Marlon menyunggingkan seulas senyum dan menyapa Jason, "Pak Jason, sudah selarut ini belum tidur?"Jason mengangkat kepalanya. Setelah memastikan adiknya dan Revan sudah naik ke lantai atas dan tidak terlihat lagi bayangan mereka, dia baru mengalihkan pandangannya ke arah Marlon dan berkata dengan ekspresi serius, "Mengenai informasi tentang Theo, biarpun kamu menemukan sesuatu, jangan beri tahu dia."Marlon tertegun sejenak dan berkata, "Kenapa?"Jason berkata, "Theo adalah orang seperti apa, tanpa perlu kita selidiki, kita juga sudah sama-sama tahu. Informasi yang kamu peroleh dari hasil penyelidikanmu dan hal-hal yang dilakukan oleh pria itu di masa lalu, apa kamu merasa setelah Pamela mengetahui semua itu, dia masih bisa melahirkan anaknya dengan tenang? Walau dia nggak mengatakannya secara langsung kepada kita, aku tahu dia sangat mengkhawatirkan Agam. Kamu dan aku, kita semua sama-sama bisa melihatnya sendiri. Jadi, agar dia bisa tenang, biarpun kamu menemukan informasi tentang T
Jason cukup mengagumi tekad kokoh adiknya, dia berkata, "Kalau begitu, kamu lakukan persiapan terlebih dahulu. Setelah Pamela melahirkan anaknya dengan selamat, aku akan mengatur orang untuk mengantarmu ke luar negeri."Justin menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke! Terima kasih, Kak!" Kemudian, dia berbalik dan menaiki tangga. Aura tekad kokoh yang tidak pernah ada dalam dirinya kini terpancar dalam dirinya.Melihat punggung adiknya, Jason menganggukkan kepalanya sedikit. 'Hmm, akhirnya bocah ini sadar juga!'...Di dalam kamar, Pamela sedang menidurkan Revan dengan menepuk-nepuk bocah lelaki itu dengan lembut. Dari waktu ke waktu, dia melirik ponselnya. Jelas-jelas dia tahu Agam tidak akan tiba di Negara Muriana dalam waktu sesingkat itu, tetapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk melirik ponselnya.Sambil menidurkan Revan, tanpa dia sadari, dia sendiri juga tertidur.Keesokan paginya, setelah dia terbangun dari tidurnya, tetap belum ada notifikasi pesan maupun panggilan te
Pamela berkata, "Cepat, cepat! Paman, kamu ingin dengar lagu apa? Dengan aku memutar lagu untukmu, maka saat kita nggak ada topik pembicaraan, suasana yang akan terlalu canggung dan hening."Agam sama sekali tidak merasa canggung. Biarpun dia hanya bisa mendengar suara napas gadisnya, dia juga sudah merasakan kenyamanan yang tiada taranya di dunia ini.Namun, karena gadisnya sudah berkata seperti itu, maka dia mulai memesan lagu. "Kalau begitu, aku pesan lagu 'Bulan Mewakili Hatiku'."Setelah mendengar Agam menyebut judul lagu, Pamela segera mengetikkan 'Bulan Mewakili Hatiku' di pemutar lagunya. Kemudian, dia bertanya untuk memastikan, "Siapa penyanyinya?"Agam menjawab, "Teresa Teng."Kemudian, Pamela menekan tombol putar. Melodi lagu itu pun mulai terdengar ....Setelah mendengar sepenggal dari lagu tersebut, tiba-tiba Pamela berkata, "Paman, dulu aku nggak merasa perbedaan umurku dengan umurku sangat jauh. Sekarang, setelah mendengar lagu ini, aku baru benar-benar merasakan ternyat
Agam berjalan menghampiri Theo dengan tenang. Aura yang terpancar dalam tubuhnya sangat kuat, ekspresinya tampak serius, tetapi dia tetap berkata dengan sopan, "Tuan Theo, namaku Agam. Hubunganku dengan putri Tuan hanya sekadar teman biasa. Karena panggilan Tuan terhadapku tadi kurang tepat, aku harap Tuan bisa langsung memanggil namaku."Theo menyunggingkan seulas senyum tipis yang terkesan menakutkan dan berkata, "Oh? Kenapa kamu mengatakan nggak tepat? Kamu dan putriku sudah mendaftarkan pernikahan kalian. Kalau kamu bukan menantuku, kalau begitu siapa kamu?"Agam berkata, "Saat itu, Sophia mendaftarkan pernikahan denganku hanya untuk membantuku mengelabui kakekku agar kakekku bersedia menjalani operasi. Ini adalah surat kesepakatan yang kami tanda tangani saat itu. Di dalam surat kesepakatan ini, tertulis dengan sangat jelas bahwa kami mendaftarkan pernikahan hanya demi membujuk kakekku menjalani operasi. Selain untuk tujuan yang satu ini, pernikahan kami nggak mengandung makna lai
"Kamu adalah seorang pria, tentu saja nilaimu nggak akan jatuh karena hal ini. Tapi, kalau kamu mencampakkan putriku, kelak ada kemungkinan riwayat pernikahannya ini terbongkar. Saat itu pula, dia akan menjadi bahan cemoohan suaminya dan keluarga suaminya kelak! Apa kamu tahu seberapa besar dampaknya hal ini terhadap kehidupan seorang wanita? Berani-beraninya kamu berbicara semudah itu!"Makin lama, Theo makin kesal. Dia mengangkat lengannya dan memberi isyarat kepada seorang anak buahnya yang berada di sampingnya. Setelah melihat isyarat tangan dari majikannya, anak buah Theo itu langsung menyerahkan sebuah tongkat pemukul bisbol profesional kepada majikannya, lalu berdiri kembali ke tempatnya.Theo menggenggam tongkat pemukul bisbol itu, lalu sengaja menggerak-gerakkannya. Dia berkata, "Sebagai seorang ayah, aku nggak akan mengizinkan siapa pun menindas putriku!""Kamu mengatakan kamu ingin memberi kompensasi kepada Sophia?""Oke! Sekarang aku beri kamu dua pilihan!""Pertama, lupaka
Theo berkata dengan nada kejam, "Jangan khawatir. Aku sudah berkecimpung dalam dunia persilatan ini selama bertahun-tahun! Aku pasti akan memenuhi ucapanku!"Diam-diam, Agam mengulurkan tangannya ke dalam sakunya, lalu memutuskan panggilan telepon yang dari tadi masih terhubung. Dia tersenyum tipis pada Theo dan berkata, "Kalau begitu, Tuan Theo, silakan mulai sekarang juga! Lebih cepat, lebih baik."Karena Agam sudah berbicara seperti itu, Theo tahu pria itu tidak akan menjadi menantunya lagi. Dia menggosok-gosok tangannya dan bersiap untuk memukul Agam dengan sekuat tenaganya!"Bagus, bagus! Karena kamu sendiri yang lebih memilih untuk dihukum daripada menjalani kehidupan yang baik bersama putriku, maka kamu jangan menyesali keputusanmu!"Agam menyerahkan mantelnya kepada Ervin dan berkata, "Tunggu aku di luar."Bagaimana mungkin Ervin bisa tenang di saat seperti ini? Dia berusaha membujuk Agam dengan ekspresi serius, "Tuan, Theo terkenal dengan kekuatannya yang besar! Kalau Tuan ben
Theo benar-benar kecewa melihat sikap putrinya yang begitu setia pada seorang pria yang sama sekali tidak mencintainya itu. Dia berkata, "Lihatlah dia! Dia nggak mempertimbangkanmu sama sekali! Dia lebih bersedia menerima seratus pukulan dariku, juga nggak bersedia bertanggung jawab atas dirimu! Untuk apa kamu membiarkan pria sepertinya tetap hidup? Dia hanya akan kembali untuk mencari wanita lain!"Di saat seperti ini, Sophia tidak berpikir banyak lagi. Dia sangat mengenal kepribadian ayahnya. Kalau dia membiarkannya terus memukuli Agam, maka pria itu benar-benar akan kehilangan nyawanya!"Ayah! Aku nggak mau tahu! Kalau Ayah masih mau memukulnya, pukul aku dulu!""Sophia, kamu ini benar-benar nggak sama denganku ...." Melihat putrinya bersikeras melindungi Agam dan menghalanginya, Theo tidak sanggup mengayunkan tongkat dalam genggamannya lagi. Walaupun dia sangat kesal, tetapi dia hanya bisa berkompromi demi putri kesayangannya. Dia hendak melemparkan tongkat dalam genggamannya ke sa
Begitu mendengar perintah dari nyonya mereka, beberapa anak buah Theo segera menandu Agam keluar agar bisa segera mendapatkan pertolongan pertama.Melihat pemandangan itu, Sophia segera melepaskan dirinya dari penahanan anak buah ayahnya dan ikut keluar ....Silvia juga diliputi kecemasan, dia juga ikut pergi.Kalau sampai Agam kehilangan nyawanya, maka akan menjadi musibah yang besar bagi keluarganya. Bagaimanapun juga, Keluarga Dirgantara juga bukan merupakan keluarga yang bisa dianggap remeh. 'Dasar Theo ini! Dia selalu saja nggak bisa mengendalikan emosinya! Dia selalu saja bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya!'Melihat istrinya dan putri sulungnya sangat mengkhawatirkan kondisi Agam, Theo hanya mendengus.Tanpa sengaja, dia menundukkan kepalanya dan melihat putri kecilnya, Sonya masih berdiri di sana sambil menggendong boneka beruang kesukaannya.'Putri kecilku ini benar-benar pengertian! Dia tetap berada di sini untuk menemaniku!'Theo berjongkok, lalu merentangkan kedua tan
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen