Fabian memapah Dian sambil berkata, "Bibi Sri paling tahu seleramu. Kalau bukan karena Ayah bilang kesehatanmu belum membaik dan melarangnya datang, pasti sekarang dia sudah menangis di hadapanmu."Seulas senyuman muncul di wajah Dian ketika menyebut Bibi Sri, "Kalau begitu sepulang nanti, beri tahu Bibi kalau aku baik-baik saja, jangan membuatnya khawatir."Lesti mengambil kesempatan ini untuk mengusulkan Dian pulang dan tinggal di rumah.Dian mengunyah roti tanpa bersuara, rasa roti ini sangat familier, memang buatan Bibi Sri.Fabian tidak langsung menjawab, hanya mendengar Lesti melanjutkan, "Kejadian besar baru saja menimpa Dian, tubuhnya juga masih lemah. Bukankah sulit baginya merawat diri kalau tinggal di luar?""Lebih baik tinggal di rumah, kita semua bisa membantunya, Dian juga bisa makan makanan kesukaannya. Bukankah tubuhnya akan lebih cepat pulih?""Fabian, bagaimana menurutmu?"Fabian juga mengangguk, tapi tidak memaksa Dian."Dian, apa kamu mau pulang?""Kalau nggak mau,
Keduanya saling memandang, lalu berpelukan."Terima kasih, Lesti. Kamu nggak tahu, betapa bahagianya aku."Mata Lesti berkaca-kaca, "Akhirnya kita punya anak, Fabian. Kita sudah terlalu lama menantikannya."Dian memandang mereka dengan tatapan dingin, Ririn bahkan mendekat dan memeluk ibunya."Ayah, Ibu, sebentar lagi kita akan menyambut adik laki-laki, Keluarga Sandiga akan semakin lengkap."Saat ini, Fabian melepaskan Lesti, seolah teringat sesuatu. Dia menyeka air mata di sudut matanya, benar-benar tidak menyangka Lesti akan memberinya kejutan sebesar itu, "Bisa jadi adik perempuan, nggak peduli laki-laki atau perempuan, dia akan jadi anak kesayanganku."Lesti menitikkan air mata dan mengangguk sambil berkata, "Dia memang anak kesayangan kita."Mereka bertiga sepenuhnya mengabaikan Dian yang terbaring di ranjang rumah sakit.Fabian terlalu senang hingga melupakan putri sulungnya.Lesti dan Ririn melakukannya dengan sengaja, terutama saat mereka bertiga sekeluarga berpelukan, Ririn d
"Huh, dari suaramu kedengarannya sudah pulih?"Di kantor, setelah mendengar suara Dian, semua rasa lelah di tubuh Phillip serasa menghilang, dia bersandar di kursinya dengan santai.Meskipun Fabian yang membawa Dian pergi, faktanya Phillip masih tegang sampai dia mendengar sendiri suara Dian.Akhirnya dia bisa lega."Um, aku jauh lebih baik sekarang, tapi masih kurang bertenaga, dokter menyarankan untuk dirawat di rumah sakit beberapa hari. Setelah keluar, aku akan pulang dan tinggal di rumah."Dian melaporkan seolah-olah sedang mengobrol dengan teman lama, Phillip tiba-tiba membuka matanya.Kemudian bertanya, "Tinggal di rumah? Memangnya kamu mau tinggal dengan Lesti dan Ririn?"Begitu mendengar reaksi Phillip, Dian langsung tahu kejadian hari itu pasti berhubungan dengan mereka."Jadi kejadian yang menimpaku hari itu berhubungan dengan Lesti?"Pertanyaan Dian membuat Phillip merasa aneh, "Apa ayahmu nggak menceritakannya?""Aku sudah menyampaikan keseluruhan ceritanya, juga mengingat
Phillip bergurau.Dian berkata sambil memonyongkan bibir, "Kita sudah seakrab ini, apa sekali makan nggak cukup memuaskanmu? Kalau begitu, dua kali makan. Aku akan mentraktirmu sebanyak yang bisa kamu makan."Phillip menjawab, "Pegang ucapanmu, ya. Jangan mengingkari janji, aku akan merekamnya.""Cih, aku selalu menepati janji," balas Dian.Saat ini mereka belum tahu, hanya dalam waktu satu bulan, hubungan mereka akan berubah drastis dan pemandangan harmonis seperti ini tidak akan pernah terlihat lagi di hadapan mereka.Fabian menemani Lesti melakukan pemeriksaan fisik. Ketika hasil USG berukuran kecil itu mendarat di tangannya, barulah dia benar-benar yakin, dia akan punya anak!Di hadapan dokter, dia mencium pipi Lesti seolah tidak ada orang lain yang memperhatikan, "Terima kasih telah memberiku anak ini. Aku akan memberikan apa pun yang kamu inginkan."Lesti menghindar sejenak, terlihat agak malu."Sudahlah, kita bukan pengantin baru lagi, untuk apa bicara seperti ini? Lagi pula, bu
