"Hmm, terima kasih banyak, maaf sudah merepotkanmu!"Keduanya pergi ke ruang kamera pengawasan bersama-sama dan meminta petugas keamanan untuk memperlihatkan rekaman kamera pengawasan hotel kepada mereka ....Kemudian, mereka berdua melihat Agam menggendong Pamela dan berjalan keluar dari lokasi perjamuan!Diam-diam, Sophia mengepalkan tangannya dan berkata, "Dasar Agam ini! Jelas-jelas dia yang membawa Pamela pergi, tapi dia malah nggak berbicara jujur pada kita dan membuat kita khawatir setengah mati!"Walaupun dia melontarkan beberapa patah kata itu sambil tersenyum, tetapi senyumannya bahkan lebih tidak enak dipandang dibandingkan ekspresi sedihnya!Sama halnya dengan Sophia, ekspresi wajah Andra juga tidak baik. Sekarang, dia benar-benar tidak berharap Agam memiliki hubungan apa pun lagi dengan Pamela. Alasan yang pertama, dia memang menaruh perasaan pada wanita itu. Alasan yang kedua, saat ini Pamela benar-benar tidak bisa diberi tekanan apa pun. Kalau sampai Agam marah dan meluk
Sophia menatap wajah samping Andra dengan tatapan kagum sejenak, lalu berkata, "Aku sangat kagum dengan pola berpikirmu karena sebagian besar pria pasti akan mempermasalahkan masa lalu seorang wanita."Andra hanya menyunggingkan seulas senyum tipis. Tidak ingin membahas dirinya sendiri lagi, dia melontarkan pertanyaan balik. "Bagaimana denganmu?"Sophia berkata dengan bingung, "Aku? Apa?"Andra berkata, "Aku menanyakan bagaimana pola pikirmu dalam melihat masa lalu Agam. Sepertinya kamu juga nggak keberatan dia sudah punya anak dengan wanita lain?"Karena Andra cukup jujur padanya, Sophia juga tidak keberatan untuk berbicara jujur. "Jujur saja, aku nggak terlalu keberatan. Palingan kelak aku dan Agam merawat dan membesarkan anak itu bersama-sama.""Aku merasa kualifikasi yang kumiliki sangat cocok dengan Agam. Kepribadian kami saling melengkapi satu sama lain. Saat bersama, kami akan merasa sangat nyaman.""Mungkin sekarang Agam masih menyukai Pamela, tapi kepribadian mereka berdua ngg
Tanpa melirik wanita itu sama sekali, sambil menjepit rokoknya, Agam berkata dengan datar, "Hmm, masuklah."Kilatan bangga melintas di mata Sophia. Kemudian, dia berjalan ke sisi lain mobil dan duduk di samping pria itu.Setelah Sophia masuk ke dalam mobil, Agam mengembuskan asap rokoknya dengan perlahan, lalu mengangkat dagunya kepada sopir yang berada di barisan depan, mengisyaratkan sopir untuk melajukan mobil.Mobil melaju dengan kecepatan normal, tidak cepat juga tidak lambat ....Sophia melihat-lihat pemandangan di luar kaca mobil sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Agam. Dia mengedipkan mata indahnya dan berkata, "Agam, kulihat sepertinya suasana hatimu nggak baik. Apa pembicaraanmu dengan Pamela nggak berjalan dengan baik?"Agam tidak menanggapi pertanyaan wanita itu, melainkan bertanya padanya dengan dingin, "Kamu mau ke mana? Pulang ke hotel atau kembali ke lokasi perjamuan?"Seolah-olah memikirkan pertanyaan Agam dengan serius sejenak, Sophia berkata, "Kalau begitu, mi
Justin mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa maksudmu? Pamela hilang?"Andra berkata, "Aku juga nggak tahu pasti. Aku akan melakukan pencarian di sekitar sini lagi. Kalau dia sudah pulang, tolong hubungi aku!"Selesai berbicara, Andra berbalik dengan tergesa-gesa, lalu kembali masuk ke dalam lift ....Justin benar-benar kebingungan.Ariel baru saja selesai mandi, dia berjalan keluar dari kamar dengan mengenakan mantel mandi dan berkata, "Siapa yang datang?"Justin menoleh dan berkata, "Baru saja Kak Andra datang mencari Pamela. Dia mengatakan Pamela meninggalkan lokasi perjamuan ulang tahun Sophia lebih awal. Kalau dilihat dari gerak-geriknya, sepertinya dia nggak bisa menemukan Pamela."Mendengar ucapan Justin, Ariel langsung mengerutkan keningnya. Dia segera kembali ke kamar dan mengambil ponselnya, lalu menghubungi Pamela.Alhasil, ponsel Pamela tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, dia segera mengeluarkan beberapa pakaiannya dan berganti pakaian ....Melihat Ariel yang terlih
