"Karena Pak Phillip sudah berbicara seperti ini, aku juga sudah merasa tenang. Aku yakin, kalau aku memberi tahu Nando kabar ini, dia pasti akan sangat senang," kata Dian.Dian menyilangkan tangannya, seakan-akan dia sudah setuju untuk tidak lagi ikut campur dalam masalah ini.Namun, Phillip tahu bahwa Dian tidak akan menyerah dengan sepatuh ini."Biar aku peringatkan sekali lagi. Nona Dian, jangan coba-coba untuk menyelidiki pihak pengembang itu secara sembunyi-sembunyi.""Kalau sampai terjadi masalah, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu."Nada bicara Phillip sangat tegas, sehingga Dian hanya bisa mengangguk dengan patuh."Baiklah, kamu juga sudah berbicara seperti ini, mana mungkin aku masih mengambil risiko itu?""Sudahlah, aku sudah menanyakan hal yang mau aku tanyakan padamu. Karena kamu juga sudah memberiku jawaban, aku pergi dulu, ya."Dian langsung memasukkan dokumen yang dia bawa ke dalam tasnya dan pergi dengan sangat tegas.Sedangkan Phillip masih duduk di tempatnya. Dia tid
Yessy berkata, "Kalau begitu, kamu bisa membeli foto itu, ada banyak sekali cara untuk menyelesaikan masalah ini. Sudahlah, sepakat, ya. Besok, datang jemput aku ....""Baik," jawab Phillip.Setelah panggilan ini dimatikan, Phillip malah tidak bisa menahan diri dari membuang napas. Hubungan antara dia dengan Yessy lebih dekat daripada teman, tetapi sangat susah untuk dibawa ke tahap selanjutnya. Dia tahu bahwa dia akan selalu keberatan tentang kejadian itu.Oleh karena itu, hubungan mereka juga hanya bisa sebatas ini.Setelah Yessy mengakhiri panggilan ini, senyuman di wajahnya menghilang. Dia menatap manajernya dengan ekspresi dingin."Besok, paparazinya sudah diatur, 'kan?" tanya Yessy."Sudah, tapi kamu yakin, nggak? Kalau Pak Phillip difoto, dia pasti akan marah besar. Sampai sekarang, dia juga nggak pernah diekspos di internet ...."Mila masih merasa ragu. "Kalau kamu berbuat seperti ini, bukankah kamu akan membuatnya menjauh?"Yessy langsung berseru, "Kamu tahu apa? Kamu sama sek
Setelah berpikir sejenak, Dian mengambil data orang tersebut dan memutuskan untuk menanyakannya secara langsung kepada Lesti."Eh, Dian sudah pulang, ya? Kamu sudah makan belum? Bagaimana pekerjaanmu belakangan ini? Lancar?"Setiap kali Dian pulang ke rumah, Lesti selalu menanyakan beberapa pertanyaan itu padanya seperti siaran ulang radio rusak. Dia sudah bosan mendengar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu tirinya itu. Terlebih lagi, wanita itu bukan benar-benar menginginkan jawaban darinya, melainkan setelah mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu dan didengar oleh para pelayan, maka wanita itu akan merasa tugasnya sudah selesai.Lesti berbalik, hendak kembali ke kamarnya. Dian tidak suka bertemu dengannya, dia juga malas memedulikan putri tirinya itu."Tunggu ...."Tak disangka, Dian malah menghentikannya."Nona Besar, ada apa lagi denganmu? Sepertinya belakangan ini aku nggak menyinggungmu, 'kan?"Sebelum bocah sialan itu menikah, Lesti sudah memutuskan untuk menahan diri unt
"Halo? Lesti? Apa ini kamu, Lesti? Apa benar kamu yang meneleponku?"Lesti tidak bersuara, sedangkan nada bicara panik terdengar jelas dalam ucapan pria di ujung telepon."Aku tahu kamu nggak akan meneleponku tanpa alasan. Apa terjadi sesuatu?""Beri tahu aku, kalau kamu ada masalah, aku pasti akan membantumu!""Juko ...." Suara Lesti membuat pria di ujung telepon itu sangat bersemangat."Sudah bertahun-tahun berlalu, akhirnya kamu meneleponku juga.""Terlepas dari alasan lainnya, hanya dengan kamu bersedia memanggil namaku saja, aku akan membantumu melakukan apa pun."Saat itu juga, Lesti membulatkan tekadnya, mengambil sebuah keputusan. Dia berkata, "Kak Juko, aku membutuhkan bantuanmu untuk menyingkirkan seorang wanita.""Katakan saja padaku. Aku punya banyak teman di dunia preman, menyingkirkan wanita mana pun adalah hal yang mudah bagiku.""Namanya Dian, seorang wartawan."Juko mengerutkan keningnya dan berkata, "Dian? Apa mungkin wanita itu adalah wanita jalang yang terus menginc