Melihat mata Dian melebar, bahkan bersikeras mengatakan dia tidak perlu membayar, Phillip semakin merasa jijik."Apa kamu berkomplot dengan ayahmu, dia jadi penjahat dan kamu jadi orang baiknya, sekarang kamu berpura-pura nggak bersalah di hadapanku?""Tanpa persetujuan darimu, mana mungkin dia datang mengajukan permintaan seperti itu?""Tadinya aku nggak mau datang, tapi mengingat keluargamu melakukan hal menjijikkan seperti itu, ingin sekali aku bertanya padamu.""Atau sejak awal kamu memang punya niat tidak murni untuk mendekatiku?"Dian tidak bisa tersenyum lagi, dia merasa seolah dipaku pilar rasa malu.Dia bahkan tidak mengerti apa yang dibicarakan Phillip, tapi dia tahu pasti ada hubungannya dengan keluarganya dan satu-satunya keluarganya adalah Fabian."Keluargaku melakukan sesuatu yang nggak bisa kamu terima. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan, tetapi kalau itu masalahnya, bolehkah aku minta maaf dulu padamu? Jangan bicara seperti ini, ya?"Phillip mencondongkan tubuhnya s
Setelah itu, Phillip bangkit dan pergi, meninggalkan Dian sendirian.Menikah apanya? Kapan dia bilang mau menikah dengan Phillip? Perasaan Dian terungkap, dia seakan jatuh ke dalam gudang es.Apa yang terjadi sebelum dia keluar dari rumah sakit?Dian segera memanggil pelayan, membayar tagihan dan bergegas pulang.Awalnya dia membayangkan segalanya berjalan dengan baik. Mereka berdua telah melalui banyak hal bersama, bahkan berbagi kesedihan, hubungan mereka pasti lebih dekat dari sebelumnya. Dia tidak pernah mengharapkan pria ini jatuh cinta padanya, tapi dia menyukai pria ini dan ingin pria ini lebih memperhatikannya.Namun, dia tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Sebelum terpikirkan olehnya, keluarganya sudah menutup jalan keluar untuknya."Ayah, katakan yang sejujurnya, apa Ayah menemui Phillip? Apa yang sebenarnya Ayah lakukan?"Fabian tidak menyangka Dian akan secepat itu menanyakannya. Dia menjawab dengan ragu-ragu, "Maksudnya apa menemui Phillip? Kamu piki
"Maksud Paman tanggung jawab yang mana, ya?""Seingatku, aku sudah menjelaskan setiap detail pada Paman dengan jelas, aku juga meninggalkan tempat kejadian setelah memastikan Dian aman. Sekarang, apa maksud Paman dengan mengambil video pengawasan ini dan meminta pertanggungjawabanku?"Phillip merentangkan tangannya, tidak mengerti apa yang dilakukan Fabian. "Apa kedatangan Paman hari ini sudah mendapat izin dari Dian?"Fabian menjawab, "Tentu saja aku nggak memberitahunya. Kalau anak bodoh itu tahu, dia pasti akan menghentikanku.""Tapi kamu harusnya tahu betapa buruknya dampak rumor terhadap nama baik seorang gadis. Justru karena itulah aku ingin kamu bertanggung jawab.""Putri sulungku seharusnya sepadan denganmu, bukan?"Phillip dibuat tertawa oleh kelakuan buruk Fabian. Dia bersandar di sofa, menatap pria paruh baya yang tidak tahu malu di depannya."Atas dasar apa Paman mengira putri Keluarga Sandiga sepadan denganku?"Phillip tidak pernah bermaksud merendahkan Dian, tetapi sikap
Tentu saja, Fabian tahu kelemahan terbesar pemuda di hadapannya bukanlah bangunan komersial ini, melainkan keluarga di belakangnya, yang jauh berbeda dengan kepribadiannya yang tegas di dunia bisnis."Karena Pak Phillip nggak kooperatif, aku juga nggak punya pilihan lain. Aku hanya ingin tahu apa yang akan Pak Phillip lakukan kalau orang tua serta kakek-nenekmu mengetahuinya."Ekspresi Phillip seketika berubah. Dia bisa menerima provokasi dari siapa pun, tapi tidak bisa menerima jika keluarganya dilibatkan.Tanpa diduga, Fabian cukup hebat, dia mampu menyebutkan semua anggota keluarga yang telah lama Phillip sembunyikan.Bahkan di dunia bisnis secara keseluruhan, hanya sedikit orang yang mengetahui hubungan antara Phillip dan keluarganya.Mereka tidak menyangka Phillip yang begitu muda memiliki latar belakang keluarga yang kuat."Tampaknya aku terlalu meremehkan Tuan Fabian."Senyum tipis masih menggantung di wajah Phillip, tetapi kemarahan di matanya tidak bisa lagi disembunyikan.Aga