Teguh mengangguk, "Benar, belum tentu ada tersangka di sini, tapi karena sudah terjadi, bagaimanapun, kita harus melakukan pemeriksaan, semua orang akan menjadi objek kecurigaan, mohon kerja samanya!""Kenapa? Ini nggak adil, Aylin yang nggak bisa berenang dan nggak mau menggunakan pengganti, bukankah dia yang cari masalah sendiri? Kenapa kami harus dicurigai atas keputusannya?"Ucapan berisi luapan kemarahan. Suasana hati mereka sedang buruk hari ini. Setelah seharian bekerja, terjadi kecelakaan, pekerjaan terhenti. Alhasil, setelah kecelakaan, mereka ditetapkan sebagai tersangka oleh sutradara. Sutradara yang statusnya tinggi mana mungkin bisa memahami suasana hati yang buruk itu?Saat ini, Yulia melangkah maju, lalu berkata, "Semuanya, berhentilah sebentar. Kalau kalian nggak keberatan, bolehkah kalian mendengarkan pendapatku dulu?"Meskipun tinggi badannya 168 cm, dengan wajahnya yang lembut dan ekspresi yang sengaja dibuat lembut, dia tampak jauh lebih mudah didekati dibandingkan
"Yang ingin aku katakan adalah nggak seorang pun di antara kita yang harus bertanggung jawab atas kejadian yang menimpa Aylin.""Apa katamu?"Bukan hanya Sutradara yang kaget oleh ucapannya, bahkan produser pun menjatuhkan rokok di tangannya."Hah?"Yulia tidak merasa ada masalah dengan logikanya, "Pikirkanlah .... Siapa yang bersikeras untuk nggak menggunakan pengganti? Sutradara sudah membujuknya sebelum syuting dimulai, 'kan? Petugas keamanan juga sudah membujuknya.""Katanya untuk memberikan efek terbaik, tapi sebenarnya Aylin melakukannya untuk menyelamatkan mukanya sendiri ....""Meskipun aku juga sangat sedih karena kecelakaan seperti ini menimpa Kak Aylin.""Itu adalah pilihannya sendiri, kita nggak perlu bertanggung jawab atas keputusan yang dia buat, bukankah begitu?""Kalau Kak Aylin mendengarkan ucapan sutradara, dia pasti nggak akan mengalami hal ini.""Meskipun efek pemeran pengganti jelas tidak sebaik yang dilakukan sendiri, tim kita selalu menganut konsep mengutamakan k
"Oh, wajar saja kamu nggak mengenalku, soalnya aku bergabung dengan tim beberapa bulan sebelum kamu, aku bergabung pada waktu yang sama dengan Aylin," kata Maria sambil tersenyum, tapi kata-katanya terdengar tidak sopan."Lidahmu begitu tajam, kenapa kamu nggak membujuk Kak Aylin untuk menambahkan beberapa adegan untukmu?" Yulia mengejeknya karena membela Aylin.Tanpa diduga, Maria membuat ekspresi berlebihan, "Di antara semua kru, siapa yang nggak tahu kalau adegan nggak bisa sembarangan ditambahkan dalam film Pak Teguh?""Kamu pikir semua orang sama sepertimu? Yang bisa menggunakan trik untuk memaksa penulis skenario dan sutradara menambahkan adegan untukmu. Sayangnya, kalau aku jadi kamu, aku pasti nggak akan punya muka untuk berbicara di depan orang sebanyak ini. Aku benar-benar baru pertama kali bertemu orang sepertimu!" sambung Maria."Kamu!"Tidak peduli seberapa perhatian ekspresi Yulia sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa dia pernah membuat seluruh kru terlibat dalam tuduhan
Aylin tidak koma untuk waktu yang lama, tetapi dalam dua jam atau lebih sebelum dia bangun, setiap menit dan setiap detik membuat Jason merasa seperti bertahun-tahun telah berlalu.Jason pulang dengan penerbangan dari luar negeri, bekerja tanpa henti selama beberapa hari, kelelahan karena berlari ke rumah sakit. Sekarang pria itu tertidur di sebelah Aylin sambil memegang tangannya.Tangan keduanya terhubung erat, Jason akan segera tahu ketika Aylin bangun."Uh ...."Ujung jari Aylin bergerak sedikit, Jason yang merasakan gerakan itu langsung duduk tegak."Sudah bangun?"Alis Aylin berkerut, seolah tenggelam dalam rasa sakit ...."Uh ...." Aylin merintih kesakitan, membuat Jason semakin khawatir.Dia tidak bisa membayangkan betapa takutnya Aylin ketika menghadapi rasa sakit karena mati lemas sendirian.Bola mata Aylin bergerak, akhirnya berkedip dan matanya terbuka ....Semua yang terlihat berwarna putih, dia tidak tahu di mana dirinya berada, lalu terdengar suara pria yang dia kenal da
Dia berkedip, membiarkan air mata mengalir di wajah dan membasahi rambutnya.".... Aku benar-benar mengira aku akan mati."Jason menyeka air matanya dengan sangat lembut, "Ada aku, aku nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu.""Tapi waktu itu kamu sedang di Negara Muriana, jauh sekali ...."Aylin selalu khawatir jika Jason pergi ke luar negeri untuk menemui Veren tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Jika kali ini dia tidak bangun, adegan di mana mereka berdua bertengkar mungkin akan menjadi pertemuan terakhir dalam hidup mereka ....Jason agak menyesal ketika mengingat kesan yang mereka tinggalkan satu sama lain sebelum berpisah adalah pertengkaran."Nggak akan lagi, ke depannya, ke mana pun aku pergi, aku akan memberitahumu dulu."Jason tidak hanya sekadar berjanji. Setelah kejadian ini, dia memutuskan untuk menetap lama di dalam negeri, setidaknya sampai Aylin selesai syuting film.Awalnya dia mengira Aylin akan menyelesaikan syuting dengan lancar jika dia menginvestasikan uang y
Bisa dianggap Jason sudah menjaminnya secara tidak langsung, Aylin pun tersenyum.Namun, dia masih terlihat kelelahan. Setelah berbicara dengan Jason beberapa saat, dia merasa mengantuk lagi."Tidurlah kalau mengantuk, aku akan menemanimu di sini."Jason menyentuh rambutnya. Dalam tatapan lembutnya yang langka, Aylin tidak lupa mengingatkannya untuk memberi tahu Johan dan Anisa bahwa dia baik-baik saja."Nanti aku akan beri tahu mereka," kata Jason."Sekarang .... Mereka pasti cemas," kata Aylin.Setelah mendengar persetujuan Jason, barulah Aylin tidur dengan nyenyak.Melihat wajah Aylin yang tertidur, Jason memastikan pernapasannya.Dia takut napas Aylin melemah seperti sebelumnya.Kata dokter, Aylin hampir tidak bernapas ketika dibawa ke rumah sakit.Dia tidak bisa membayangkan seperti apa ekspresinya jika ada di sana.Sebelumnya, dia tidak pernah mengira Aylin begitu penting baginya.Sampai dia menyadari dirinya sama sekali tidak bisa kehilangan Aylin, dia bahkan tidak sanggup memba
Jason duduk dengan tenang di samping ranjang Aylin, memperhatikan wajah tidurnya selama setengah jam.Sebelum pulang, dia mengunjungi dokter dan perawat yang berjaga.Mereka bersiaga di luar bangsal, siap memenuhi kebutuhan pasien."Pak Jason ...."Jason mengangguk, kemudian berkata, "Aku harus pulang sebentar, kira-kira ...."Dia melirik arlojinya, kemudian berkata, "Satu jam lagi aku kembali. Selama aku nggak ada, aku ingin kalian selalu memperhatikan kondisi Aylin. Kalau dia bangun, katakan padanya aku akan segera kembali." Keduanya mengangguk, ini memang sudah menjadi tanggung jawab mereka.Jason segera meninggalkan rumah sakit dan kembali ke kediaman Keluarga Yanuar."Tuan Muda ...."Jason melambai, mengisyaratkan tidak perlu menyapanya.Dia membawa tasnya, pergi ke kamar mereka dan mengemasi barang-barang Aylin. Melihat betapa lemahnya Aylin, sebaiknya dia rawat inap dua hari lagi untuk observasi.Dia takut ada barang yang tertinggal jika meminta orang lain yang mengemasnya, jadi
"Aylin sekarang masih terbaring di rumah sakit, kalau kamu nggak ada urusan penting, aku mau ke rumah sakit dulu sekarang."Jason mengerutkan kening, begitu teringat pada Aylin yang terbaring diam di ranjang rumah sakit, kesabarannya semakin tipis.Di saat kritis ini, Veren justru menanyakan kenapa dia tidak sabar padanya?"..." Suara mengendus gadis itu terdengar jelas di ujung telepon.Jason teringat sesuatu, kemudian melembutkan hatinya, "Aku bukan nggak sabar menghadapimu, dengarkan aku, kalau ada waktu, aku akan menemuimu, sekarang Aylin sedang sakit, aku harus merawatnya."Jason sangat tahu kecenderungan Veren untuk menitikkan air mata."Kak Jason, apa kamu sudah lupa dengan janjimu pada kakakku?""Sebelum Kakak meninggal, kamu jelas-jelas berjanji akan menemaniku, tapi sekarang demi wanita yang belum kenal lama denganmu, kamu ...."Begitu mengungkit orang yang sudah meninggal, raut wajah Jason menjadi suram, dia terdiam, memang benar dia menjanjikan hal itu.Jika bukan karena me
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen