Karena Stevi mengungkit nama Kalana, ekspresi Agam yang awalnya dingin menjadi agak tercengang. Dia terdiam sesaat, tatapannya juga menggelap. "Aku nggak lupa. Aku akan tetap mengingat janjiku pada Kalana selamanya," kata Agam.Stevi tertawa dengan sinis, lalu berkata, "Agam, nggak apa-apa kalau kamu nggak menganggapku sebagai temanmu lagi. Tapi, aku harap, kamu akan tetap mengingat segalanya yang sudah Kalana lakukan untukmu! Jangan mengecewakan seorang gadis sebaik Kalana demi Pamela yang baru muncul nggak lama dalam hidupmu!"Seusai berbicara, Stevi langsung berbalik dan membuka pintu kamar ini.Namun, dia malah melihat Pamela yang sedang berdiri di depan pintu ....Pamela terdiam.Awalnya, saat dia berjalan mendekati tempat ini, dia sudah mendengar suara Agam dan Stevi. Oleh karena itu, dia ingin mempercepat langkahnya untuk melewati kamar ini, supaya orang-orang ini tidak mencurigai bahwa dia sedang menguping.Namun, sungguh kebetulan, baru saja dia berjalan sampai ke depan pintu,
Pamela menjawab dengan tenang, "Nggak ada."Tatapan Agam kembali menggelap ....Kedua orang ini saling bertatapan, suasana di antara mereka terasa aneh.Tiba-tiba, pria ini mengernyit, lalu memalingkan wajahnya sambil batuk-batuk!Pamela mengernyit sambil bertanya, "Paman masuk angin, ya?"Agam melambaikan tangannya dengan ekspresi masam dan menjawab dengan dingin, "Aku nggak apa-apa."Pamela mengangkat tangannya dan mengecek denyut nadi Agam, lalu dia mengernyit.Hari ini, di lembah yang dingin dan lembap itu, Agam malah melepaskan jaketnya untuk Pamela, lalu tidur sebentar di gua itu. Pantas saja Agam masuk angin!"Paman masuk angin. Malam ini, tidur dengan selimut tebal supaya keringatnya keluar," kata Pamela."Kamu memahami ilmu pengobatan tradisional?" tanya Agam sambil menatap Pamela dengan tatapan heran. Dia teringat, saat dia keracunan karena memakan masakan Jovita, Pamela-lah yang mengetahui kondisinya dengan mengecek denyut nadinya.Pamela mengiakan ucapan Agam dan menjawab,
Pamela memimpikan saat dia masih kecil, saat dia tidak enak badan dan dibawa ibunya ke rumah sakit.Saat dia sedang diinfus, ibunya bertanya apakah dia lapar atau tidak. Kemudian, ibunya mengatakan bahwa ibunya akan pergi membeli makanan di luar.Saat ibunya pergi, ibunya berdiri di depan pintu ruang rawat, lalu menoleh dan menatapnya dengan tatapan mendalam. Sepertinya, mata ibunya juga berkaca-kaca ....Namun, dalam mimpinya Pamela, penampilan ibunya sudah sangat kabur. Pamela berusaha keras untuk melihat wajah ibunya, tetapi dia tidak berhasil melakukannya!Kemudian, Darius datang ke rumah sakit dan berkata pada Pamela, "Aku ayahmu. Mulai sekarang, kamu harus ingat, kamu bermarga Alister. Mengerti? Ayo pulang ke rumah denganku."Pada saat itu, Pamela masih sangat kecil, jadi dia tidak mengingat marganya sebelumnya. Apakah dia mengikuti marga ibunya?Dia hanya mengingat bahwa ibunya selalu memanggilnya "Bulan" dengan sangat lembut, nama ini adalah nama panggilannya. Sejak dia mengeta
"Hmm .... Paman ...."Saat Pamela tersadar, dia mendorong pria ini dengan kuat dan langsung duduk. Dengan napas yang terengah-engah, dia berkata dengan kesal, "Paman ngapain, sih?!"Pria ini tidak menjawab pertanyaan Pamela. Dia hanya membalikkan badannya dengan malas. Kedua matanya terpejam, napasnya tenang.Pamela pun mengernyit. Apakah pria ini masih terlelap?Huh! Jangan-jangan Agam memimpikan wanita idamannya, sehingga dia mencium orang yang salah?Pamela mengernyit sambil menyeka bibirnya dengan jijik. Dia merasa sangat kesal!Selain itu, siapa yang membiarkan pria ini tidur di ranjang?Bukankah mereka selalu tidur terpisah, satu di ranjang dan satu di sofa?Jika bukan karena Pamela teringat bahwa hari ini Agam masuk angin, dia benar-benar ingin langsung menendang pria ini!Pamela terus memarahi pria ini dalam hatinya. Setelah dia sudah merasa lebih tenang, dia menoleh dan menatap wajah pria ini ....Mengapa Agam tidak bergerak sama sekali? Jangan-jangan kondisi Agam makin parah?
Entah mengapa, Pamela merasa canggung. Dia pun berhenti meregangkan tubuhnya. Saat dia teringat akan kejadian semalam, saat pria ini diam-diam menciumnya dan terus menjatuhkan selimut, dia tertawa dengan kesal dan berkata, "Nggak terlalu!"Semalam, Agam tidur dengan sangat lelap, sepertinya bahkan Agam sendiri pun tidak tahu perbuatan apa yang sudah dia lakukan!Pria ini memicingkan matanya dan berkata, "Oh ya? Tadi pagi, saat aku bangun, aku melihat Nona Pamela yang masih terlelap sambil tersenyum, jadi kukira kamu mimpi indah."Wajah Pamela langsung memerah. Dia merasa seakan-akan isi hatinya dibaca, jadi dia merasa malu ....Semalam, dia memang mimpi indah!Jika dipikir-pikir, dia juga merasa aneh. Setelah dia membantu Agam menahan selimut itu, dia langsung terlelap lagi.Kemudian, dia memimpikan banyak makanan enak, binatang-binatang lucu dan pertunjukan lucu para pelawak. Mimpi ini benar-benar berbeda dari mimpi buruk sebelumnya, jadi dia merasa sangat senang ...."Paman, aku pern
Adsila menyilangkan lengannya dan tersenyum sambil berkata, "Memangnya aku bilang itu kamu? Aku nggak sebut nama, tapi kenapa kamu merasa tersinggung?"Justin membelalakkan matanya dengan penuh amarah. "Kamu ...."Melihat kedua orang ini hendak bertengkar lagi, Pamela berkata, "Sudahlah, kalian berdua makan saja, jangan bersuara. Nanti kalian tersedak."Adsila mengangguk dengan patuh. Dia tidak lagi menghiraukan Justin. Sesuai ucapan bibinya, dia memakan sarapannya dengan patuh.Justin menatap Pamela dan mendengus dengan kesal, lalu dia juga menundukkan kepalanya dan memakan telur mata sapi dalam diam.Melihat adegan ini, kebencian meluap dalam hati Stevi.Entah bagaimana caranya, Pamela sudah berhasil membutakan Agam. Pamela juga berhasil mengendalikan Adsila yang nakal. Sekarang, bahkan Justin juga mau mendengar ucapan Pamela?Situasi seperti ini sangat berbahaya.Pamela terlihat masih muda dan kekanak-kanakan, tetapi dia sebenarnya jauh lebih licik daripada yang Stevi bayangkan!...
Beberapa pria ini langsung menunggangi kuda mereka untuk pergi memeriksa situasinya .......Stevi jatuh terduduk di ladang rumput. Dia mengenakan celana pendek, sehingga kedua lututnya tergores dan berdarah.Dalam waktu singkat, beberapa pria yang berkuda ini pun tiba di tempat ini.Justin adalah orang pertama yang turun dari kudanya. Dia berjalan maju dan bertanya dengan penuh perhatian, "Ada apa, Kak Stevi?"Sambil berlinang air mata, Stevi berkata dengan ekspresi kesakitan, "Justin ... saat aku main layangan, aku nggak sengaja terjatuh, sepertinya kakiku keseleo. Sakit sekali ...."Justin berjongkok dan membantu Stevi untuk bangkit. Melihat luka goresan di kaki Stevi yang berdarah, Justin mengernyit dan berkata, "Kak Stevi, kenapa kamu nggak berhati-hati?!"Pada saat ini.Adsila yang berada di dekat sana memandang ke arah Stevi dengan kesal dan berkata, "Bibi, tebakanmu benar. Dia lagi-lagi berulah! Huh, jatuh sedikit saja langsung nggak bisa bangun lagi, sampai harus teriak minta
Justin menganggukkan kepalanya dan memapah Stevi yang masih menangis sambil bersandar di bahunya untuk berdiri.Stevi menghentikan tangisannya dan berusaha untuk berdiri. Namun, kaki kanannya terasa sangat sakit dan tidak bertenaga. Wajahnya pucat, keningnya juga berkeringat. Meskipun dia sedang bersandiwara pun hal seperti ini tidak bisa dipalsukan ....Melihat Stevi yang kesakitan, Justin hanya merasa kasihan padanya."Kak Stevi, kalau nggak ada yang membantumu main layangan, kamu bisa memanggilku ke sini. Kenapa kamu memaksa untuk main sendirian?" tanya Justin.Stevi menahan rasa sakitnya sambil berkata, "Justin, kamu adalah seorang pria, kamu nggak mungkin suka main layangan! Aku kira main sendiri itu nggak susah, jadi aku ingin coba. Tapi, aku sudah memandang diriku terlalu tinggi. Akulah yang bodoh ...."Justin membuang napas dengan penuh rasa simpati. Dia meletakkan lengan Stevi di bahunya dan berkata, "Sudah, Kak Stevi, jangan menyalahkan dirimu lagi. Biar aku papah kamu naik k