"Dia menghilang tadi malam atau hanya pergi sementara?"Menghadapi pertanyaan Phillip, mereka menundukkan kepala karena malu. Ketika melihat gelandangan itu tidak ada, mereka mengira masalahnya telah terselesaikan.Sekarang tampaknya semua itu hanya keinginan hati mereka."Jangan kembali sebelum masalah ini selesai, apa aku perlu turun tangan sendiri untuk masalah kecil ini?"Phillip mengusap keningnya. Dia benar-benar tidak menyangka selama periode waktu ini dia telah membiarkan bawahannya rileks.Jika mereka bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah kecil ini, untuk apa lagi mereka dipertahankan?Terlebih lagi, dia telah berulang kali menekankan "sikap pelayanan" sejak aktif di perusahaan.Jika masalah gelandangan tidak ditangani dengan baik, klien akan curiga terhadap mereka.Apakah dia perlu mengulangi hal ini?Samar-samar Phillip merasa kepergian gelandangan itu berhubungan erat dengan Dian. Meski hanya anak baru, setelah beberapa kali kontak, dia merasa wanita ini punya kemampuan s
Dian menghela napas dalam-dalam, "Bos, mengenai kasus Perusahaan Sanders, aku ingin melanjutkan penyelidikan, aku sudah tahu apa yang terjadi pada Nando Kurniawan.""Apa? Kamu mau membodohiku? Begitu banyaknya reporter yang kembali dengan kegagalan, kenapa kamu bisa tahu apa yang terjadi?"Bos terus mencubit alisnya, dia tidak tahu apakah Dian beruntung atau benar-benar punya kemampuan. Terakhir kali dia menangani masalah Yessy Sumargo sendirian, kali ini dia mengatakan berhasil menangani Nando.Mungkinkah dia punya daya tarik anak baru?"Mana mungkin aku bercanda dengan hal ini, aku nggak perlu melakukannya.""Selain itu, kalau aku nggak mendengar cerita lengkapnya langsung dari mulut Nando, aku nggak akan percaya bahwa jual beli paksa seperti itu masih terjadi di zaman sekarang.""Sudahlah, Pak. Aku hanya sekadar memberitahumu, aku sudah memutuskan melanjutkan penyelidikan."Dian berbalik hendak pergi, tapi Bos menghentikannya, "Tunggu .... Apa hakmu menyelidiki mereka? Dengan apa ka
Bos dibuat kaget, mungkinkah Phillip datang untuk membahas perihal wawancara baru-baru ini?Dia melirik Dian dan semakin yakin dengan dugaan ini.Pantas saja Phillip mengenali Dian, bocah sialan itu membuat masalah lagi!Dian memelototi Phillip dengan tajam. Sebelumnya dia sudah mengatakan bahwa dia punya cara sendiri untuk mencari tahu kebenarannya. Mengapa Phillip malah datang ke kantornya dan mengatakan hal seperti ini? Apakah ingin menghentikannya?"Pak Phillip, Anda nggak perlu khawatir, ini masalah internal kami.""Kalau Anda punya waktu berkunjung, sebaiknya Anda bereskan pelakunya agar hal seperti ini nggak terulang lagi."Mendengar Dian berbicara seperti itu, Bos langsung terbatuk, apa dia tidak sadar dengan siapa dia berbicara?Apa dia menganggap Phillip rekan kerjanya? Phillip adalah CEO Perusahaan Sanders, Dia benar-benar tidak tahu diri!"Huk huk huk ....""Bos, tenggorokanmu sakit?" tanya Dian."Kalau Bapak nggak enak badan, istirahatlah."Bahkan Phillip pun berkata demik
"Apa pun yang kukatakan dan kulakukan, Anda nggak akan memercayainya, jadi apa yang perlu kita bicarakan?""Aku hanya ingin mengingatkan Nona Dian kalau nggak semuanya akan berjalan sesuai rencanamu, dengan keterampilanmu yang nggak seberapa, sebaiknya Anda berhenti sesegera mungkin."Phillip hanya ingin Dian menjauhi masalah ini, dia akan menyelidikinya sendiri.Kalaupun pengembang tidak bersalah, dia akan meminta mereka menyelesaikan masalah tersebut. Jika tidak, Perusahaan Sanders telah membayar mahal untuk mendapatkan tanah ini, tapi malah ditipu, bukankah perusahaan mengalami kerugian besar?"Apa yang akan kulakukan bukan urusanmu.""Kalau Perusahaan Sanders benar-benar nggak bersalah, aku juga nggak akan pernah memfitnahmu. Aku seorang reporter, jadi mohon jangan mempertanyakan profesionalismeku."Kepala Bos terasa berdenyut mendengarkan perdebatan mereka. Belum lagi Phillip sudah memperingatkan Dian untuk tidak terlibat dalam masalah ini. Lagi pula, sejak kapan Dian memutuskan a
Saat Dian sedang merasa sangat kesal, dia menerima sebuah pesan yang mengejutkan dari sahabatnya."Ada apa ini? Semalam kamu ditindas, ya?"Grace mengirimkan sebuah berita dengan foto Dian yang kakinya dipegang oleh pria mabuk itu. Mengapa kejadian ini bisa masuk berita di halaman utama?!Selain itu, judul berita ini juga sangat menghebohkan."Berita Terbaru tentang Seorang Pemabuk Melawan Seorang Wartawan Wanita."Dian seketika menggigil, dia benar-benar merasa seolah-olah dia kedinginan.Semalam, dia memang sudah menghajar pemabuk itu, dia juga tidak dimanfaatkan oleh pemabuk itu. Namun, foto ini terlihat sangat ambigu, dengan judul berita yang juga memancing pikiran para pembacanya untuk melayang ke arah yang tidak benar. Dian tidak berani membayangkan reaksi ayahnya setelah ayahnya membaca berita ini.Karena Dian tidak kunjung membalas pesan ini, Grace langsung menelepon Dian."Ada apa sebenarnya?! Orang di berita ini benar-benar kamu, ya? Kenapa kamu nggak bilang-bilang kalau kamu
"Fabian, Fabian, sudah baca berita ini, belum?" tanya Lesti.Fabian yang sedang membaca sebuah dokumen dengan santai pun bertanya, "Ada apa?! Kenapa kamu begitu buru-buru?""Sudah berapa kali kubilang, kamu harus bersikap baik. Sekarang, kamu sudah menjadi nyonya di Keluarga Sandiga, kamu sudah nggak bisa bersikap seperti dulu lagi."Lesti mengelus dadanya sambil berkata, "Begitu aku membaca berita ini, aku langsung datang mencarimu. Aku nggak sempat memedulikan yang lainnya lagi! Cepat lihat!""Apa ini? Kenapa kamu begitu ketakutan ...." Alhasil, begitu Fabian membaca judul berita ini, dia masih merasa kebingungan. Saat dia melihat foto itu, ekspresinya seketika menggelap."Mustahil!" Dia langsung memukul meja kayu di hadapannya, membuat Lesti merinding ketakutan.Lesti bergegas meraih tangan Fabian dan memeriksa telapak tangan pria ini. Telapak tangan Fabian sudah langsung memerah."Kamu bisa marah, tapi untuk apa kamu melakukan sesuatu yang bisa melukai dirimu sendiri seperti ini?"
Lesti terus membujuk Fabian dan berpura-pura bertanya dengan santai, "Pertama-tama, menurutku, kita harus menyuruh Dian untuk pulang. Kita harus memastikan apakah Dian ditindas atau nggak. Kalau dia benar-benar ditindas orang itu, kita harus lapor polisi secepatnya. Benar, 'kan?"Fabian merasa agak serbasalah. "Bagaimana aku harus mengucapkan kata-kata ini?""Aih, sudah kubilang, jangan jadi wartawan lagi. Dia nggak mau memanfaatkan posisi sebagai nona muda di Keluarga Sandiga, tapi malah bersikeras mau bekerja sebagai wartawan dan harus terus bersikap baik pada orang lain ....""Sekarang, dia malah ditindas orang lain."Begitu Fabian memikirkan pergelangan kaki Dian yang dicengkeram oleh pemabuk itu, Fabian merasa seakan-akan hatinya disayat dengan pisau.Fabian pun berkata, "Aku harus memanggilnya pulang dan menanyakan dengan baik apa yang sebenarnya terjadi.""Kalau nggak ada yang terjadi, aku harus mengungkapkan kebenaran ini secepatnya. Kalau nggak, orang lain akan berprasangka te
Namun, sekarang, masalah terbesarnya adalah dia harus menghadapi pertanyaan ayahnya.Pada malam hari, saat Dian pulang dan sedang melepaskan sepatunya, dia melihat Sri menggeleng padanya."Suasana hati Tuan kurang baik," kata Sri.Dian menganggukkan kepalanya. Dia tahu bahwa Sri menyayanginya dan pasti akan membantunya mengamati suasana terlebih dahulu."Aku tahu. Hari ini ada lauk yang aku sukai, nggak?" tanya Dian sambil tersenyum untuk mencairkan suasana ini.Sri pun menjawab, "Kalau kamu pulang, Bibi mana pernah nggak memasakkan masakan kesukaanmu?""Bibi ingin sekali melihatmu pulang tiap hari agar keterampilan Bibi nggak sia-sia."Kedua orang ini berbincang-bincang dengan suara rendah, tetapi percakapan mereka masih saja didengar oleh orang lain."Berani sekali kamu menanyakan lauk hari ini. Kamu nggak malu, ya?"Ririn berdiri di lantai atas dengan tangan tersilang, sikapnya sangat sombong. Tatapannya terhadap Dian juga penuh akan penghinaan, seakan-akan dia sedang melihat sampah
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen