Pemikiran itu membuat hati Anton perih.Viona hanya menangis dalam pelukan Anton dan tidak mengatakan apa-apa.Jadi, Anton terus menepuk punggung Viona dan membiarkannya menangis.Mungkin dia kurang perhatian pada Viona akhir-akhir ini. Nilai Viona tinggi dan tidak mengkhawatirkan sehingga dia lebih menaruh perhatian pada Veren.Anton merasa Veren yang tidak sepintar Viona membutuhkan lebih banyak perhatian.Namun, Anton lupa. Dia tidak menyangka Viona telah memikul beban yang sangat besar selama ini.Sulit sekali bagi Viona untuk meraih prestasi tinggi di sekolah elite itu, tetapi Viona tidak pernah mengecewakannya.Viona merasa lebih baik setelah menangis dalam pelukan ayahnya.Viona berdiri tegak dan menyeka air mata, lalu memaksa diri untuk tersenyum. "Ayah, tenang saja, aku hanya tiba-tiba nggak nyaman. Aku sudah merasa lebih baik setelah menangis.""Ayah nggak perlu khawatir. Setelah tidur malam ini, aku akan semangat lagi besok!"Hati Anton makin perih melihat Viona tidak ingin
Veren tersenyum dingin. "Capek apanya?""Nggak akan secapek Kakak.""Dia sibuk dengan paduan suara dan harus merawatku. Aku hanya jadi beban.""Aku membebani Kakak dan Ayah. Kalian yang paling capek."Ekspresi Viona menjadi masam. "Kalau kamu nggak senang, kamu bisa bicarakan denganku nanti, nggak perlu sindir-sindir begini.""Oh? Aku hanya bilang Kakak dan Ayah sangat capek. Memangnya nggak boleh?""Banyak ngatur kamu. Sudah kubilang kamu nggak usah rawat aku lagi. Aku nggak boleh mengeluh?"Veren menusuk-nusuk roti dengan garpu. Anton langsung mengetuk piringnya."Makan baik-baik. Apa-apaan sikap kamu ini?""Kalian berantem, ya?""Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Jangan sindir-sindir."Veren dan Viona terdiam setelah ditegur oleh Anton.Sampai ketika berangkat ke sekolah, mereka tetap cuek pada satu sama lain, seperti musuh.Anton mengembuskan napas. Dia makni tidak memahami isi pikiran anak-anaknya.Keharmonisan adalah yang terpenting. Namun, mengapa sulit untuk mewujudkannya
Selesai bicara, Jason langsung pergi.Viona tersadarkan dan mengentakkan kaki. Jason mungkin hanya mengingatkannya dengan baik hati. Dia tidak pernah keberatan dengan sikap Jason yang biasanya angkuh, mengapa sekarang sudah tidak tahan?Sebelumnya, mereka lumayan dekat. Namun, sedikit harapan yang tersisa mungkin akan sirna setelah dia mengucapkan kata-kata itu.Viona langsung menepuk kepalanya. "Aduh, kenapa aku bilang begitu tadi?""Dia mengingatkanku dengan baik hati. Aku juga tahu masalah sebelumnya adalah salah Veren. Apa hubungannya itu dengan Jason?""Dia hanya menolak orang yang nggak dia suka, apa salahnya?"Viona tidak berani memikirkan hal lain lagi saat latihan lagi. Latihan pun berakhir dengan lancar.Usai latihan, Viona buru-buru mencegat Jason yang hendak pergi.Tatapan Jason menyapu dari pergelangan tangan itu ke atas dan melihat Viona. Dia mengangkat alisnya. "Bukannya kamu berlagak suci tadi? Kenapa kamu ikut aku?"Viona tersenyum canggung. "Maaf. Aku mau minta maaf p
Veren buru-buru melewati Viona dan membanting pintu dengan kuat.Sesampainya di kamar, Veren baru berani melampiaskan amarah dengan memukul samsak di dalam kamar.Entah mengapa, Veren merasa Viona sedang mengirim pesan pada Jason.Dari kecil, Viona selalu merebut barang miliknya.Veren memutar otak untuk mencuri ponsel Viona, melihat dengan siapa Viona mengirim pesan sehingga tersenyum berseri-seri.Namun, sebelum Veren menemukan rencana yang sempurna, terjadi suatu hal di luar dugaan.Viona tiba-tiba menghilang.Dikarenakan kejadian sebelumnya, Anton tidak berani lengah. Dia langsung membawa Veren ke sekolah.Tak disangka, Jason juga menghilang.Veren sangat tenang ketika mendengar kabar kehilangan Viona. Mungkin Viona pergi ke suatu tempat bersama pria lain.Veren berpikir demikian. Akan tetapi, saat mendengar Jason juga menghilang, dia panik seketika."Kenapa mereka bisa hilang sama-sama?"Apakah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?Anton melirik Veren sekilas. Siapa Jason?Mengap
Anton melirik Veren dengan tatapan dingin. Veren sangat aneh. Akan tetapi, Anton tidak berdebat lebih lanjut karena itu tidak ada artinya.Prioritas saat ini adalah mencari tahu ke mana Viona dan Jason pergi.Namun, Veren benar dalam satu hal. Dibandingkan berada dalam bahaya, Anton lebih berharap mereka hanya pergi berkencan.Untungnya, guru memiliki nomor telepon semua murid. Setelah dicari tahu, Jason dan Viona memang akrab, tetapi tidak ada tanda-tanda pacaran di usia dini.Kabar itu justru membuat orang-orang dewasa khawatir.Jika mereka tidak pergi berkencan, kemungkinan besar mereka berada dalam bahaya.Veren merasa sangat tidak keruan. Dia tidak tahu sejak kapan mereka menjadi akrab.Veren pernah mencoba untuk mencuri ponsel Viona, tetapi gagal.Padahal beberapa waktu sebelumnya, dia dapat mengakses ponsel Viona dengan sesuka hati untuk mencari informasi.Namun, sekarang dia bahkan tidak tahu apa sandi layar ponsel Viona. Viona juga mulai mewaspadainya.Orang-orang"Coba kalian
Adapun Viona, Viona pantas diculik.Siapa suruh Viona selalu mengikuti Jason?Jika tidak, para penjahat tidak akan menculik Viona. Apa nilai guna Viona?Anisa dan Johan segera datang.Walau sudah banyak uban, ketika mereka berdiri di depan pintu, wibawa mereka membuat orang-orang tertekan.Veren tanpa sadar menghindari tatapan mereka.Begitu melihat mereka, Anton beranjak dari kursinya dengan mata penuh harapan dan mengikuti mereka. Saat mereka menanyakan informasi pada guru, Anton berdiri di samping mereka.Kemudian, Anisa memperhatikan Anton. "Ini orang tua dari anak satunya."Guru segera memperkenalkan Anton pada Anisa. Johan menepuk Anton dengan berat hati. "Jangan khawatir, Pak, kami akan mengusahakan yang terbaik untuk menyelamatkan mereka."Untuk kejadian hari ini, mereka tahu penjahat mengincar Jason. Viona pasti menjadi tumbal.Mata Anton memerah. Dia bergegas mengangguk. "Mohon kalian selamatkan anakku, dia masih kecil."Kemudian, Johan dan Anisa mengontak koneksi masing-masi
Veren mengerutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan ayahnya di sini.Ayahnya bukan hanya tidak mampu membantu sama sekali, dia bahkan menitikkan air mata ketika bernegosiasi dengan orang lain.Dia benar-benar tidak terlihat seperti laki-laki. Veren memandang rendah orang-orang yang hanya bisa menitikkan air mata."Jangan terburu-buru menyerahkan uangnya. Hubungi polisi dulu. Kita lihat bagaimana mereka akan menanganinya."Saat mendengar apa yang dikatakan Johan, Anton menjadi cemas. "Pak, Bu. Bagaimana kalian bisa melakukan ini?""Para penculik baru saja memperingatkan kita nggak boleh lapor polisi!""Kenapa kalian mau lapor polisi lagi sekarang?""Kalau sampai ketahuan, bukankah nyawa kedua anak itu akan terancam?"Anisa melambaikan tangannya. "Kalian nggak tahu emosi mereka dan nggak memahaminya.""Meski kita nggak lapor memanggil polisi, mereka masih punya banyak cara untuk mengancam keselamatan kedua anak tersebut. Kita harus memanfaatkan waktu untuk menemukan
Anton berinisiatif untuk menjadi orang yang mengirimkan uang tebusan pertama.Veren menolak tanpa berpikir panjang, "Ayah, kamu nggak boleh pergi. Bagaimana kalau para penculik itu menangkapmu juga.""Kamu nggak bisa seni bela diri. Ini sangat berbahaya. Aku nggak akan setuju kamu pergi."Anisa ragu-ragu sejenak, kemudian dia berkata, "Pak Anton, kami tahu kamu sangat ingin menyelamatkan putrimu, tapi tindakan ini sangat berbahaya. Sulit untuk mengetahui apakah ada yang nggak beres ...."Vero berkata sambil mengangguk, "Mereka benar. Pak Anton, kamu harus terus mengamati dari belakang.""Petugas polisi akan bertanggung jawab menangani masalah ini. Kami akan meletakkan uang itu di lokasi yang ditentukan."Namun, Anton sangat bertekad. "Aku nggak akan memberikan saran seperti itu dengan gegabah.""Pertama-tama, para penculik meminta kita nggak lapor polisi. Setelah lapor polisi, kita telah menyinggung perasaan mereka.""Selain itu, dengan menyimpan uang di lokasi yang ditentukan, aku dap