Stevi sudah melihat sosok pria yang berbicara itu. Matanya langsung bersinar. Lalu, dia berbicara dengan lembut, "Kak Jason, kamu sudah datang!"Melihat gaya Stevi yang genit, Pamela juga ikut menoleh.Pria yang berada di belakangnya memiliki tubuh tinggi besar. Dia memakai setelan jas berwarna abu-abu yang sangat rapi. Wajahnya terlihat hangat dan tampan. Pria itu memiliki sepasang mata yang bercahaya dan terlihat seperti ukiran seniman.Sekujur tubuhnya memancarkan aura bangsawan kelas atas. Dia seperti sesosok makhluk agung yang tidak berhubungan dengan duniawi.Ketika Pamela melihat pria itu, pria itu juga melihat ke arahnya.Begitu menyadari dia adalah Pamela, Jason langsung mengangkat alisnya dan berkata, "Kamu?"Pamela juga sudah mengenalinya. Dia adalah cucu dari pria tua buta semalam.Melihat Kak Jason dan Pamela saling mengenal, hati Stevi langsung kalut. Wanita itu jadi waspada dan memasang senyum palsu sambil bertanya, "Kak Jason, apa kamu mengenal Pamela?"Jason melirik St
Hari ini, Pamela telah membereskan Jason hanya dengan beberapa patah kata.Agam bersandar di samping pintu dengan tangan di saku celananya sambil menyaksikan istrinya telah memenangkan perselisihan. Sorot matanya terlihat hangat dan angkuh.Wanita ini memang miliknya.Selanjutnya, Agam pun berjalan keluar dan berkata, "Kamu bukannya sedang beristirahat di ruanganmu. Kenapa kamu malah keluar?"Pamela melihat Agam yang entah sejak kapan sudah keluar dari kamar 302 dan berjalan mendekatinya. Wanita itu mengerutkan dahinya dan membalas dengan kesal, "Aku sudah kebanyakan tidur dan bosan. Jadi, aku keluar untuk memeriksa apakah kamu masih hidup atau sudah mati."Agam jelas tidak senang, tapi sepertinya sudah terbiasa dengan sikapnya yang mengesalkan. Jadi, pria itu sama sekali tidak marah.Tangannya yang kasar langsung diletakkan di atas kepala Pamela. Selanjutnya, dia mengusapnya seperti ingin mengusik Pamela sambil berkata, "Ya! Maaf sekali aku masih hidup. Kamu kecewa, bukan?"Pamela pun
Di koridor rumah sakit yang tenang.Pamela melangkah dengan langkah lebar menyusuri koridor rumah sakit dan berjalan dengan cepat melewati pos suster.Selanjutnya, ada Agam yang melangkah lebih cepat dan mengikuti Pamela.Para suster itu pun menjadi bersemangat dan langsung bergosip, "Itu dia! Pria itu! Pria itu adalah pacar Nona Kalana.""Ya ampun! Dia tampan sekali!""Tapi kenapa dia nggak menemani Nona Kalana di ruangan 302? Kenapa dia malah mengejar wanita lain?""Apakah ini adalah cerita cinta segitiga yang kejam?"Mendengar gosip para suster itu, Pamela langsung mengerutkan dahinya. Wanita itu pun mempercepat langkahnya dengan kesal.Begitu tiba di kamarnya, dia langsung berbalik dan bermaksud untuk mengunci pintu kamarnya.Agam yang selangkah lebih cepat langsung menjulurkan dan memasukkan tangannya. Kemudian, dia pun bertanya melalui sela pintu, "Kita ribut apalagi?"Pamela berbicara sambil berusaha sekuat tenaga mendorong pintu, "Paman, kamu nggak usah masuk lagi."Agam langsu
Pamela berkata dengan jujur, "Aku nggak ingin terlibat dalam hubungan perasaan rumitmu dan Nona Kalana, juga nggak ingin dikomentari orang dan menjadi orang ketiga yang dikatai merusak hubungan kalian."Agam mengerti maksudnya, tapi Agam malah makin tidak senang. "Pamela, apa kamu pernah tanya padaku tentang semua itu? Kamu nggak tanya, kamu hanya berpikir sesuai dugaanmu!"Pamela sangat tenang. "Aku nggak ingin tanya, Paman juga nggak usah buru-buru menjelaskan padaku. Ini nggak seperti sikapmu dulu, juga akan membuat orang salah paham bahwa kamu suka aku ...."Agam menyipitkan matanya, lalu mengangkat dagunya untuk mengarahkan wajah Pamela ke arahnya. "Di sini nggak ada orang lain, siapa yang bisa salah paham?"Pamela, "..."Agam mengambil tisu untuk menyeka minyak di sudut mulutnya dengan lembut. "Katakan, siapa yang bisa salah paham? Hah?"Pamela mengerutkan kening dan mendorong tangannya. "Ya, aku yang salah paham! Kalau Paman terus melakukan tindakan mesra seperti ini, pasti akan
Kasus ilegal?Pamela langsung bingung ketika mendengar kata polisi itu.Agam berjalan kemari sambil bertanya, "Kasus apa?"Saat polisi melihat ada Agam di bangsal ini, mereka baru terkejut."Em? Pak Agam, apa Anda kenal dengan Pamela?"Agam memasang ekspresi serius. "Ya, kenapa dengannya?"Setelah Kalana yang berdiri di sebelah Agam melihat polisi itu, lalu teringat dengan kejadian mengerikan semalam, jadi dia mendekat ke arah Agam secara naluriah untuk meminta perlindungan dengan ekspresi cemas."Pak Polisi, Kak Pamela terlibat dalam kasus apa? Apa kalian nggak salah cari orang? Kak Pamela adalah orang baik!"Melihat Kalana di sini, polisi pun terkejut. "Nona Kalana, kamu juga di sini! Tampaknya kalian berdua kenal dengan Pamela, ya?"Terpikir "keluarga" korban ada hak mengetahui masalah ini, jadi polisi pun menjelaskan tujuan mereka secara jujur."Pak Agam, jadi seperti ini ....""Penjahat yang dicurigai memerkosa Nona Kalana sudah ditangkap oleh kami.""Di bawah interogasi kami, ter
"Kak Pamela, aku benar-benar ingin berteman denganmu, juga membawakanmu sup buatan ibuku, kenapa kamu mau mencelakaiku? Adakah perbuatanku yang salah sehingga menyinggungmu?"Pamela sangat tenang, hanya mencibir dengan acuh tak acuh. "Kamu nggak menyinggungku, kamu baru pulang dua hari ini, bagaimana kamu bisa menyinggungku?"Kata Pamela ada maksud lain.Ini baru hari kedua Kalana pulang. Sejak kemarin pagi, Pamela sudah masuk rumah sakit karena alergi parah, bahkan dijaga oleh Adsila dan Agam di rumah sakit.Kalau Kalana benar-benar mau mencelakainya, dia juga tidak ada waktu untuk menghubungi si pembunuh.Namun, tidak ada yang tahu kapan Kalana pulang.Kalau dia tidak pulang duluan, dia harus punya keterampilan meramal, baru bisa merencanakan semua ini duluan, 'kan?Selain itu, semalam dia dan Kalana baru saling kenal, sebelumnya juga tidak ada hubungan apa pun, jadi tak bisa dibilang Kalana menyinggungnya.Dari apa yang dikatakan polisi, kenapa Pamela merasa dirinya benar-benar sepe
Pamela yang bersedia bekerja sama dengan polisi. Meskipun Agam merasa tidak senang, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menghormati maksudnya.Jadi, tangan Pamela diborgol oleh polisi.Selain itu, polisi juga mengutus orang untuk menjaga di depan bangsal Pamela, dengan begitu bisa membatasi kebebasannya dalam waktu singkat.Karena kondisi fisik Pamela perlu infus, jadi polisi tidak langsung menginterogasinya.Karen adanya rasa kemanusiaan, polisi mendengarkan nasihat dokter untuk membiarkan Pamela infus dan istirahat dulu, baru mulai menginterogasinya.Pamela memakan sarapan yang dibeli oleh Agam. Setelah infus, Pamela tertidur lagi seperti biasanya.Sore harinya, polisi baru mulai menginterogasinya.Sesuai peraturan, ketika polisi melakukan interogasi, tidak boleh ada orang di ruangan, jadi Agam juga dipersilakan keluar.Hanya saja Agam tak mau keluar, jadi polisi merasa serbasalah.Pamela menyuruh Agam keluar, Agam baru mengambil jaket di sofa dan keluar....Pria itu berdiri di depa
"Dia nggak akan mencelakaimu," kata Agam.Dengan sikap acuh tak acuh, Agam memotong ucapan Kalana yang penuh akan spekulasi.Kalana pun merasa sedih. Dia berkata, "Agam, kamu begitu memercayai Kak Pamela? Padahal kalian baru kenal lebih dari sebulan ...."Pikiran Agam tidak tertuju pada menjawab pertanyaan Kalana, melainkan pada keadaan di dalam ruang rawat. Dia pun menjawab dengan cuek, "Pasangan suami istri harus saling percaya tanpa alasan apa pun."Pasangan suami istri ....Kata-kata ini membuat ekspresi Kalana menjadi kaku. Namun, dia langsung tersenyum lagi dan berkata, "Ya, mungkin saja benar-benar ada kesalahpahaman, aku juga merasa bahwa Kak Pamela bukan orang jahat ...."...Pada saat ini, Stevi dan Justin menerjang keluar dari dalam lift dan berlari menghampiri yang lainnya dengan terburu-buru ....Dengan ekspresi penuh amarah, Stevi berseru, "Agam, kami sudah mengetahui keadaannya!""Pamela benar-benar keterlaluan!""Kalana baru saja pulang dan bahkan sama sekali nggak meny