Awalnya, hasil penyelidikan Dian hanya "bagian kulitnya" saja. Mereka sama sekali tidak menyangka seorang wartawan biasa seperti wanita itu bisa memperoleh informasi mengenai tanah yang mereka kembangkan kala itu.Saat itu, butuh perjuangan besar bagi mereka untuk mengelabui penduduk-penduduk di sana untuk pindah. Kini, tanah tersebut sudah diserahkan kepada Perusahaan Sanders. Kalau sampai hal-hal yang tidak seharusnya terekspos malah terekspos, kemungkinan besar Phillip akan putus hubungan dengan mereka.Untuk menyingkirkan kekuatan yang mungkin saja bisa menghancurkan mereka, mereka harus segera menyingkirkan Dian. Terlebih lagi, Lesti sudah menyampaikan sebuah perintah padanya.Setelah menunggu sekian lama, akhirnya Lesti baru membutuhkannya. Bagaimana mungkin dia bisa tidak melaksanakan perintah dari wanitanya itu dengan baik?"Phillip, berhentikan mobil di sini sebentar. Kulihat di pinggir jalan sana ada jual jagung rebus dan kacang rebus. Aku sudah sangat lama nggak memakannya,
Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak apa-apa. Mungkin aku salah lihat."Yessy juga sudah gugup setengah mati, dia buru-buru berkata untuk menenangkan diri sendiri dan Phillip, "Ayo kita pergi. Kenyataannya juga nggak ada orang yang memperhatikanku. Sudah kubilang, selain penggemarku, orang lain nggak mungkin mengenaliku."Setelah kembali ke dalam mobil, Phillip baru menghela napas lega. Dia tersenyum dan berkata, "Kelak orang yang mengenalimu akan makin banyak. Kamu nggak akan bisa keluar membeli sesuatu secara pribadi seperti ini lagi."Yessy tampak memegang bungkusan jagung rebus dan kacang rebusnya tanpa kelihatan berniat untuk makan."Benarkah? Aku sangat menantikan momen itu.""Aku pikir kamu nggak akan suka menjadi sorotan setiap waktu. Dengan kepribadianmu, bukankah kamu lebih suka bebas? Kamu saja nggak bersedia menerima wawancara."Yessy memegang bungkusan makanannya dengan erat dan berkata, "Aku bukannya nggak suka menerima wawancara. Aku hanya nggak suka menghadap
"Aku juga nggak mengerti mengapa kamu bisa berprasangka seperti itu padanya.""Dia sudah pernah mewawancaraimu dan pernah berinteraksi denganmu. Bukankah seharusnya kamu lebih jelas dia adalah orang seperti apa dibandingkan aku?""Ya, justru karena dia pernah mewawancaraiku, aku baru tahu dia adalah orang yang sangat nggak bisa diandalkan. Selama kami bekerja sama, sudah setengah bulan berlalu, tapi dia bahkan belum menyerahkan draf awal untukku. Menurutmu, apakah orang sepertinya adalah seorang wartawan yang bisa diandalkan?""Phillip, aku menilai Dian seperti itu bukan tanpa alasan. Kalau dia benar-benar sebaik yang kamu deskripsikan, mengapa dia bahkan nggak menganggap serius pekerjaannya?""Kenyataannya, dia hanyalah seorang wanita yang nggak bisa apa-apa. Dia hanya bisa mengandalkan ayahnya.""Setelah kamu muncul, tentu saja dia harus membantu ayahnya untuk menyenangkanmu."Secara naluriah, Phillip ingin membela Dian. Jelas-jelas wanita itu sudah pergi ke berbagai lokasi untuk mel
Ririn langsung berpura-pura menunjukkan sikap layaknya seorang putri yang berbakti, dia bertanya dengan lembut, "Ibu, apa Ibu nggak enak badan? Kulihat saat Ibu makan, raut wajah Ibu kurang baik.""Apa perlu aku memanggil Paman Ishak untuk memeriksa kondisi Ibu?""Ayah, coba Ayah lihat, raut wajah Ibu kurang baik, 'kan?"Fabian juga menganggukkan kepalanya dan berkata, "Ya, kalau kamu merasa kurang enak badan, cepat panggil Ishak untuk memeriksa kondisimu."Lesti memaksakan seulas senyum dan berkata, "Aku nggak merasa kurang enak badan, aku baik-baik saja. Aku hanya menjatuhkan sendok tanpa sengaja.""Tapi, belakangan ini cuaca terasa agak dingin, kalian harus menjaga tubuh kalian tetap hangat dengan memakai pakaian yang lebih tebal. Jangan sampai jatuh sakit, ya. Aku hanya harap kita sekeluarga bisa sehat selalu tanpa mengharapkan hal lain lagi."Dian menundukkan kepalanya tanpa bersuara. Dia sedang menggigit sayap ayam. Di antara semua anggota keluarganya, hanya dia yang menyukai bag