Orang yang lembut? Alex terdiam karena teringat hari di mana tangan gadis itu yang melilit lehernya dan ingin mencekiknya sampai mati ....Hm .... Cukup lembut, setidaknya tidak benar-benar mencekiknya sampai mati.Tiba-tiba ada suara di belakang pintu dan gagang pintu diputar ....Alex langsung bersikap waspada dan mengembalikan nada yang tenang serta cuek seperti biasanya.Sophia membuka pintu dan melihat anak berbicara di sebelah pria itu. Tatapannya suram dan dia bertanya sambil tersenyum, "Kevin sudah bangun! Apa yang kalian berdua bicarakan?"Alex berkata, "Nggak ada apa-apa, dia bilang dia lapar."Sophia tidak meragukan pria itu dan berkata sambil tersenyum, "Oke, kebetulan aku datang untuk bertanya apa yang mau kalian makan? Bahan makanan di kulkas tinggal sedikit dan aku bersiap untuk pergi belanja!"Alex menatap Sophia dan berkata dengan nada lembut yang jarang, "Lupakan saja, kamu pasti capek setelah sibuk seharian, jadi nggak keluar untuk membeli lagi. Minta saja hotel untu
Sophia mempertahankan senyuman palsunya. "Tapi kamu nggak akan menolak pelukan ibu. Ibu merasa kamu sudah berubah dan nggak seperti Kevin-ku!"Heri hanya merasa bersalah terhadap orang yang disukainya. Dia sama sekali tidak merasa bersalah terhadap Sophia yang tidak dia sukai dan hanya merasa kesal.Wanita ini jelas-jelas menyadari ada yang tidak beres dengan dirinya dan berusaha menipunya, juga masih tetap berpura-pura ramah. Benar-benar munafik!Heri tidak panik dan berkata dengan tatapan yang sangat angkuh, "Sekarang aku sudah besar dan nggak mau dipeluk oleh wanita. Apa yang aneh dengan ini? Heh!!"Sophia mendekat dan tatapannya menjadi agak galak. "Apa kamu benar-benar Kevin-ku? Anak yang berbohong harus dihukum, lho!"Pada dasarnya Heri membenci Sophia, tetapi dia merasa Sophia terlihat seperti penyihir tua setelah melihat sikapnya saat ini."Kamu nggak tahu anak yang kamu lahirkan sendiri? Kecuali bukan kamu yang melahirkanku!"Ucapan anak itu langsung mengejutkan Sophia sampai
Jason mengangguk. "Benar. Aku menyuruh temanku untuk mengatur waktu dan aku akan terbang ke Negara Muriana untuk menemuinya. Sekarang aku datang untuk bertanya apakah kamu ingin pergi bersamaku?"Pamela mengangguk tanpa berpikir panjang. "Mau!"Setelah mengatakan itu, Pamela seolah teringat sesuatu dan agak ragu ....Jason menyadari kekhawatiran adiknya, kemudian mengangkat tangannya dan meletakkannya di atas kepalanya sebelum mengusapnya dengan lembut. "Kamu mengkhawatirkan anak-anak di rumah?"Pamela menghela napas dan mengangguk dengan jujur. "Agak merepotkan kalau membawa mereka bertiga dan aku nggak bisa tenang kalau nggak membawa mereka. Ditambah lagi sekarang ...."Dia ragu untuk berbicara, tetapi Jason tahu alasannya.Karena pria yang telah hilang selama tiga tahun itu muncul lagi. Pamela takut kalau sekarang pergi dan melewatkannya lagi, dia tidak akan pernah bisa menemukan pria itu lagi ...."Kalau kamu khawatir, nggak perlu pergi dulu. Aku akan pergi dan memeriksanya. Mungki
Sore harinya, Pamela pergi ke TK untuk menjemput ketiga anaknya setelah pulang kerja seperti biasa lalu pulang.Mobil baru saja tiba di pintu masuk rumah Keluarga Dirgantara. Saat menunggu pintu pagar listrik terbuka perlahan, seorang pria yang memegang segenggam balon hidrogen kartun tiba-tiba melewati mobil mereka ....Vani melihat balon itu. "Ibu, bolehkah aku beli satu balon merah muda?"Setelah Pamela yang sedang melihat ponselnya mendengar permohonan putrinya, dia menoleh dan melihat keluar jendela mobil. Pembeli balon kebetulan lewat di sisinya.Pamela terlihat ragu, tetapi dia setuju dengan putrinya. "Oke, kalian bertiga bisa keluar dari mobil dan pilih masing-masing!""Terima kasih, Ibu!""Terima kasih, Ibu!""Terima kasih, Ibu!"Setelah ketiga anak kecil itu mengucapkan terima kasih secara serempak, mereka mengikuti Pamela dan keluar dari mobil untuk memilih balon favorit mereka.Walau hanya depan pintu rumahnya, Pamela tetap mengikuti anak-anaknya dengan cermat. Saat anak-an
Mendengar apa yang dikatakan Olivia, Pamela merasa seolah menyadari sesuatu dan menyipitkan matanya sambil melirik ke arah pembeli balon ....Balon hidrogen tersebut melayang sangat tinggi. Meskipun pria paruh baya yang menjual balon telah menghilang dari pandangan, dia masih bisa mendapatkan segenggam balon yang melayang tinggi di atas dinding."Kak Pamela, aku ada urusan, jadi aku pergi dulu!" Olivia berkata dengan cemas sebelum sempat memikirkannya.Pamela sadar kembali, kemudian mengerucutkan bibir dan tersenyum. "Mau kencan? Dengan Ricky?"Olivia tersipu dan mengakuinya dengan malu-malu, "Kak Pamela, a ... aku mau pergi makan! Ah, sampai jumpa ...."Setelah mengatakan itu, Olivia menginjak sepatu hak tinggi dan lari dengan kecepatan tinggi.Pamela tersenyum sambil mengalihkan pandangannya dan bersiap untuk membawa anak-anak ke dalam rumah terlebih dahulu.Kali ini Vani menarik tangan Pamela dan bertanya dengan manis, "Ibu, apakah Bibi pergi berpacaran?"Pamela menatap putrinya dan
Pamela menyipitkan matanya dengan penuh kewaspadaan dan spekulasi.Dalam dua hari terakhir, Pamela merasa ada yang memperhatikan dia dan anak-anaknya dalam kegelapan dan sepertinya itu bukan ilusi.Termasuk pria paruh baya penjual balon yang Pamela temui di depan pintu siang tadi, itu bukan kebetulan.Saat seseorang keluar untuk berbisnis, mana mungkin metode pembayaran pun tidak disiapkan dulu? Dia malah mengaku gugup dan lupa. Apakah ini mungkin?Bukannya pergi ke pusat kota, dia malah pergi ke komunitas kelas atas ini untuk menjual balon ....Takutnya orang itu memiliki motif tersembunyi dan mengincar anaknya.Setelah Sophia mengetahui dia telah melahirkan dua anak Agam lainnya, kemungkinan besar dia mengincar anak-anaknya lagi.Sepertinya Pamela tidak bisa meninggalkan negaranya dalam waktu dekat dan harus sangat fokus mengurus anak-anaknya ....Pamela menatap bulan terbit di langit sambil menghela napas, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jason.Dia tidak bisa lagi perg
Alex menggerakkan kursi roda ke arah Heri dan menepuk kepala mungilnya. "Jangan khawatir, aku akan membantumu bertemu dengan ibumu."Heri mengangguk. "Oke, aku percaya padamu, Ayah Tampan!"Alex bersikap dingin dan pendiam, tetapi nada suaranya saat berbicara dengan anak itu jauh lebih lembut, "Sekarang Ayah akan melakukan latihan rehabilitasi. Kamu bisa bermain dengan mainan di ruang tamu sebentar. Berjanjilah pada Ayah untuk jangan menyentuh apa pun di dapur. Kalau sesuatu terjadi, panggil saja aku."Heri berjanji, "Oke! Aku akan patuh. Ayah, semangat"Alex mengerucutkan bibir ke arah putranya, lalu mengarahkan kursi roda ke kamar tidur ....Kondisi di sini terbatas, Alex tidak bisa membeli peralatan rehabilitasi profesional dan membiarkan Sophia mengetahuinya.Oleh karena itu, Alex hanya bisa menuju balkon kamar tidur dan memanfaatkan pagar balkon untuk melakukan latihan rehabilitasi.Keuntungan lain berada di kamar tidur adalah kalau Sophia sudah dalam perjalanan pulang, dia akan p
Pamela mencubit dagu tampannya dan dengan sengaja mengusapnya beberapa kali. "Sekarang kamu membuat orang ingin menindasmu sampai menangis saat melihatmu!"Alex ragu sejenak sambil melihat wajah mungil Pamela yang lucu dengan ekspresi jahat. "Jadi, sekarang kamu ingin membalas dendam?"Pamela mengerutkan kening dan memalingkan wajahnya. "Kamu terlalu banyak berpikir! Aku mau melihat anakku!"Alex juga tahu Pamela hanya berbicara sambil lalu, "Dia sedang bermain di ruang tamu. Sophia nggak ada di sini, jadi kamu bisa mencarinya."Pamela mengangkat bahu dan berkata, "Aku tahu dia nggak ada di sini, makanya aku datang!"Alex juga menebak seharusnya gadis ini mendapat kabar kalau saat ini Sophia akan pergi keluar untuk melakukan sesuatu, karena itulah dia datang."Oke, kalau begitu carilah dia! Aku harus memanfaatkan waktu untuk terus berlatih sebentar, jadi aku nggak akan menemanimu ke sana."Pamela menatap Alex dengan ketidaksetujuan. "Tadi sudah hampir jatuh dan masih ingin berlatih di
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen