Winny menggigit bibir bawahnya. Dia berharap Veren akan mempertimbangkan hal ini.Namun, Veren masih terbaring di ranjang rumah sakit dan tidak bangun. Setelah memastikan Veren baik-baik saja, Jason baru pergi.Namun, dia tidak kembali ke rumahnya. Melainkan Jason pergi ke asrama Aylin.Jason duduk dengan tenang di dalam mobil. Untuk sesaat, dia tidak tahu mengapa dia datang ke sini. Hanya saja, Jason sangat ingin bertemu Aylin malam ini.Saat menerima telepon Jason, Aylin tercengang. Dia memiliki jadwal adegan yang padat di siang hari. Hampir jam sepuluh malam, Aylin baru kembali ke asrama untuk beristirahat."Halo?"Aylin menjawab telepon tanpa membuka matanya. Dia hanya bisa mendengar suara napas yang sangat pelan di seberang sana.Aylin berkedip, lalu mengambil ponsel dan melihatnya. Jason meneleponnya?"Kenapa kamu meneleponku sekarang? Halo? Kenapa kamu nggak bicara?"Mungkinkah terjadi sesuatu?Rasa kantuk Aylin tiba-tiba menghilang.Aylin tiba-tiba duduk dari tempat tidur. "Bic
".... Jangan bercanda lagi."Nada suara Aylin terdengar sedikit memohon. Hatinya gemetar, tidak tahan dengan lelucon Jason yang berulang-ulang.Bagi Jason, hal ini mungkin omong kosong belaka, tetapi bagi Aylin, hal ini semakin membebani detak jantungnya."Aku nggak bercanda, kenapa kamu merasa aku sedang bercanda?" jawab Jason.Dia menyadari kegelisahan Aylin, kemudian dia menambahkan, "Sekarang aku ada di bawah."Aylin merasa napasnya berhenti beberapa detik, Jason ada di bawah, apa maksudnya?Mungkinkah sekarang dia ada di lantai bawah asrama?"Kamu nggak percaya? Kalau nggak percaya, coba lihat dari balkon kamarmu."Jason membawa senyuman di wajahnya. Aylin merasa pria ini mungkin sudah gila. Sekarang ini dini hari, dia bukannya pulang untuk tidur di jam dua pagi ini, malah berkendara ke asramanya.Apa lagi namanya kalau bukan gila?"Kamu sudah gila!"Jason tertawa karena reaksi Aylin, "Keluarlah sebentar, kamu akan tahu kalau aku nggak berbohong. Pelan-pelan, jangan buru-buru, aku
Namun, dengan jarak dua lantai yang begitu pendek, tak peduli duduk atau berdiri, Aylin tetap merasa tidak nyaman, sampai Jason mengetuk pintu.Aylin tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat ke pintu.Orang di luar adalah pria yang mengatakan ingin bertemu dengannya, juga pria yang selama ini dia rindukan."Aylin, buka pintunya."Suara Jason sepertinya memiliki kekuatan sihir, Aylin mendekati pintu selangkah demi selangkah.Begitu pintu dibuka, pria yang dia rindukan siang dan malam muncul di hadapannya.Keduanya saling bertatapan, tidak ada yang bergerak."Aylin." Nama Aylin keluar dari bibir tipis Jason."Um .... Aku sudah dengar, jangan panggil lagi," kata Aylin.Kemudian, Jason melangkah maju, dengan lembut memegangi wajah Aylin dengan kedua tangannya.Dia merasa telapak tangannya seperti dipanggang oleh setumpuk arang.Sebelum sempat berpikir, Jason melakukan hal yang paling ingin dia lakukan berdasarkan intuisinya.Dia menjatuhkan sebuah ciuman di bibir Aylin.Mata Aylin terbel
"Apa kamu benar-benar Jason?""Apa hari ini April Mop? Jadi kamu datang untuk menggodaku, di mana kamera tersembunyinya?""Jangan membohongiku .... Jason, jangan berbohong padaku, aku akan menganggapnya serius ...."Aylin menggenggam tangan Jason, rangkaian pertanyaannya membuat hati Jason pilu."Bodoh, tentu saja aku serius."Setelah Jason mengucapkan kata-kata ini, Aylin akhirnya tidak bisa lagi menahan tangisannya.Beberapa hari terakhir ini, dia menangis sendirian, menderita sendirian.Johan dan Anisa memercayainya, dia juga punya teman yang diam-diam mendukungnya, tetapi dia tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya dia butuhkan ... yaitu perhatian dan kepercayaan Jason.Namun, dia tidak pernah menyangka Jason akan mengucapkan kata-kata ini padanya, penderitaannya akhirnya terlihat.Jason berkata percaya padanya ....Jason memeluk Aylin yang menangis tanpa suara, mengingat kembali apa yang terjadi di masa lalu."Ada yang belum kuberitahukan padamu. Saat masih sekolah, aku dan ka
Aylin tidak langsung menjawab pertanyaan Jason. Dia ingin memercayai Jason, tapi dia juga takut tidak mendapatkan hasil yang dia inginkan jika benar-benar memberikan hatinya, jadi dia ingin memastikan perasaan Jason terlebih dahulu."Aku ingin bersamamu. Aylin, aku nggak ingin hubungan kita hanya sekedar selembar kontrak," jawab Jason."Kamu boleh percaya, boleh nggak, aku akan membuktikannya padamu," tambahnya.Keduanya saling memandang tanpa berkata-kata, air mata Aylin sudah mengalir.Dia tidak tahu apakah dia benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya, tetapi air matanya saat ini sudah cukup menunjukkan kebahagiaannya.Keduanya tertidur sambil berpelukan. Ketika bangun keesokan paginya, Aylin menyadari pinggangnya dipeluk erat.Setelah Jason mencium lehernya, Aylin baru teringat apa yang terjadi tadi malam. Jason mendatanginya dini hari dan menyatakan cintanya.Semua ini seperti mimpi, ketika Jason menanyakan apa yang dia lamunkan, Aylin masih linglung."Sedang memikirkan apa?"
