hari terakhir, suasana hatinya sudah kurang baik, tetapi jalannya malah dihalangi oleh orang yang menyebalkan ini lagi. Dia pun berjalan maju dan mengetuk jendela pengemudi dengan kesal."Tuan, dilarang parkir di sini ...."Hanya saja, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia malah bertemu tatap dengan Phillip yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.Ucapan Dian seketika terhenti."Maaf, aku nggak tahu itu kamu. Aku juga nggak pernah melihat mobil ini, jadi kukira ada yang cari masalah denganku," kata Dian.Phillip mengernyit dengan tidak sabar dan berkata, "Kalau sudah tahu, kenapa kamu masih nggak cepat naik mobil?""Kamu mau menarik perhatian semua oran
"Kalau aku terus bekerja jadi wartawan, entah kapan aku baru bisa melunasi utang ini!"Dian tertawa dengan getir, tetapi Phillip malah mengernyit sambil berkata, "Kenapa? Memangnya aku memaksamu untuk berganti profesi?""Aku sama sekali nggak pernah menyuruhmu untuk membayar apa pun. Rekaman yang sudah terekspos itu sudah merusak citraku. Apakah kamu masih ingin membuat orang lain menganggap bahwa aku memperlakukan istriku dengan buruk?"Dian bergegas menggeleng dan berkata, "Tentu saja aku nggak bermaksud seperti ini. Hanya saja, uang itu memang dipinjam keluargaku ....""Di dunia ini, nggak ada yang gratis. Aku juga nggak mau ayahku menganggap Keluarga Sanders sebagai sumber penghasilan Keluarga Sandiga. Masalah ini sudah terjadi, jadi aku harus menyelesaikannya, jadi sebaiknya semuanya dibedakan dengan jelas."Entah mengapa, saat Phillip merujuk pada Dian sebagai istrinya, Dian tetap tersipu malu, padahal hubungan mereka sekarang jelas-jelas sangat canggung.Kemudian, sepanjang perj
Dian pun tersenyum dengan malu.Awalnya, dia mengira bahwa para tetua ini akan menyusahkan dirinya. Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa mereka ternyata sebaik ini.Sambil memikirkan hal ini, Dian merasa makin malu. Ayahnya benar-benar jauh berbeda dari para tetua ini.Phillip berjalan maju dan merangkul bahunya Dian, lalu membawa Dian ke dalam."Sudahlah, sudah kubilang jangan menunggu di depan pintu.""Kakek dan Nenek sudah tua, bagaimana kalau kalian kedinginan?"Namun, Lisa malah berkata, "Aku sangat sehat. Dian, cepat duduk di sampingku."Semua anggota keluarga ini pun duduk bersama. Awalnya, Dian seharusnya duduk di sampingnya Phillip. Karena Lisa sudah berbicara seperti ini, dia harus berpindah tempat.Phillip merasa agak enggan. Ini pertama kalinya Dian datang ke rumahnya, jika Dian duduk di sisi neneknya, Dian tidak akan merasa nyaman.Lisa memelototi cucunya dan bertanya, "Kenapa? Kamu takut aku menelan istrimu, ya?"Dian pun menoleh dan menggeleng dengan pelan pada P
"Daripada membuat keluargaku sedih hanya untuk membuatmu merasa lebih nyaman, sebaiknya kamu bersandiwara dengan baik, supaya mereka lebih tenang."Dian langsung berkata, "Bukan itu maksudku. Aku juga bukan hanya memikirkan diriku sendiri.""Diperlukan ratusan kebohongan untuk menyempurnakan satu kebohongan. Hari ini, kita memang bisa membohongi mereka. Tapi, apakah aku dan kamu harus berpura-pura jadi suami istri selamanya?"Phillip menatapnya sekilas dengan tatapan cuek, tatapannya jelas-jelas memberi tahu Dian, apa salahnya jika mereka bisa membuat keluarganya senang?Dian berkata, "Kamu ... ucapanmu nggak masuk akal. Kebohongan nggak bisa menjadi kenyataan, jadi mana mungkin ada kebohongan yang bisa bertahan seumur hidup?""Aku hanya berharap agar sekarang, mumpung hubungan kita masih belum terlalu jauh, kita bisa langsung mengungkapkan kebohongan ini, supaya ke depannya, nggak ada yang kecewa."Terutama bagi Dian, dia tidak merasakan banyak kehangatan di rumah. Di keluarga yang pe
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen