"Lapor polisi? Siapa yang peduli padamu?""Aku cuma bicara beberapa patah kata, kamu pikir hanya kamu yang memahami hukum?"Dian mengepalkan tangannya, dadanya naik-turun karena marah."Dasar mesum! Kamu pikir nggak ada yang bisa membereskanmu?""Beraninya bicara kotor!"Namun, pemabuk ini bertekad mengambil keuntungan hari ini. Dia menukik ke bawah dan memeluk kedua kaki Dian.Dian jatuh ke tanah bersamanya."Ah ...."Kedua kaki Dian menendang tiada henti, wajah pemabuk tertendang beberapa kali hingga berteriak kesakitan, tetapi masih tidak mau melepaskan tangannya.Saat ini, gelandangan lain melepaskan jaket berlapis kapasnya yang compang-camping, berdiri dan berteriak, "Berisik sekali! Mengganggu istirahat orang saja!"Dian menatapnya dengan mata berkaca, memohon bantuannya.Pemabuk tidak menyangka gelandangan itu akan tiba-tiba bersuara, dia melepaskan tangannya karena kaget. Dian mengambil kesempatan ini untuk mundur terus-menerus.Namun pada akhirnya, gelandangan itu hanya mengam
"Sampah seperti dia, mati pun nggak patut disayangkan. Lihat saja betapa terampilnya dia, pasti sudah sering melakukannya."Kalaupun gelandangan tadi tidak menolongnya, Dian sudah memegang batu bata. Jika gelandangan itu tidak memukul punggung pemabuk ini dengan tongkat, maka kepala pemabuk itulah yang akan terluka.Setelah mereka pindah ke tempat lain, Dian akhirnya menyadari, "Ternyata kamu bisa bicara. Aku pikir kamu akan diam seperti ini selama sisa hidupmu."Gelandangan itu diam saja diejek Dian. Dia mengenakan selimut tipis dan mengalungkan jaket katun robek di lehernya.".... Kamu belum mengalami apa yang kulalui."Dian mengerti. Gelandangan itu hanya ingin mengatakan dia belum pernah mengalaminya, jika dia mengalaminya apakah dia akan bisa memahami pilihannya?Namun Dian tidak mengerti, jika semua itu benar terjadi padanya, mengapa tidak mau memberi tahu reporter?Mungkin akan ada solusi lain, daripada berkeliaran sepanjang hari di tanah ini, apa gunanya?Dian mengerutkan kenin
"Dasar konyol! Kenapa kalian mengira segala sesuatunya bisa diukur dari segi keuntungan?""Apakah kenangan dan kehangatan di rumah itu bisa dihitung nilainya?"Dian menggigit bibir bawahnya, "Aku nggak bermaksud begitu, maafkan aku."Dian merasa pipinya terbakar, dia merasa malu pada dirinya sendiri karena begitu naif.Benar, mengapa dia menganggap uang bisa membeli segalanya?Dia mengatai Phillip sebagai pengusaha yang mengutamakan keuntungan, tetapi dia sendiri tumbuh dalam keluarga seperti itu, secara tidak sadar dia juga ternoda oleh pemikiran ini.Selalu merasa uang bisa membeli segalanya dan segalanya bisa diselesaikan dengan uang."Aku dibesarkan di tanah ini. Akhirnya aku bisa membeli rumah sendiri di umur tiga puluhan, tetapi kemudian terpaksa meninggalkannya hanya dalam beberapa tahun.""Sekarang kalian semua mengira aku orang gila, tidur di tanah berlumpur ini, haha ....""Tapi sebelum pengembang itu menyerbu, rumahku di sini, kenapa aku harus pindah?"Dian terdiam menghadap
Dian sedih melihat Nando membentangkan jaket berlapis kapasnya yang compang-camping dengan cara yang pesimis sekaligus terlihat akrab.Sebelum semuanya terjadi, mungkin dia pemuda yang bersemangat tinggi, tapi sekarang dia begitu tertekan hingga usianya sulit ditebak."Nggak apa-apa, aku tahu kamu meragukan kemampuanku, tapi aku nggak akan menyerah, aku akan menepati janjiku.""Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyelidiki pengembang. Mungkin mulai besok aku nggak akan datang ke sini lagi, aku akan mencari informasi ke tempat lain, sebaiknya langsung ke kantor pusat pengembang."Nando agak terkejut ketika mendengar Dian membicarakan rencana ke depannya dengan begitu serius."Kamu ... benar-benar mau menyelidiki mereka? Kamu harus hati-hati, mereka nggak mudah dihadapi."Di tengah kebingungan, Nando hanya memberikan satu nasihat itu. Bagaimanapun, situasi menyedihkan yang menimpanya saat ini sudah cukup memperlihatkan taktik keras perusahaan itu.Dian tersenyum padanya, "Jangan kh
"Dia menghilang tadi malam atau hanya pergi sementara?"Menghadapi pertanyaan Phillip, mereka menundukkan kepala karena malu. Ketika melihat gelandangan itu tidak ada, mereka mengira masalahnya telah terselesaikan.Sekarang tampaknya semua itu hanya keinginan hati mereka."Jangan kembali sebelum masalah ini selesai, apa aku perlu turun tangan sendiri untuk masalah kecil ini?"Phillip mengusap keningnya. Dia benar-benar tidak menyangka selama periode waktu ini dia telah membiarkan bawahannya rileks.Jika mereka bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah kecil ini, untuk apa lagi mereka dipertahankan?Terlebih lagi, dia telah berulang kali menekankan "sikap pelayanan" sejak aktif di perusahaan.Jika masalah gelandangan tidak ditangani dengan baik, klien akan curiga terhadap mereka.Apakah dia perlu mengulangi hal ini?Samar-samar Phillip merasa kepergian gelandangan itu berhubungan erat dengan Dian. Meski hanya anak baru, setelah beberapa kali kontak, dia merasa wanita ini punya kemampuan s
Dian menghela napas dalam-dalam, "Bos, mengenai kasus Perusahaan Sanders, aku ingin melanjutkan penyelidikan, aku sudah tahu apa yang terjadi pada Nando Kurniawan.""Apa? Kamu mau membodohiku? Begitu banyaknya reporter yang kembali dengan kegagalan, kenapa kamu bisa tahu apa yang terjadi?"Bos terus mencubit alisnya, dia tidak tahu apakah Dian beruntung atau benar-benar punya kemampuan. Terakhir kali dia menangani masalah Yessy Sumargo sendirian, kali ini dia mengatakan berhasil menangani Nando.Mungkinkah dia punya daya tarik anak baru?"Mana mungkin aku bercanda dengan hal ini, aku nggak perlu melakukannya.""Selain itu, kalau aku nggak mendengar cerita lengkapnya langsung dari mulut Nando, aku nggak akan percaya bahwa jual beli paksa seperti itu masih terjadi di zaman sekarang.""Sudahlah, Pak. Aku hanya sekadar memberitahumu, aku sudah memutuskan melanjutkan penyelidikan."Dian berbalik hendak pergi, tapi Bos menghentikannya, "Tunggu .... Apa hakmu menyelidiki mereka? Dengan apa ka
Bos dibuat kaget, mungkinkah Phillip datang untuk membahas perihal wawancara baru-baru ini?Dia melirik Dian dan semakin yakin dengan dugaan ini.Pantas saja Phillip mengenali Dian, bocah sialan itu membuat masalah lagi!Dian memelototi Phillip dengan tajam. Sebelumnya dia sudah mengatakan bahwa dia punya cara sendiri untuk mencari tahu kebenarannya. Mengapa Phillip malah datang ke kantornya dan mengatakan hal seperti ini? Apakah ingin menghentikannya?"Pak Phillip, Anda nggak perlu khawatir, ini masalah internal kami.""Kalau Anda punya waktu berkunjung, sebaiknya Anda bereskan pelakunya agar hal seperti ini nggak terulang lagi."Mendengar Dian berbicara seperti itu, Bos langsung terbatuk, apa dia tidak sadar dengan siapa dia berbicara?Apa dia menganggap Phillip rekan kerjanya? Phillip adalah CEO Perusahaan Sanders, Dia benar-benar tidak tahu diri!"Huk huk huk ....""Bos, tenggorokanmu sakit?" tanya Dian."Kalau Bapak nggak enak badan, istirahatlah."Bahkan Phillip pun berkata demik
"Apa pun yang kukatakan dan kulakukan, Anda nggak akan memercayainya, jadi apa yang perlu kita bicarakan?""Aku hanya ingin mengingatkan Nona Dian kalau nggak semuanya akan berjalan sesuai rencanamu, dengan keterampilanmu yang nggak seberapa, sebaiknya Anda berhenti sesegera mungkin."Phillip hanya ingin Dian menjauhi masalah ini, dia akan menyelidikinya sendiri.Kalaupun pengembang tidak bersalah, dia akan meminta mereka menyelesaikan masalah tersebut. Jika tidak, Perusahaan Sanders telah membayar mahal untuk mendapatkan tanah ini, tapi malah ditipu, bukankah perusahaan mengalami kerugian besar?"Apa yang akan kulakukan bukan urusanmu.""Kalau Perusahaan Sanders benar-benar nggak bersalah, aku juga nggak akan pernah memfitnahmu. Aku seorang reporter, jadi mohon jangan mempertanyakan profesionalismeku."Kepala Bos terasa berdenyut mendengarkan perdebatan mereka. Belum lagi Phillip sudah memperingatkan Dian untuk tidak terlibat dalam masalah ini. Lagi pula, sejak kapan Dian memutuskan a