Akan tetapi, begitu menatap mata Jason, dia tanpa sadar berkompromi.Jarang sekali mereka bisa tinggal bersama, bahkan begitu dekat, dalam hati Aylin sangat menyukainya.Sebelumnya, dia sungkan untuk terlalu dekat dengan Jason.Dia juga takut perasaan mendalam di matanya akan terungkap jika terlalu dekat dengannya.Mereka tadinya hanya pasangan kontrak, tapi perasaannya berubah, Jason pasti akan kesulitan.Namun, sekarang dia merasakan kehangatan yang sama dari mata Jason, membuatnya sangat bahagia hingga tidak tahu harus berbuat apa.Suhu di luar sangat rendah, tetapi Aylin merasa hangat meringkuk di pelukan Jason. Tubuh pria di belakangnya bagaikan tungku.Tubuh Aylin juga terasa hangat.Pagi-pagi sekali Anisa meminta mobil mengantarnya ke Perusahaan Yanuar, dia ingin mengonfirmasi perkembangan dari tugas yang dia berikan terakhir kali pada Leo.Namun, Anisa tidak menyangka, sudah jam sepuluh dan Jason yang selalu rajin tidak muncul di kantor."Calvin, mana bosmu?""Kenapa pagi-pagi
Aylin tersenyum malu-malu, "Ya, Nek. Kami menelepon supaya Nenek nggak khawatir.""Jason bilang pagi ini nggak ada urusan di kantor, jadi dia menemaniku di sini.""Dia akan ke kantor sore nanti."Mendengar Jason menemani Aylin, seketika Anisa tidak lagi khawatir, "Nggak perlu, nggak perlu, biar Jason menemanimu lebih lama, ada karyawan yang mengurus perusahaan, nggak perlu khawatir.""Kalian sudah lama nggak menghabiskan waktu bersama, ini kesempatan langka," kata Anisa."Um ...."Saat ini, Jason mengambil ponsel dari tangan Aylin, "Nek, kenapa Nenek ke perusahaan lagi hari ini? Apa Kakek menemanimu?"Aylin mencondongkan tubuh untuk mendengarkan. Anisa dan Johan sudah lama pensiun, mereka tidak akan ke perusahaan jika tidak ada urusan penting.Dia khawatir Anisa sibuk mengurusi masalahnya.Anisa tidak mengatakannya karena tidak ingin mereka khawatir."Nggak bisakah aku datang melihat-lihat?""Lagi pula, supir yang mengantarku ke sini, jadi kalian berdua nggak perlu khawatir.""Sudah du
Awalnya dia merasa skandal keluarga tidak boleh dipublikasikan. Meskipun selama ini Aylin melakukan banyak kesalahan, mempublikasikannya akan mempermalukan keluarga.Dia awalnya tidak memperhatikan berita ini, tetapi Levina menyebut masalah Aylin ketika dia pulang terakhir kali, yang membuatnya berpikir untuk melihat sekilas.Beberapa hari ini dia juga tidak menghabiskan tenaga ke tempat Aylin untuk melaksanakan misi yang diberikan Levina.Saat ini, Melinda gelisah di rumah."Aku pulang." Levina yang baru pulang menendang sepatunya ke samping dengan sembarangan.Kemudian menjatuhkan diri di sofa, Melinda segera menyambutnya, dia berdiri di samping Levina, seolah ada yang mau dibicarakan."Levina, kebetulan ada yang mau aku tanyakan padamu."Dalam hati, Levina memutar mata, tapi ekspresinya tidak berubah. Dia berbalik ke samping, masih berbaring di sofa dan menatap Melinda sambil berkata, "Tanyakan saja langsung kalau ada pertanyaan.""Itu ....""Yang terakhir kali kamu minta, belum Ibu