Begitu pintunya dibuka, Justin sudah berdiri di depan pintu. Pria itu memasang ekspresi masam.Saat melihatnya, Adsila langsung mengerutkan dahinya dengan tidak senang sambil bertanya, "Justin, kenapa kamu kemari?""Aku ingin mencari Pamela.""Untuk apa kamu mencari Bibi? Aku rasa kamu berkomplot dengan Stevi dan memiliki niat buruk. Kamu nggak diterima di tempat ini."Justin lantas mendelik ke arah Adsila dan mengatakan, "Menyingkir! Aku bukan mencarimu!"Setelah menyingkirkan Adsila yang berdiri di depan pintu, Justin pun melangkah masuk ke dalam kamar dengan lantang. Melihat lengan Pamela yang diperban, sorot matanya yang angkuh jadi terlihat kesal. Pria itu pun berdeham dan mengatakan, "Uhuk! Pamela, kudengar kamu digigit oleh ular, ya?"Pamela bersandar di kursinya dengan santai. Wanita itu duduk bersila dan berkata, "Benar!"Justin lantas membalas dengan canggung, "Kalau begitu ... apakah kamu baik-baik saja?"Pamela duduk dengan kaki berselonjor santai. Wanita itu pun tersenyum
Ada begitu banyak orang yang ingin melindunginya. Kalana seharusnya orang yang sangat baik, 'kan?Setelah memikirkannya, Pamela pun berkata pada Justin, "Aku akan memberikan sebuah saran untukmu. Bukankah Keluarga Yanuar sangat kaya? Meskipun Agam mencabut investasinya untuk Keluarga Respati, Keluarga Yanuar juga boleh berinvestasi di perusahaan Keluarga Respati untuk membantu keluarga sahabat kakakmu melewati masa krisis."Justin memasang ekspresi kesulitan. "Untuk masalah keuangan dalam keluarga kami, sementara ini aku belum bisa membuat keputusan. Kakak laki-lakiku nggak pernah mencampur masalah bisnis dengan masalah pribadi. Apalagi dia juga nggak menyukai Stevi. Jadi, dia pasti nggak akan berinvestasi di Keluarga Respati."Pamela lantas menyatakan ketidaksanggupannya, "Kalau begitu nggak ada cara lain lagi. Aku nggak bisa membantumu."Pamela sama sekali bukan siapa-siapa bagi paman. Jadi, dia sangat tidak berhak untuk ikut campur dalam keputusan ekonomi paman. Meskipun paman bisa
Untuk waktu yang cukup lama, Stevi tidak mendapatkan balasan dari pria tersebut. Jadi, Stevi pun mendesah sedih."Agam, kamu juga memahami situasi Keluarga Respati. Kalau hari ini kamu mencabut investasimu, bisnis Keluarga Respati akan bangkrut!"Agam yang bertubuh tinggi tegap, berdiri di depan teras kamar dan menyalakan sebatang rokok tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Pria itu menatap ekspresi Stevi yang terlihat tidak tenang. Nadanya tidak menunjukkan emosi apa pun ketika berbicara."Perusahaan Dirgantara bukan yayasan amal. Masalah Keluarga Respati yang sulit bangkit juga sudah lama berlanjut. Setiap tahunnya, dana investasi Perusahaan Dirgantara untuk Perusahaan Respati selalu mengalami penyusutan besar. Karena hubungan pertemanan kita selama bertahun-tahun, aku pun nggak terlalu menggubrisnya. Hari ini, Nona Stevi nggak menganggap aku sebagai teman. Jadi, Perusahaan Dirgantara juga nggak perlu memberikan dukungan keuangan untuk Keluarga Respati lagi."Stevi langsung menggelengk
Karena Stevi mengungkit nama Kalana, ekspresi Agam yang awalnya dingin menjadi agak tercengang. Dia terdiam sesaat, tatapannya juga menggelap. "Aku nggak lupa. Aku akan tetap mengingat janjiku pada Kalana selamanya," kata Agam.Stevi tertawa dengan sinis, lalu berkata, "Agam, nggak apa-apa kalau kamu nggak menganggapku sebagai temanmu lagi. Tapi, aku harap, kamu akan tetap mengingat segalanya yang sudah Kalana lakukan untukmu! Jangan mengecewakan seorang gadis sebaik Kalana demi Pamela yang baru muncul nggak lama dalam hidupmu!"Seusai berbicara, Stevi langsung berbalik dan membuka pintu kamar ini.Namun, dia malah melihat Pamela yang sedang berdiri di depan pintu ....Pamela terdiam.Awalnya, saat dia berjalan mendekati tempat ini, dia sudah mendengar suara Agam dan Stevi. Oleh karena itu, dia ingin mempercepat langkahnya untuk melewati kamar ini, supaya orang-orang ini tidak mencurigai bahwa dia sedang menguping.Namun, sungguh kebetulan, baru saja dia berjalan sampai ke depan pintu,