Justin mulai penasaran wanita seperti apa yang bisa membuat kakaknya membawa wanita itu ke rumah. "Kalau begitu, aku akan pergi ke lantai atas untuk melihatnya!"Sebelum dia sempat melangkahkan kakinya ke arah tangga, Karlo langsung menariknya dan berkata, "Tuan Muda, kulihat sebaiknya kamu segera kembali ke kamarmu, jangan berlalu-lalang di hadapan Tuan Muda Jason!"Justin langsung menepis tangan Karlo dan berkata, "Nggak apa-apa! Aku hanya ingin menguping pembicaraan mereka. Siapa tahu saja wanita itu adalah orang yang kukenal, nggak akan sampai ketahuan Kak Jason!"Karlo ingin menghentikannya, tetapi apa daya Justin berlari terlalu cepat. Dia benar-benar tidak bisa mengimbangi kecepatan pergerakan pemuda itu.Di lantai atas, di dalam kamar Jason.Jason mengupas jeruk dan menyodorkannya kepada seorang wanita yang sedang duduk di dalam kamarnya, lalu berkata dengan lembut, "Pamela, apa kamu mau makan jeruk?"Pamela melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak mau, terima kasih."Jason me
Pamela menyunggingkan seulas senyum sopan sekaligus mengejek. "Oh? Benarkah?"Jason menganggukkan kepalanya dan berkata, "Tentu saja! Kejadian-kejadian yang melibatkan Ibu dan Keluarga Yanuar kala itu nggak ada hubungannya denganmu. Walau karena rumor yang beredar di luar sana, mereka pernah mencurigai kamu adalah darah daging siapa. Tapi, setelah kami semua memenangkan diri, sebenarnya kami percaya kamu adalah darah daging Ibu dan Ayah!"Pamela mendengus dingin dan berkata, "Kalau begitu, aku harus berterima kasih pada kalian sekeluarga!"Melihat ekspresi adiknya yang seolah-olah masih tidak memercayai ucapannya, selain hanya bisa menghela napas, Jason tidak tahu harus berbuat apa lagi.Melihat perut adiknya yang sudah sangat besar itu, Jason benar-benar tidak tenang membiarkan adiknya pergi begitu saja. Setelah berpikir sejenak, dia berusaha membujuk adiknya, "Oke, kita nggak perlu membicarakan hal yang lain. Bukankah kamu nggak ingin bertemu Agam? Selama kamu berada di sini, Agam ng
Begitu mendengar nama Berenice disebut, Jason tertegun sejenak. Kemudian, dia menghela napas dengan perlahan dan berkata, "Hmm, lalu bagaimana? Apa kamu sudah melihatnya?"Pamela menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku nggak melihatnya! Lukisan itu sudah terlebih dahulu dibeli oleh Agam! Dia sengaja nggak membiarkanku melihat lukisan itu!"Jason mengangkat alisnya dan berkata, "Jadi, maksudmu, kamu ingin ...."Pamela langsung berkata dengan terus-terang, "Aku ingin meminta bantuanmu untuk membeli lukisan itu dari Agam. Berapa pun harganya, aku bersedia untuk membelinya!"Jason menyipitkan matanya dan berkata, "Uang bukan masalah. Masalahnya adalah bukan hal mudah untuk mendapatkan sesuatu dari tangan Agam. Selain itu, dia sengaja membeli lukisan itu pada saat ini, sangat jelas bahwa dia tahu kamu menginginkan lukisan itu. Jadi, dia sengaja membeli lukisan itu untuk mengendalikanmu. Dia pasti nggak akan menjualnya kepada orang lain dengan mudah."Pamela mengangkat alisnya dan berkata,
Pamela menganggukkan kepalanya. Tanpa memedulikan dua saudara Keluarga Yanuar itu lagi, dia berjalan pergi mengikuti pelayan Keluarga Yanuar ....Melihat Pamela berjalan menuju ke kamar yang dianggap oleh kakaknya sebagai area terlarang sekaligus merupakan kamar yang pernah ditempati oleh Rembulan dulu, Justin menjadi makin bersemangat!"Kak, apa benar dia? Apa benar dia orangnya?"Melihat Pamela sudah memasuki kamar itu, Jason baru mengalihkan pandangannya ke arah adiknya yang tidak tahu membaca situasi ini. Dia tidak menjawab pertanyaan adiknya, melainkan berkata dengan nada seolah sedang memberi peringatan. "Hal ini nggak boleh sampai tersebar luas. Jangan beri tahu siapa pun, terutama Kakek, Nenek dan Ayah!"Menyadari betapa seriusnya hal ini dari sorot mata Jason, Justin menganggukkan kepalanya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku mengerti! Kak Jason, aku nggak akan memberi tahu siapa pun!"Jason melepaskan Justin dan berkata, "Kembalilah ke kamarmu dan tidur sana! Kalau nggak