Alex menggerakkan kursi roda ke arah Heri dan menepuk kepala mungilnya. "Jangan khawatir, aku akan membantumu bertemu dengan ibumu."Heri mengangguk. "Oke, aku percaya padamu, Ayah Tampan!"Alex bersikap dingin dan pendiam, tetapi nada suaranya saat berbicara dengan anak itu jauh lebih lembut, "Sekarang Ayah akan melakukan latihan rehabilitasi. Kamu bisa bermain dengan mainan di ruang tamu sebentar. Berjanjilah pada Ayah untuk jangan menyentuh apa pun di dapur. Kalau sesuatu terjadi, panggil saja aku."Heri berjanji, "Oke! Aku akan patuh. Ayah, semangat"Alex mengerucutkan bibir ke arah putranya, lalu mengarahkan kursi roda ke kamar tidur ....Kondisi di sini terbatas, Alex tidak bisa membeli peralatan rehabilitasi profesional dan membiarkan Sophia mengetahuinya.Oleh karena itu, Alex hanya bisa menuju balkon kamar tidur dan memanfaatkan pagar balkon untuk melakukan latihan rehabilitasi.Keuntungan lain berada di kamar tidur adalah kalau Sophia sudah dalam perjalanan pulang, dia akan p
Pamela mencubit dagu tampannya dan dengan sengaja mengusapnya beberapa kali. "Sekarang kamu membuat orang ingin menindasmu sampai menangis saat melihatmu!"Alex ragu sejenak sambil melihat wajah mungil Pamela yang lucu dengan ekspresi jahat. "Jadi, sekarang kamu ingin membalas dendam?"Pamela mengerutkan kening dan memalingkan wajahnya. "Kamu terlalu banyak berpikir! Aku mau melihat anakku!"Alex juga tahu Pamela hanya berbicara sambil lalu, "Dia sedang bermain di ruang tamu. Sophia nggak ada di sini, jadi kamu bisa mencarinya."Pamela mengangkat bahu dan berkata, "Aku tahu dia nggak ada di sini, makanya aku datang!"Alex juga menebak seharusnya gadis ini mendapat kabar kalau saat ini Sophia akan pergi keluar untuk melakukan sesuatu, karena itulah dia datang."Oke, kalau begitu carilah dia! Aku harus memanfaatkan waktu untuk terus berlatih sebentar, jadi aku nggak akan menemanimu ke sana."Pamela menatap Alex dengan ketidaksetujuan. "Tadi sudah hampir jatuh dan masih ingin berlatih di
Hanya saja pujian tersebut digunakan oleh putra Pamela yang membuatnya merasa sedikit marah.Heri begitu senang melihat Ibu hingga tidak berani melepaskan pelukannya. "Ibu, kok Ibu datang ke sini? Tadi Ayah Tampan bilang dia mengizinkanku bertemu Ibu dan aku percaya! Tapi nggak kusangka aku akan bertemu Ibu secepat ini!"Pamela menepuk kepala kecil putranya dengan lembut. "Ke mana pun kamu pergi, Ibu akan menemukanmu! Itu nggak ada hubungannya dengan ayah tampanmu!"Heri tertegun sejenak, lalu mengedipkan matanya yang besar. "Ibu, maksudmu ... kamu sudah bertemu dengan Ayah Tampan?"Pamela panik saat memikirkan pria itu dan malah bertanya, "Siapa yang mengizinkanmu memanggil pria lain sebagai ayah?"Heri mengerucutkan bibirnya karena malu. "Awalnya aku memanggilnya paman tampan, tapi Ayah Tampan bilang aku harus selalu memanggilnya ayah di sini agar Sophia nggak mengetahuinya."Pamela mengerutkan kening dan perlahan berlutut untuk melihat putranya ....Heri telah tinggal di sini cukup
Heri memegang erat tangan ibunya. "Nggak mau! Ibu, aku tentu saja mau ikut denganmu!"Pamela tidak melihat putranya selama berhari-hari. Tidak peduli betapa marahnya dia karena putranya memiliki keberanian untuk keluar sendirian, dia masih peduli dengan anak itu. Pamela memegang wajah putranya dan bertanya dengan lembut, "Sudah makan siang?"Heri mengangguk. "Ya, aku sudah makan!"Pamela terdiam selama dua detik sebelum bertanya lagi, "Lalu ... dia?"Heri memiringkan kepalanya. "Bu, apakah kamu bertanya apakah Ayah Tampan sudah makan?"Pamela mengiyakan dengan kesal.Heri berkata, "Ayah Tampan juga sudah makan. Tadi kita makan bersama sebelum Sophia pergi!"Setelah Pamela berkata "oh", kemudian mengangkat matanya dan melihat sekeliling semua yang ada di ruangan tersebut ...."Ibu, ayo! Kita pergi lihat perkembangan rehabilitasi Ayah Tampan!" Sambil berbicara, Heri meraih tangan Pamela dan berjalan menuju ke kamar tidur ....Pamela ditarik oleh putranya beberapa langkah dengan marah dan
Pamela menyadari niat Alex, kemudian mengangkat kakinya dan menendang kursi roda itu dengan kekuatan sedang hingga kursi roda berhenti tepat di depan pria itu.Alex melihat ke arah kursi roda, lalu menatap Pamela dan mengucapkan terima kasih dengan datar.Setelah itu, dia melangkah maju perlahan ke arah kursi roda, kemudian mengarahkan kursi roda di depannya untuk meraih botol air di meja bundar kecil di balkon yang telah keduanya minum dan meminumnya setelah dibuka.Pamela sedang membalas pesan di ponselnya. Pamela melihat Alex sedang minum air dari sudut matanya dan mengangkat kelopak matanya untuk melihatnya, lalu melanjutkan mengetik sambil menurunkan tatapannya."Pamela, sepertinya kamu sangat menyukaiku?"Alex tiba-tiba mengatakan ini.Pamela berhenti sejenak saat mengetik, tanpa mengangkat kelopak matanya dan berkata terus terang, "Ya, aku sangat menyukaimu. Ada masalah?"Alex terkejut dengan jawabannya yang lugas dan jujur. "Kukira sekarang kamu akan semakin membenciku."Pamela
Pamela memutar matanya ke arah Alex. "Aku cuma merasa ini menarik. Kamu pernah melakukan ini padaku sebelumnya! Sekarang giliranku untuk menggodamu!"Alex mengernyitkan dahi dan tetap diam.Alex masih tidak ingat bagaimana dia memperlakukan gadis kecil ini sebelumnya, jadi dia tidak bisa membantah.Saat ini ponsel berdering dan Pamela mengangkat telepon untuk menjawabnya.Karena di balkon sepi, Alex masih bisa mendengar suara di ujung lain ponselnya yang merupakan suara pria meskipun pengeras suara ponselnya tidak diaktifkan."Lala, kamu di mana?"Pamela menatap Alex sambil berpikir sebelum menjawab, "Aku di rumah teman. Ada apa? Ada masalah apa mencariku?"Andra berkata sambil tersenyum, "Bukankah terakhir kali kamu bilang mau memeriksa tanah Perusahaan Bratajaya di Perouse? Ayo, sekarang aku akan membawamu pergi melihatnya."Pamela mengangkat pergelangan tangannya dan melihat waktu. "Oke, mau ketemu di mana?"Andra bertanya padanya, "Kamu di mana? Aku akan menjemputmu!"Pamela berkat
Pamela tidak berkata apa-apa dan berkonsentrasi mengemudikan mobil ke Perouse.Andra adalah orang yang banyak bicara. Kalau ada sesuatu untuk dibicarakan, dia akan berbicara tanpa henti. Kalau tidak ada yang bisa dibicarakan, dia bisa menemukan sesuatu untuk dibicarakan ...."Lala, kamu nggak di perusahaan. Barusan ini kamu pergi ke tempat temanmu?"Pamela tentu saja tidak bermaksud mengungkapkan Agam kepada orang luar. "Kalau kuberi tahu, mana mungkin kamu kenal dia?"Andra terlihat polos. "Aku cuma peduli padamu!"Pamela berkata, "Terima kasih atas perhatianmu, tapi hari ini kita berdua harus berusaha sebaik mungkin untuk hanya membicarakan bisnis."Andra tidak berdaya. "Lala, kamu benar-benar gadis yang paling nggak menyukaiku di dunia!"Pamela tidak setuju, "Aku nggak membencimu, cuma nggak tertarik padamu."Andra mengangkat kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, mungkin kamu juga nggak menyukaiku! Pamela, kenapa kamu nggak berterus terang saja? Aku benar-benar sedih!"Pamela mengir
"Alex, aku sudah kembali!"Sophia berteriak setelah berjalan melewati pintu.Alex dan Heri sedang berada di ruang tamu sambil menonton televisi, tidak ada yang menoleh meski mendengar pergerakan ini.Alex hanya bergumam dengan rendah, "Hm."Sophia sudah terbiasa dengan sikap dingin Alex, membawa bahan makanan yang dia beli ke pasar ke samping sofa ...."Lihat, Alex. Aku beli banyak bahan makanan yang segar saat melewati pasar, aku akan membuatkan sup iga yang baru kupelajari hari ini untukmu!"Sophia berkata sambil menggoyangkan kantong belanjaan di tangannya.Alex mengangkat matanya dan menatap Sophia dengan datar. "Kamu sibuk seharian ini, nggak masalah kalau nggak masak hari ini."Sophia menggelengkan kepalanya dan bersikeras berkata, "Aku nggak capek! Alex, aku menyadari kalau aku sangat suka memasak, aku merasa sangat bangga setiap kali melihatmu dan Kevin memakan masakanku!"Alex tidak menjawab, karena Sophia bersikeras untuk masak, maka masak saja, dia sama sekali tidak keberata
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen