"Sakit ....""Paman, sakit ...."Suara gadis itu bergetar dan mengatupkan giginya perlahan dengan wajah pucat. Dia terlihat seolah sudah tidak bisa bertahan lagi.Pria itu bergerak sejenak dan sorot matanya menjadi gelap.Dia masih belum menyentuh Pamela, jadi apanya yang sakit?Sejak awal, Agam tidak berniat melakukan apa pun padanya. Dia hanya merasa sangat marah dan ingin menakut-nakuti gadis kecil itu!"Mana yang sakit?"Pamela mengernyitkan dahi karena tidak nyaman, bulu matanya bergetar dan kedua matanya memerah. "Ta ... tanganku sakit ...."Tangan?Agam menengadahkan kepala dan melihat kedua tangan mungil yang tertahan di cermin rias dan pupil matanya tiba-tiba menyusut.Pria itu langsung melepaskan Pamela, lalu memegang tangannya untuk memeriksanya ....Saat ini, tangan mungil Pamela memerah dan bengkak.Pria itu mengernyitkan dahi dan bertanya padanya dengan suara rendah, "Ada apa ini? Apa yang telah kamu lakukan?"Pamela menggelengkan kepalanya dengan lemah dan terlalu lemas
Tenggorokannya baru terasa membaik setelah minum banyak air.Pamela bersandar di kasur dan bertanya pada Adsila, "Adsila, kok kamu bisa ada di sini?"Adsila meletakkan cangkirnya dan menjawab, "Paman menelepon dan memintaku untuk membantumu membelikan satu set pakaian dalam perempuan yang bersih dan nyaman untuk dibawa ke rumah sakit. Aku baru berani datang setelah membelinya."Pakaian dalam?Pamela tiba-tiba merasa malu dan tiba-tiba menunduk pada dirinya sendiri ....Dia ingat sebelum pingsan, dia dikunci di kamar mandi oleh Paman dan seluruh tubuhnya basah kuyup.Meski sekarang dia mengenakan gaun rumah sakit, pakaian dalam di bawahnya memang kering dan sudah diganti."Siapa yang membantuku mengganti celana dalamku?" tanya Pamela dengan alis berkerut.Adsila berkata, "Bibi, aku yang membantumu berganti pakaian, juga melepas pakaian basahmu!"Pamela menghela napas lega dan tidak lagi merasa malu. "Oh, baguslah kalau begitu!"Adsila menambahkan, "Tapi Paman juga ada untuk membantu kar
"Paman, kamu sudah kembali!"Begitu melihat Agam masuk, Adsila langsung bangkit dari kasur untuk memberi ruang bagi pamannya.Setelah itu, dia melihat Kalana masuk di belakang pamannya dengan tertegun dan tanpa sadar dia berbalik untuk melihat reaksi bibinya ....Pamela terlihat sangat tenang dan tidak terlihat ada perubahan emosi apa pun."Sudah bangun?"Agam berjalan perlahan ke samping kasur dan berdiri dengan penuh wibawa. Tangannya diselipkan ke sabuk dengan anggun dan sorot matanya yang tenang menatap Pamela."Ya."Pamela menganggukkan kepala, kemudian menatap sepasang mata sipit dan tampan Agam sebelum memalingkan wajahnya untuk menatap Kalana yang mengikutinya.Pria itu menyadari kecurigaan Pamela dan menoleh untuk melihat Kalana di sampingnya, lalu berbalik dan menjelaskan dengan tenang, "Dia ingin datang melihatmu."Adsila berdiri di samping dan mendengus yang hampir tidak terdengar dari lubang hidungnya.Kalana juga mengenakan gaun rumah sakit besar seperti Pamela dengan kai
Setelah mendengar kata Kalana, Agam pun menatap Pamela untuk menunggu maksudnya.Dia tahu kalau Pamela sejak kecil tinggal di kampung, jadi hubungannya dengan Keluarga Alister tidak begitu akrab. Namun, kalau sekarang dia mau bertemu keluarganya, Agam bisa memuaskan kemauannya."Terima kasih, sayangnya aku nggak ada keluarga lagi."Pamela berkata tanpa ekspresi.Kalana berekspresi kaget. "Apa? Ini .... Maaf Pamela, aku nggak tahu ....""Nggak apa-apa."Pamela hanya mencibir dengan acuh tak acuh.Sebenarnya kalau punya keluarga seperti Keluarga Alister, mending tak usah saja sekalian.Melihat Pamela tak marah, Kalana merasa sangat terharu sambil menarik tangan Pamela yang diperban dan berkata dengan sedih."Kak Pamela, kamu baik sekali! Jodoh kita sungguh ajaib, baru kenal sehari, sudah dirawat di rumah sakit! Kelak, kamu bisa menganggapku sebagai adik kandungmu. Kalau kamu ada kesulitan dan membutuh bantuanku, bisa mencariku."Kalana memegang tangan Pamela yang alergi dengan pelan, tib
Pamela tak berbicara, hanya menarik tangan Agam sambil menatapnya.Maksudnya Pamela, cobalah mengerti maksudku dari tatapan.Setelah Agam diam dua detik, dia pun menoleh untuk berkata pada Adsila di samping, "Adsila, bantu aku antar Nona Kalana."Adsila tentu saja tak ingin mengantarnya, tapi Adsila yang peka tahu kalau dirinya tak pergi, Paman yang akan mengantarnya. Dengan begitu, Bibi pasti tidak senang ....Sebagai pelindung setia bibinya, mana mungkin dia menyetujui hal seperti itu terjadi."Baik, Paman. Aku akan mengantar Nona Kalana dengan sopan!"Selesai berbicara, Adsila berjalan ke depan Kalana dengan enggan."Ayo, Nona Kalana. Sekarang pamanku nggak ada waktu, aku yang antar kamu."Mata polos Kalana sedang menatap tangan Pamela yang menarik Agam sampai melamun sebentar, baru sadar untuk melihat Adsila."Adsila, apa kamu tahu bangsalku di mana?"Adsila blak-blakan, "Kalau nggak tahu, aku bisa tanya, karena aku ada mulut dan di setiap lantai ada ruang suster!"Ekspresi Kalana
Pamela mendecakkan bibirnya sambil berkata, "Ada kue kastanye yang kubuat di kulkas, biarkan Ervin bantu aku mengambil kue itu dan antar kemari. Sekarang aku ingin makan kue itu."Agam menatapnya dengan dingin. "Ini saja?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, nggak ada hal lain lagi."Agam pun tak senang, tetapi menatap Pamela dengan penuh makna. "Pamela, kalau ada yang ingin kamu tanya padaku, sekarang kamu bisa tanya, aku akan memberitahumu.""Nggak ada!"Pamela menoleh untuk melihat langit di luar jendela sambil menguap dan berhenti menatap pria itu.Tak ada yang ingin dia tanyakan, lagian dia bukan istri sahnya. Kalau dia banyak tanya, hanya akan membuat Agam merasa jengkel.Agam menatap sikap Pamela yang acuh tak acuh dengan kesal.Kalau bukan karena tangan Pamela yang bengkak, sekarang dia pasti akan mengangkatnya dan memukulnya!Saking marahnya pada Pamela, Agam pun memijat dahinya dan menerima sikap Pamela.Kemudian, pria itu menarik salah satu tangan Pamela yang diperban, lalu
Ketika Pamela bangun lagi, langit di luar sudah gelap.Efek samping dari infus anti alergi adalah membuat Pamela ngantuk, jadi tidurnya sangat nyenyak.Namun, Pamela sudah agak pulih, dia sudah bisa duduk sendiri.Baru duduk, dia langsung melihat sekeliling secara naluriah, lalu melihat seorang pria kekar duduk di sofa bangsal ....Pamela terkejut, setelah dilihat cermat, baru tahu itu adalah paman!Agam bersandar di sofa dengan santai, satu tangannya menopang dahinya, sedangkan kakinya ada satu laptop. Mungkin dia sedang melihat konten penting, jadi sangat serius, bahkan membaca dengan cepat."Sudah bangun?"Jelas-jelas dia sedang melihat laptop, tapi dia bisa tahu Pamela sudah bangun tanpa melihat ke arahnya.Pamela mengerutkan alisnya sambil bertanya dengan kaget, "Paman, kok kamu masih ada di sini?"Agam baru melihatnya sambil menyesap kopi. "Entah gadis mana yang sebelum tidur bilang padaku nggak boleh pergi setelah dia tertidur nyenyak?"Pamela tersenyum canggung. "Em .... Bukank
Oh, sehari yang lalu dia dan Kalana sudah semalaman "berbincang-bincang" mengenai kehidupan manusia. Mereka sama sekali tidak tidur, bukan?Melihat wajah gadis itu kelihatan tidak senang, Agam mengerutkan alisnya dan berkata, "Apa kamu merasa jijik padaku? Pria mana yang nggak punya jenggot?"Pamela langsung tersadar dan bangkit dariku tubuh pria itu. Setelah jarak mereka berdua agak jauh, wanita itu pun menggelengkan kepalanya dan membalas, "Bukan! Kamu terlihat tampan meskipun berjenggot."Apakah pria ini mau menumbuhkan jenggotnya atau tidak, hal itu sama sekali bukan urusan Pamela. Untuk apa dia merasa jijik?"Kamu merasa aku tampan? Hah?" Tatapan mata Agam terlihat panas. Jarang sekali dia mendengar pujian keluar dari mulut Pamela.Pamela pun berterus terang, "Kamu memang tampan. Perasaanku nggak bisa memengaruhi ketampananmu.""Kalau begitu kenapa kamu bersikap begitu dingin padaku?""Apakah aku harus bersikap ramah padamu karena kamu tampan? Ada banyak sekali pria tampan di duni