Lucy masih bersikap dingin, seperti biasanya, layaknya sebuah robot.Dian bertanya dengan kebingungan, "Aku sama sekali nggak pernah berfoto dengan presiden direktur kalian, aku juga nggak pernah pergi ke kantor catatan sipil dengannya. Dari mana datangnya surat nikah ini?"Lucy mendorong bingkai kacamatanya dan menjawab, "Sebelumnya, setelah saya menerima data Anda, saya pergi mengurus hal ini. Ada beberapa hal yang nggak memerlukan Pak Phillip untuk melakukannya sendiri.""Ohh ... ternyata begitu, ya. Aku baru tahu," kata Dian.Kemudian, Lucy mengangguk dan berkata, "Kalau Nona Dian nggak punya urusan lain lagi, saya kembali dulu, ya. Masih ada pekerjaan di perusahaan yang harus saya lakukan."Dian bergegas mengangguk sambil berkata, "Tentu saja, silakan lakukan kesibukanmu, Nona Lucy."Saat Dian tersisa sendirian, dia baru melihat surat nikah itu dengan hati-hati.Melihat foto dua anak muda yang berdekatan itu, Dian tersenyum, lalu menyentuhnya dengan lembut. Apakah ini surat nikahn
Saat Dian sedang berdiri di depan pintu perusahaan sambil memikirkan cara untuk pergi ke rumahnya Phillip, sebuah mobil super berwarna hitam berhenti di depannya.Dia tidak mengenali mobil ini, jadi dia bergeser ke satu sisi. Namun, tak disangka, mobil ini juga ikut berpindah.Dia seketika merasa agak kesal. Selama beberapa hari terakhir, suasana hatinya sudah kurang baik, tetapi jalannya malah dihalangi oleh orang yang menyebalkan ini lagi. Dia pun berjalan maju dan mengetuk jendela pengemudi dengan kesal."Tuan, dilarang parkir di sini ...."Hanya saja, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia malah bertemu tatap dengan Phillip yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.Ucapan Dian seketika terhenti."Maaf, aku nggak tahu itu kamu. Aku juga nggak pernah melihat mobil ini, jadi kukira ada yang cari masalah denganku," kata Dian.Phillip mengernyit dengan tidak sabar dan berkata, "Kalau sudah tahu, kenapa kamu masih nggak cepat naik mobil?""Kamu mau menarik perhatian semua oran
"Kalau aku terus bekerja jadi wartawan, entah kapan aku baru bisa melunasi utang ini!"Dian tertawa dengan getir, tetapi Phillip malah mengernyit sambil berkata, "Kenapa? Memangnya aku memaksamu untuk berganti profesi?""Aku sama sekali nggak pernah menyuruhmu untuk membayar apa pun. Rekaman yang sudah terekspos itu sudah merusak citraku. Apakah kamu masih ingin membuat orang lain menganggap bahwa aku memperlakukan istriku dengan buruk?"Dian bergegas menggeleng dan berkata, "Tentu saja aku nggak bermaksud seperti ini. Hanya saja, uang itu memang dipinjam keluargaku ....""Di dunia ini, nggak ada yang gratis. Aku juga nggak mau ayahku menganggap Keluarga Sanders sebagai sumber penghasilan Keluarga Sandiga. Masalah ini sudah terjadi, jadi aku harus menyelesaikannya, jadi sebaiknya semuanya dibedakan dengan jelas."Entah mengapa, saat Phillip merujuk pada Dian sebagai istrinya, Dian tetap tersipu malu, padahal hubungan mereka sekarang jelas-jelas sangat canggung.Kemudian, sepanjang perj
Dian pun tersenyum dengan malu.Awalnya, dia mengira bahwa para tetua ini akan menyusahkan dirinya. Namun, dia sama sekali tidak menyangka bahwa mereka ternyata sebaik ini.Sambil memikirkan hal ini, Dian merasa makin malu. Ayahnya benar-benar jauh berbeda dari para tetua ini.Phillip berjalan maju dan merangkul bahunya Dian, lalu membawa Dian ke dalam."Sudahlah, sudah kubilang jangan menunggu di depan pintu.""Kakek dan Nenek sudah tua, bagaimana kalau kalian kedinginan?"Namun, Lisa malah berkata, "Aku sangat sehat. Dian, cepat duduk di sampingku."Semua anggota keluarga ini pun duduk bersama. Awalnya, Dian seharusnya duduk di sampingnya Phillip. Karena Lisa sudah berbicara seperti ini, dia harus berpindah tempat.Phillip merasa agak enggan. Ini pertama kalinya Dian datang ke rumahnya, jika Dian duduk di sisi neneknya, Dian tidak akan merasa nyaman.Lisa memelototi cucunya dan bertanya, "Kenapa? Kamu takut aku menelan istrimu, ya?"Dian pun menoleh dan menggeleng dengan pelan pada P
"Daripada membuat keluargaku sedih hanya untuk membuatmu merasa lebih nyaman, sebaiknya kamu bersandiwara dengan baik, supaya mereka lebih tenang."Dian langsung berkata, "Bukan itu maksudku. Aku juga bukan hanya memikirkan diriku sendiri.""Diperlukan ratusan kebohongan untuk menyempurnakan satu kebohongan. Hari ini, kita memang bisa membohongi mereka. Tapi, apakah aku dan kamu harus berpura-pura jadi suami istri selamanya?"Phillip menatapnya sekilas dengan tatapan cuek, tatapannya jelas-jelas memberi tahu Dian, apa salahnya jika mereka bisa membuat keluarganya senang?Dian berkata, "Kamu ... ucapanmu nggak masuk akal. Kebohongan nggak bisa menjadi kenyataan, jadi mana mungkin ada kebohongan yang bisa bertahan seumur hidup?""Aku hanya berharap agar sekarang, mumpung hubungan kita masih belum terlalu jauh, kita bisa langsung mengungkapkan kebohongan ini, supaya ke depannya, nggak ada yang kecewa."Terutama bagi Dian, dia tidak merasakan banyak kehangatan di rumah. Di keluarga yang pe
Sekarang, penggemar Yessy malah masih berani mendambakan kekayaan keluarga masing-masing tanpa memikirkan status mereka sendiri."Pasti itu putri dari keluarga kaya di kalangan yang sama. Kalau nggak, mana mungkin Keluarga Sanders bisa menerima orang itu? Kalian terlalu memandang rendah para tetua keluarga itu, deh.""Benar juga. Kalau aku memiliki putra sehebat itu, aku tentu saja akan mencari seorang menantu yang serasi dengannya.""Sekarang sudah abad ke-21, tapi kalian masih saja menerapkan sistem kekuasaan yang kuno. Sepertinya orangnya nggak berpikir seperti itu, tapi kalian sudah membayangkan diri kalian sebagai ibu mertua yang kejam!""Kalian malah bilang Yessy nggak layak untuknya, apakah kalian tahu posisinya sekarang di dunia penari?""Dia membawa nama baik dari luar negeri, tapi orang kaya baru dalam kalangan ini malah jadi serendah ini bagi kalian. Dia memiliki karier yang sukses. Sepertinya dia terlalu baik untuk Pak Phillip kalian.""Kalian hanya nggak senang karena ada
"Kalau kamu sendiri nggak merasa bahwa kondisimu konyol, siapa yang akan merasa seperti itu?""Sekarang, kamu terus merendahkan dirimu sendiri dan lagi begitu nggak stabil. Kalau kamu pergi ke luar, kamu mau bertemu dengan Phillip?""Apakah kamu bisa menghadapinya?""Kalau kamu bisa bertemu dengannya, apa yang mau kamu katakan padanya? Bisakah kamu memikirkan poin penting dalam permasalahan ini sebelum kamu pergi mencarinya?!""Menurutmu, bagaimana kamu bisa mempertahankan hatinya selama bertahun-tahun? Bukankah dengan kelembutan dan perhatianmu?""Ada juga kenangan kalian dari masa lalu. Sekarang, kalau kamu bahkan kehilangan hal-hal ini, biar kuberi tahu kamu, kamu sudah nggak punya peluang untuk menang," kata Mila.Akhirnya, Yessy berhasil dibujuk oleh Mila. Tangannya yang memegang kunci pun bergetar. Akhirnya, air matanya yang terus dia tahan juga mengalir."Kak Mila, apakah semua usahaku sia-sia?""Aku sudah bekerja sangat keras di luar negeri, tapi demi dia, aku kembali. Sekarang
"Tapi, mereka nggak mungkin hanya mengumumkan pernikahan mereka dengan begitu terburu-buru, 'kan? Mereka seperti hanya menyelesaikan sebuah tugas.""Nggak ada yang tahu apakah mereka mengadakan upacara pernikahan atau nggak. Ke depannya, mungkin saja tetap kamu orang pertama yang akan mengenakan gaun pengantin dan berdiri di sisinya Phillip. Kamu harus bersemangat."Mendengar ucapan Mila, air mata Yessy seketika berhenti mengalir.Dia menyeka air mata di pipinya, lalu mengangguk dan berkata, "Kak Mila, ucapanmu benar. Aku nggak bisa bersedih seperti ini. Setidaknya, aku harus mencari tahu situasinya sekarang."Setelah Mila mendengar bahwa Yessy sudah mengendalikan emosinya, Mila tidak lagi menahan Yessy. "Kalau begitu, cepat pergi, cepat pulang. Ingatlah, keluar dari tempat parkir bawah tanah. Jangan sampai fotomu diambil oleh para paparazi itu. Mereka terus menunggu untuk membuatmu sebagai bahan tawaan. Sekarang, sebaiknya jangan terekspos media dulu."Yessy malah tiba-tiba tersenyum