"Sebelum latihan, aku suruh beri tahu dia. Aku suruh dia tunggu aku di depan aula, lalu aku pergi tanya guru.""Tapi begitu aku keluar, dia sudah hilang. Semua guru menungguku di dalam aula, aku ... aku nggak bisa tunda waktu teman yang lain dan guru-guru, lalu pergi begitu saja!"Veren menangis sembari menjelaskan, "Kakak, aku nggak lari sembarangan. Di luar aula terlalu terik, jadi aku cari tempat untuk berteduh.""Aku nggak lihat Kakak keluar. Kalau tahu aku bisa masuk, mana mungkin aku lari sembarangan?""Aku juga tahu nggak boleh pergi sembarangan di tempat asing. Ayah, aku benaran nggak sengaja!""Jangan marahi Kakak lagi, semua ini salahku. Aku nggak akan pergi ke sekolah Kakak lagi."Viona menggigit bibir dan diam. Anton kehilangan akal sehatnya ketika melihat Veren menangis tersedu-sedu."Kamu terlalu ceroboh dan selalu merasa bisa melakukan semuanya dengan baik.""Bagaimana nyatanya?""Kamu meninggalkan adikmu sendirian di tempat asing. Sekarang Veren sudah pulang, tapi kamu
"Kakakmu hanya terbawa emosi tadi, jangan kamu simpan omongannya dalam hati.""Tunggu sampai kakakmu sudah nggak marah, Ayah akan bicarakan lagi dengannya.""Tapi seperti yang kamu bilang, kakakmu juga punya tekanan.""Lain kali, kamu jangan ikut ke sekolahnya lagi di hari Minggu."Anton mengembuskan napas. Dia tidak melihat bahwa gadis yang menangis tersedu-sedu dalam pelukannya sedang tersenyum licik.Veren tidak makan malam."Ayah makan saja, aku nggak punya selera makan. Aku balik ke kamar dulu."Anton melambaikan tangan. Dia duduk sendirian di depan meja makan dan merasa letih.Terlalu susah untuk membesarkan dua anak sendirian.Sekembalinya ke kamar, Veren melompat ke ranjang dengan girang. Senyuman tidak pernah hilang dari wajahnya."Huh, ranjang sendiri yang paling nyaman."Tentu saja Veren tidak ingin makan. Dia sudah berkeliling di luar dan pulang setelah makan.Semua itu sesuai dengan rencananya.Viona, bagaimana rasanya diabaikan oleh Ayah?'Apakah enak dituduh?'Sudah wakt
Sejak Veren mengikutinya ke sekolah, Viona berulang kali mengingatkan Veren untuk jangan lari sembarangan. Bagaimanapun, itu tempat asing bagi Veren. Bagaimana kalau Veren tersesat?Sebelum masuk ke sekolah, Veren berjanji akan patuh. Namun, Veren membangkang ketika sampai di dalam."Sudahlah, mungkin aku salah paham."Ketika Viona sedang galau, temannya tiba-tiba mengirimkan sebuah tangkapan layar."Coba lihat, ini adikmu bukan? Kenapa dia ada di forum kita?"Orang di foto itu tidak terlalu jelas, tetapi Viona mengenalinya dengan sekilas pandang karena itu pakaian yang dikenakan Veren hari ini.Jason berdiri di depan Veren dan judul artikel itu sangat ironis."Gadis luar mengungkapkan cinta dengan percaya diri, bagaimana menurutmu?"Sebagian besar komentar di bawah ikut mentertawakan gadis di foto itu. Viona sangat tidak nyaman ketika membacanya.Jadi, Viona memberi tahu temannya itu bukan Veren.Namun, sejak kapan Veren mengenal Jason?Jika tidak kenal, mengapa Veren menghalangi Jaso
"Kamu pikir kebohonganmu benaran sempurna?""Nggak hanya satu temanku yang bilang dia melihatmu di luar dan ada fotonya. Kamu mau lihat?"Viona mengeluarkan ponsel. Wajah Veren menjadi suram, tetapi kembali tersenyum detik berikutnya."Kakak, jangan bercanda. Aku baca buku di perpustakaan sore tadi.""Aku juga pinjam buku dongeng Anderson versi koleksi yang ingin kubeli sebelumnya.""Kalau Kakak masih nggak percaya, Kakak bisa tanyakan ke perpustakaan."Veren sangat tenang. Jika bukan karena punya bukti, Viona benar-benar berpikir Veren menghabiskan waktu di perpustakaan sepanjang sore. Viona merasa takut pada adiknya yang begitu licik."Kamu pikir aku bohong sepertimu?""Aku bilang ada bukti, memang ada buktinya. Aku juga bisa tebak kenapa kamu mau ikut ke sekolahku. Demi Jason, 'kan?""Aku sedang latihan, jadi nggak lihat apa yang terjadi waktu itu.""Tapi kamu sudah menciptakan kehebohan dan dibicarakan di forum sekolah kami.""Sekarang, banyak orang yang mencemoohmu. Kamu pasti ngg
Berpikir bahwa ada banyak orang asing yang mengatai dirinya tidak cantik dan tidak cocok dengan Jason, hati Veren seperti disayat pisau."Kakak, kumohon, kali ini salahku semua. Kumohon, biar aku lihat artikel itu, oke?""Jason yang kamu bilang itu, sebenarnya aku nggak kenal. Aku hanya, hanya ...."Veren kehabisan kata-kata. Dia benar-benar menyukai Jason sehingga tidak bisa mengatakan sebaliknya."Hanya apa?""Kamu hanya nggak kenal Jason, Jason juga nggak kenal kamu. Aku nggak tahu sejak kapan kamu suka dia, tapi aku mau beri tahu kamu.""Banyak yang suka dia. Kamu bukan yang pertama, juga bukan yang paling istimewa. Jadi, nggak usah khawatir, artikel ini akan segera dilupakan.""Lagi pula, wajahmu nggak difoto dari depan dan nggak ada yang kenal kamu di sekolah kami. Nggak apa-apa.""Kamu hanya perlu tahan tekanan batin."Viona tidak lagi menoleransi Veren yang sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf."Ah! Kamu mau aku bagaimana? Kamu sudah menang dalam segala hal, kenapa kamu
"Aku hanya ingin kamu hilang dari dalam hidupku, nggak mau jadi saudara denganmu."Kecuekan Veren membuat hati Viona sangat tidak nyaman.Seperti memperlakukan binatang berdarah dingin.Veren berkata lagi, "Kamu bilang kamu nggak mau aku ganggu hidupmu, tapi kamu mau aku jadi pembandingmu, 'kan?""Kalau ada aku, kamu akan selamanya jadi tuan putri. Kamu pasti sangat bangga, 'kan?""Apa? Ternyata aku seperti itu di hatimu. Nggak heran kamu sembunyi hari ini dan bohong pada Ayah. Kamu balas dendam, ya?""Hah! Nggak nyangka adik kandungku bisa menganggapku seperti itu.""Aku sudah merawatmu dan menyayangimu selama bertahun-tahun, tapi kamu malah membenciku.""Oke, Veren, hebat kamu. Mulai sekarang, jangan minta bantuanku lagi."Veren hendak berbalik badan dan pergi. Veren langsung menerjang Viona ke ranjang dan ingin merogoh ponsel di dalam saku Viona. Mereka bergulat."Cepat berikan padaku!"Viona mencengkeram sakunya dengan erat. "Nggak mau, kamu harus tanggung jawab atas kesalahanmu!"
"Dasar nggak tahu malu!"Viona menoleh pada Veren dengan tidak percaya. "Kamu bilang apa?""Aku bilang kamu nggak tahu malu!""Coba kamu ulangi lagi?"Viona tidak pernah menyangka Veren akan mengatainya seperti itu.Viona tidak pernah memukul maupun memarahi Veren ....Alhasil, Veren memarahinya seperti itu?"Apa kamu gila? Dimarahi sekali saja nggak cukup, tapi mau dimarahi dua kali?""Aku bilang kamu nggak tahu malu. Itu fakta, 'kan?""Kamu suruh aku jangan pikirkan Jason, tapi nyatanya, kamu juga diam-diam suka Jason. Benar, 'kan?""Kamu hanya mau kurangi sainganmu.""Kamu selalu begitu dari kecil. Kalau itu aku suka, kamu akan rebut dengan gunakan segala cara. Tapi Jason nggak sama. Viona, aku nggak akan mengalah lagi kali ini."Viona hanya bisa melihat Veren berbicara dengan ekspresi kosong.Namun, Viona sama sekali tidak dapat mendengar apa yang dikatakan oleh Veren.Adiknya mengatainya tidak tahu malu."Jangan pura-pura lagi di depanku. Nggak usah pura-pura jadi orang baik, aku
Pemikiran itu membuat hati Anton perih.Viona hanya menangis dalam pelukan Anton dan tidak mengatakan apa-apa.Jadi, Anton terus menepuk punggung Viona dan membiarkannya menangis.Mungkin dia kurang perhatian pada Viona akhir-akhir ini. Nilai Viona tinggi dan tidak mengkhawatirkan sehingga dia lebih menaruh perhatian pada Veren.Anton merasa Veren yang tidak sepintar Viona membutuhkan lebih banyak perhatian.Namun, Anton lupa. Dia tidak menyangka Viona telah memikul beban yang sangat besar selama ini.Sulit sekali bagi Viona untuk meraih prestasi tinggi di sekolah elite itu, tetapi Viona tidak pernah mengecewakannya.Viona merasa lebih baik setelah menangis dalam pelukan ayahnya.Viona berdiri tegak dan menyeka air mata, lalu memaksa diri untuk tersenyum. "Ayah, tenang saja, aku hanya tiba-tiba nggak nyaman. Aku sudah merasa lebih baik setelah menangis.""Ayah nggak perlu khawatir. Setelah tidur malam ini, aku akan semangat lagi besok!"Hati Anton makin perih melihat Viona tidak ingin