Jason duduk dengan tenang di samping ranjang Aylin, memperhatikan wajah tidurnya selama setengah jam.Sebelum pulang, dia mengunjungi dokter dan perawat yang berjaga.Mereka bersiaga di luar bangsal, siap memenuhi kebutuhan pasien."Pak Jason ...."Jason mengangguk, kemudian berkata, "Aku harus pulang sebentar, kira-kira ...."Dia melirik arlojinya, kemudian berkata, "Satu jam lagi aku kembali. Selama aku nggak ada, aku ingin kalian selalu memperhatikan kondisi Aylin. Kalau dia bangun, katakan padanya aku akan segera kembali." Keduanya mengangguk, ini memang sudah menjadi tanggung jawab mereka.Jason segera meninggalkan rumah sakit dan kembali ke kediaman Keluarga Yanuar."Tuan Muda ...."Jason melambai, mengisyaratkan tidak perlu menyapanya.Dia membawa tasnya, pergi ke kamar mereka dan mengemasi barang-barang Aylin. Melihat betapa lemahnya Aylin, sebaiknya dia rawat inap dua hari lagi untuk observasi.Dia takut ada barang yang tertinggal jika meminta orang lain yang mengemasnya, jadi
"Aylin sekarang masih terbaring di rumah sakit, kalau kamu nggak ada urusan penting, aku mau ke rumah sakit dulu sekarang."Jason mengerutkan kening, begitu teringat pada Aylin yang terbaring diam di ranjang rumah sakit, kesabarannya semakin tipis.Di saat kritis ini, Veren justru menanyakan kenapa dia tidak sabar padanya?"..." Suara mengendus gadis itu terdengar jelas di ujung telepon.Jason teringat sesuatu, kemudian melembutkan hatinya, "Aku bukan nggak sabar menghadapimu, dengarkan aku, kalau ada waktu, aku akan menemuimu, sekarang Aylin sedang sakit, aku harus merawatnya."Jason sangat tahu kecenderungan Veren untuk menitikkan air mata."Kak Jason, apa kamu sudah lupa dengan janjimu pada kakakku?""Sebelum Kakak meninggal, kamu jelas-jelas berjanji akan menemaniku, tapi sekarang demi wanita yang belum kenal lama denganmu, kamu ...."Begitu mengungkit orang yang sudah meninggal, raut wajah Jason menjadi suram, dia terdiam, memang benar dia menjanjikan hal itu.Jika bukan karena me
Perawat yang sedang menutup tirai segera berbalik.Perawat itu tersenyum sambil berkata, "Nona Aylin, kamu sudah bangun.""Aku Hanna, perawat yang bertanggung jawab merawatmu selama dirawat di rumah sakit," sambungnya."Aku bermaksud menurunkan tirai agar kamu bisa tidur lebih lama. Apakah gerakanku membangunkanmu?" tanyanya.Aylin baru saja bangun dari mimpi buruk, dia masih linglung."Mana suamiku?"Hanna yang selalu tersenyum menjawab, "Oh, Pak Jason pulang untuk mengambilkan barang-barangmu.""Katanya akan kembali dalam satu jam, seharusnya sekarang sudah dalam perjalanan kembali ke sini," tambahnya.Mendengar Jason pulang untuk mengambil barang, Aylin menurunkan pandangannya.Dia tidak ingin mengakuinya, tapi saat ini, dia sangat membutuhkan Jason, dia berharap Jason terus menemaninya dan tidak meninggalkannya sedikit pun."Mau minum air untuk melembapkan tenggorokanmu? Aku lihat bibirmu agak pecah-pecah."Hanna membawakan air dan kapas dengan sangat hati-hati.Jika Aylin merasa t
Hanna mengangguk dan melanjutkan."Kami sangat suka menonton cuplikan di balik layar film-mu, tapi syuting belum selesai, jadi kami hanya bisa berulang-ulang menonton cuplikan yang dibocorkan oleh kru," kata Hanna."Setelah kamu bangun, Direktur kami segera mengirimkan kabar bahwa kamu aman dan sehat ke obrolan grup rumah sakit kami," sambungnya."Kalau nggak, entah berapa perawat lagi yang akan pingsan karena menangis," tambahnya.Aylin benar-benar tidak percaya. Apakah dia sudah punya penggemar berat sebanyak itu?Akan tetapi, Hanna mengucapkannya dengan percaya diri, sepertinya dia tidak berbohong.Setelah terdiam beberapa saat, Aylin berkata, "Beri tahu mereka kalau aku baik-baik saja sekarang, hanya perlu memulihkan diri di rumah sakit. Aku bisa pulang dan melanjutkan syuting beberapa hari lagi."Ucapan Aylin membuat Hanna tersenyum, kemudian berkata, "Mereka semua di rumah sakit, mereka lebih tahu kondisi kesehatanmu daripada dirimu sendiri.""Ada banyak penggemar yang menunggumu
Yulia mendengus dengan nada menghina."Kamu bukan baru mengenalku. Yang aku inginkan adalah tatapan semua orang tertuju padaku. Kalau ada yang menghalangi, singkirkan saja," kata Yulia."Kamu juga akan mengalami nasib yang sama kalau membuatku marah," sambungnya.Mereka saling bertatapan melalui cermin.Yulia menampar wajah pria itu dengan lembut. Bukannya marah, pria itu justru semakin bersemangat.Dia menyukai sisi jahat Yulia."Cukup, berhenti menggangguku, cepat keluar dari sini, jangan biarkan orang lain melihatmu."Yulia membuang pria itu setelah dimanfaatkan, dia sama sekali tidak merasa khawatir. Bagaimanapun, pria ini telah mengikutinya selama bertahun-tahun, hanya mainan yang dia gunakan untuk menghabiskan waktu ketika bosan, seperti seorang pengikut."Oke, setidaknya beri aku ruang untuk membilas badan dan berganti pakaian sebelum keluar."Pria ini jelas salah satu petugas keamanan barusan, dia juga orang yang tidak mau bertanggung jawab itu.Tidak ada yang menyangka dia aka
Dia menaikkan kacamatanya, kemudian berkata, "Maaf, Kak Yulia, sutradara ada perlu denganmu. Dia memintaku memanggilmu."Kalau bukan karena sutradara melihatnya sedang menganggur, dia tidak akan dikirim untuk memanggil Yulia.Yulia adalah tipe orang yang paling ditakuti Elaine. Dia sombong dan sama sekali tidak menganggap serius para kru.Selain itu, sebelumnya dia telah membawa nama buruk kepada semua anggota kru, dalam hati Elaine masih membencinya."Oh? Pak Teguh mencariku?"Sikap Yulia berubah 180 derajat. Dia terlihat ramah dan berkata sambil tersenyum, "Karena Pak Teguh mencariku, aku akan beberes sebentar, lalu menemuinya.""Baik, Kak Yulia, kalau begitu aku pergi dulu." Dia menaikkan lagi kacamatanya dan tanpa sadar menatap ke dalam ruangan.Lantainya basah, dia bahkan tidak bisa berpura-pura tidak melihatnya.Akan tetapi, mata Yulia membara, seperti terus menatapnya. Dia tidak berani melihat lebih lama lagi dan hendak pergi.Siapa sangka, Yulia meraih lengannya."Elaine, namam
Filbert memandang Yulia yang begitu tenang. Apakah dia sama sekali tidak merasa telah melakukan pembunuhan?Apakah dia sama sekali tidak merasa bersalah?Faktanya, ketika Filbert melihat Yulia menyerang Aylin, tubuh Yulia lemah, dia bahkan tidak bisa mengendalikan anggota tubuhnya.Dia sempat tersandung di laut dan hampir tersedak air, tetapi seseorang membantunya.Namun, Yulia sama sekali tidak terganggu.Mengetahui hal ini, Filbert bergidik.Yulia memperhatikan hal ini dari cermin, lalu bertanya dengan tidak sabar, "Ada apa denganmu? Jangan-jangan masuk angin setelah mandi?""Atau kamu dibuat ketakutan oleh wanita tadi?" sambungnya.Filbert mengira Yulia mengkhawatirkannya.Dia mendekat dan memeluk Yulia. Meskipun wajahnya terlihat tidak sabar, Filbert tetap mengelusnya dengan penuh kasih sayang."Aku nggak akan pernah mengkhianatimu," kata Filbert.Mendengar kata-kata ini, Yulia menunjukkan senyuman puas, "Itu baru benar. Cepat beberes, jangan sampai masuk angin. Aku akan merasa ngg
Elaine tersenyum pahit sambil mundur beberapa langkah, "Aku terlalu naif, sekarang aku hanya ingin segera melarikan diri dari industri ini.""Setelah syuting film ini selesai, aku akan mengikuti saran ibuku untuk mendapatkan sertifikat akuntan dan nggak lagi berfantasi untuk berkarir di industri hiburan," sambungnya.Elaine biasanya sangat positif, dia sangat ingin menjadi manajer yang bisa menemukan bakat baru. Maria tidak tahu pukulan seperti apa yang membuatnya begitu pesimis.Dia meraih lengannya, mereka berjalan bersama-sama.Saat tidak ada orang di sekitar, mereka berhenti. Maria bertanya dengan sangat waspada, "Nggak ada seorang pun di sini. Katakan yang sebenarnya. Apa kamu menemukan sesuatu?"Elaine mengangkat kepalanya dengan gemetar disertai ekspresi panik di wajahnya, dia berusaha menyangkal, "Nggak kok. Apa yang kamu bicarakan? Aku ... aku nggak menemukan apa pun!"Maria menyipitkan mata, dia hanya berniat mengujinya, tetapi tak disangka masalah segera terlihat, "Kalau kam
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen