Pamela mendecakkan bibirnya sambil berkata, "Ada kue kastanye yang kubuat di kulkas, biarkan Ervin bantu aku mengambil kue itu dan antar kemari. Sekarang aku ingin makan kue itu."Agam menatapnya dengan dingin. "Ini saja?"Pamela menganggukkan kepalanya. "Ya, nggak ada hal lain lagi."Agam pun tak senang, tetapi menatap Pamela dengan penuh makna. "Pamela, kalau ada yang ingin kamu tanya padaku, sekarang kamu bisa tanya, aku akan memberitahumu.""Nggak ada!"Pamela menoleh untuk melihat langit di luar jendela sambil menguap dan berhenti menatap pria itu.Tak ada yang ingin dia tanyakan, lagian dia bukan istri sahnya. Kalau dia banyak tanya, hanya akan membuat Agam merasa jengkel.Agam menatap sikap Pamela yang acuh tak acuh dengan kesal.Kalau bukan karena tangan Pamela yang bengkak, sekarang dia pasti akan mengangkatnya dan memukulnya!Saking marahnya pada Pamela, Agam pun memijat dahinya dan menerima sikap Pamela.Kemudian, pria itu menarik salah satu tangan Pamela yang diperban, lalu
Ketika Pamela bangun lagi, langit di luar sudah gelap.Efek samping dari infus anti alergi adalah membuat Pamela ngantuk, jadi tidurnya sangat nyenyak.Namun, Pamela sudah agak pulih, dia sudah bisa duduk sendiri.Baru duduk, dia langsung melihat sekeliling secara naluriah, lalu melihat seorang pria kekar duduk di sofa bangsal ....Pamela terkejut, setelah dilihat cermat, baru tahu itu adalah paman!Agam bersandar di sofa dengan santai, satu tangannya menopang dahinya, sedangkan kakinya ada satu laptop. Mungkin dia sedang melihat konten penting, jadi sangat serius, bahkan membaca dengan cepat."Sudah bangun?"Jelas-jelas dia sedang melihat laptop, tapi dia bisa tahu Pamela sudah bangun tanpa melihat ke arahnya.Pamela mengerutkan alisnya sambil bertanya dengan kaget, "Paman, kok kamu masih ada di sini?"Agam baru melihatnya sambil menyesap kopi. "Entah gadis mana yang sebelum tidur bilang padaku nggak boleh pergi setelah dia tertidur nyenyak?"Pamela tersenyum canggung. "Em .... Bukank
Oh, sehari yang lalu dia dan Kalana sudah semalaman "berbincang-bincang" mengenai kehidupan manusia. Mereka sama sekali tidak tidur, bukan?Melihat wajah gadis itu kelihatan tidak senang, Agam mengerutkan alisnya dan berkata, "Apa kamu merasa jijik padaku? Pria mana yang nggak punya jenggot?"Pamela langsung tersadar dan bangkit dariku tubuh pria itu. Setelah jarak mereka berdua agak jauh, wanita itu pun menggelengkan kepalanya dan membalas, "Bukan! Kamu terlihat tampan meskipun berjenggot."Apakah pria ini mau menumbuhkan jenggotnya atau tidak, hal itu sama sekali bukan urusan Pamela. Untuk apa dia merasa jijik?"Kamu merasa aku tampan? Hah?" Tatapan mata Agam terlihat panas. Jarang sekali dia mendengar pujian keluar dari mulut Pamela.Pamela pun berterus terang, "Kamu memang tampan. Perasaanku nggak bisa memengaruhi ketampananmu.""Kalau begitu kenapa kamu bersikap begitu dingin padaku?""Apakah aku harus bersikap ramah padamu karena kamu tampan? Ada banyak sekali pria tampan di duni
Agam langsung mengerutkan dahinya dan membalas, "Siapa?"Pamela merasa paman ini sepertinya meletakkan fokusnya di tempat yang salah. Wanita itu langsung meletakkan ponsel itu di tangannya dan berkata, "Cepatlah! Jangan sampai terjadi hal yang buruk!"Agam memicingkan matanya sambil menatap Pamela. Selanjutnya, dia pun perlahan-lahan mengangkat ponsel tersebut ....Setelah mendengar suara teriakan minta tolong, wajah dingin pria itu langsung berubah ketat. Agam langsung bangkit dan bertanya dengan suara berat."Kamu di mana? Ya! Tetap berada di sana dan jangan pergi ke mana pun. Aku akan segera pergi!"Setelah mematikan panggilan telepon itu, Agam langsung melangkah dengan cepat. Pria itu tiba-tiba berhenti dan menatap Pamela dengan tatapan serius.Pamela mengangkat bahunya seperti tidak ada masalah dan berkata, "Paman, cepatlah pergi! Aku sendirian akan baik-baik saja."Pria itu mengerutkan alisnya dan ekspresinya terlihat rumit ketika berkata, "Sayang, aku akan segera kembali!"Setel
"Jangan ribut! Tapi jelas sekali kalau dia bukan laki-laki biasa. Dia pasti berasal dari kalangan yang sama dengan Nona Kalana. Pria setampan itu pantas bersanding dengan wanita yang berkelas."Mendengar semua percakapan itu, Pamela berjalan perlahan-lahan melewati pos suster. Wanita itu sepertinya sudah bisa menebak apa yang telah terjadi.Kalana sudah diserang oleh maniak. Jadi, dia pun menghubungi Agam untuk meminta pertolongan. Lalu, ketika Agam tiba, maniak itu sepertinya sudah berhasil kabur.Sekarang, kepolisian mengambil rekaman kamera pengawas rumah sakit untuk memeriksa orang yang mencurigakan.Para suster ini sepertinya mengatakan bahwa Kalana berada di kamar 302 dan lokasinya tidak terlalu jauh. Kalau dia berbelok di depan, dia akan tiba di kamar tersebut.Pamela berbelok di sudut dan sebentar lagi dia akan tiba di kamar 302.Pintu kamarnya setengah tertutup dan di dalamnya ada begitu banyak orang beserta orang-orang dari kepolisian.Pamela berada di jarak yang tidak terlal
Stevi sudah melihat sosok pria yang berbicara itu. Matanya langsung bersinar. Lalu, dia berbicara dengan lembut, "Kak Jason, kamu sudah datang!"Melihat gaya Stevi yang genit, Pamela juga ikut menoleh.Pria yang berada di belakangnya memiliki tubuh tinggi besar. Dia memakai setelan jas berwarna abu-abu yang sangat rapi. Wajahnya terlihat hangat dan tampan. Pria itu memiliki sepasang mata yang bercahaya dan terlihat seperti ukiran seniman.Sekujur tubuhnya memancarkan aura bangsawan kelas atas. Dia seperti sesosok makhluk agung yang tidak berhubungan dengan duniawi.Ketika Pamela melihat pria itu, pria itu juga melihat ke arahnya.Begitu menyadari dia adalah Pamela, Jason langsung mengangkat alisnya dan berkata, "Kamu?"Pamela juga sudah mengenalinya. Dia adalah cucu dari pria tua buta semalam.Melihat Kak Jason dan Pamela saling mengenal, hati Stevi langsung kalut. Wanita itu jadi waspada dan memasang senyum palsu sambil bertanya, "Kak Jason, apa kamu mengenal Pamela?"Jason melirik St
Hari ini, Pamela telah membereskan Jason hanya dengan beberapa patah kata.Agam bersandar di samping pintu dengan tangan di saku celananya sambil menyaksikan istrinya telah memenangkan perselisihan. Sorot matanya terlihat hangat dan angkuh.Wanita ini memang miliknya.Selanjutnya, Agam pun berjalan keluar dan berkata, "Kamu bukannya sedang beristirahat di ruanganmu. Kenapa kamu malah keluar?"Pamela melihat Agam yang entah sejak kapan sudah keluar dari kamar 302 dan berjalan mendekatinya. Wanita itu mengerutkan dahinya dan membalas dengan kesal, "Aku sudah kebanyakan tidur dan bosan. Jadi, aku keluar untuk memeriksa apakah kamu masih hidup atau sudah mati."Agam jelas tidak senang, tapi sepertinya sudah terbiasa dengan sikapnya yang mengesalkan. Jadi, pria itu sama sekali tidak marah.Tangannya yang kasar langsung diletakkan di atas kepala Pamela. Selanjutnya, dia mengusapnya seperti ingin mengusik Pamela sambil berkata, "Ya! Maaf sekali aku masih hidup. Kamu kecewa, bukan?"Pamela pun
Di koridor rumah sakit yang tenang.Pamela melangkah dengan langkah lebar menyusuri koridor rumah sakit dan berjalan dengan cepat melewati pos suster.Selanjutnya, ada Agam yang melangkah lebih cepat dan mengikuti Pamela.Para suster itu pun menjadi bersemangat dan langsung bergosip, "Itu dia! Pria itu! Pria itu adalah pacar Nona Kalana.""Ya ampun! Dia tampan sekali!""Tapi kenapa dia nggak menemani Nona Kalana di ruangan 302? Kenapa dia malah mengejar wanita lain?""Apakah ini adalah cerita cinta segitiga yang kejam?"Mendengar gosip para suster itu, Pamela langsung mengerutkan dahinya. Wanita itu pun mempercepat langkahnya dengan kesal.Begitu tiba di kamarnya, dia langsung berbalik dan bermaksud untuk mengunci pintu kamarnya.Agam yang selangkah lebih cepat langsung menjulurkan dan memasukkan tangannya. Kemudian, dia pun bertanya melalui sela pintu, "Kita ribut apalagi?"Pamela berbicara sambil berusaha sekuat tenaga mendorong pintu, "Paman, kamu nggak usah masuk lagi."Agam langsu