Pamela menjawab dengan tenang, "Nggak ada."Tatapan Agam kembali menggelap ....Kedua orang ini saling bertatapan, suasana di antara mereka terasa aneh.Tiba-tiba, pria ini mengernyit, lalu memalingkan wajahnya sambil batuk-batuk!Pamela mengernyit sambil bertanya, "Paman masuk angin, ya?"Agam melambaikan tangannya dengan ekspresi masam dan menjawab dengan dingin, "Aku nggak apa-apa."Pamela mengangkat tangannya dan mengecek denyut nadi Agam, lalu dia mengernyit.Hari ini, di lembah yang dingin dan lembap itu, Agam malah melepaskan jaketnya untuk Pamela, lalu tidur sebentar di gua itu. Pantas saja Agam masuk angin!"Paman masuk angin. Malam ini, tidur dengan selimut tebal supaya keringatnya keluar," kata Pamela."Kamu memahami ilmu pengobatan tradisional?" tanya Agam sambil menatap Pamela dengan tatapan heran. Dia teringat, saat dia keracunan karena memakan masakan Jovita, Pamela-lah yang mengetahui kondisinya dengan mengecek denyut nadinya.Pamela mengiakan ucapan Agam dan menjawab,
Pamela memimpikan saat dia masih kecil, saat dia tidak enak badan dan dibawa ibunya ke rumah sakit.Saat dia sedang diinfus, ibunya bertanya apakah dia lapar atau tidak. Kemudian, ibunya mengatakan bahwa ibunya akan pergi membeli makanan di luar.Saat ibunya pergi, ibunya berdiri di depan pintu ruang rawat, lalu menoleh dan menatapnya dengan tatapan mendalam. Sepertinya, mata ibunya juga berkaca-kaca ....Namun, dalam mimpinya Pamela, penampilan ibunya sudah sangat kabur. Pamela berusaha keras untuk melihat wajah ibunya, tetapi dia tidak berhasil melakukannya!Kemudian, Darius datang ke rumah sakit dan berkata pada Pamela, "Aku ayahmu. Mulai sekarang, kamu harus ingat, kamu bermarga Alister. Mengerti? Ayo pulang ke rumah denganku."Pada saat itu, Pamela masih sangat kecil, jadi dia tidak mengingat marganya sebelumnya. Apakah dia mengikuti marga ibunya?Dia hanya mengingat bahwa ibunya selalu memanggilnya "Bulan" dengan sangat lembut, nama ini adalah nama panggilannya. Sejak dia mengeta
"Hmm .... Paman ...."Saat Pamela tersadar, dia mendorong pria ini dengan kuat dan langsung duduk. Dengan napas yang terengah-engah, dia berkata dengan kesal, "Paman ngapain, sih?!"Pria ini tidak menjawab pertanyaan Pamela. Dia hanya membalikkan badannya dengan malas. Kedua matanya terpejam, napasnya tenang.Pamela pun mengernyit. Apakah pria ini masih terlelap?Huh! Jangan-jangan Agam memimpikan wanita idamannya, sehingga dia mencium orang yang salah?Pamela mengernyit sambil menyeka bibirnya dengan jijik. Dia merasa sangat kesal!Selain itu, siapa yang membiarkan pria ini tidur di ranjang?Bukankah mereka selalu tidur terpisah, satu di ranjang dan satu di sofa?Jika bukan karena Pamela teringat bahwa hari ini Agam masuk angin, dia benar-benar ingin langsung menendang pria ini!Pamela terus memarahi pria ini dalam hatinya. Setelah dia sudah merasa lebih tenang, dia menoleh dan menatap wajah pria ini ....Mengapa Agam tidak bergerak sama sekali? Jangan-jangan kondisi Agam makin parah?
Entah mengapa, Pamela merasa canggung. Dia pun berhenti meregangkan tubuhnya. Saat dia teringat akan kejadian semalam, saat pria ini diam-diam menciumnya dan terus menjatuhkan selimut, dia tertawa dengan kesal dan berkata, "Nggak terlalu!"Semalam, Agam tidur dengan sangat lelap, sepertinya bahkan Agam sendiri pun tidak tahu perbuatan apa yang sudah dia lakukan!Pria ini memicingkan matanya dan berkata, "Oh ya? Tadi pagi, saat aku bangun, aku melihat Nona Pamela yang masih terlelap sambil tersenyum, jadi kukira kamu mimpi indah."Wajah Pamela langsung memerah. Dia merasa seakan-akan isi hatinya dibaca, jadi dia merasa malu ....Semalam, dia memang mimpi indah!Jika dipikir-pikir, dia juga merasa aneh. Setelah dia membantu Agam menahan selimut itu, dia langsung terlelap lagi.Kemudian, dia memimpikan banyak makanan enak, binatang-binatang lucu dan pertunjukan lucu para pelawak. Mimpi ini benar-benar berbeda dari mimpi buruk sebelumnya, jadi dia merasa sangat senang ...."Paman, aku pern