Marlon membawa makan siang yang dibawa pulang ke dapur. Pamela melirik Ervin sekilas dengan kesal, lalu tidak menghiraukannya. Pamela duduk di samping meja makan dan menunggu makan siang.Ervin mengernyit dengan cemas, lalu mengeluarkan ponsel untuk melaporkan situasi pada Agam ...."Tuan Agam, siang ini Nyonya makan steak sapi yang dibawa pulang dari restoran. Sepertinya nggak ada yang bisa masak di sini."Di Perusahaan Dirgantara.Agam sedang rapat dan mendengarkan para bawahan melaporkan data-data PPT. Ponselnya yang berada di atas meja menyala dua kali.Setelah mengecek ponsel, mata Agam menjadi lebih gelap.Jari ramping Agam mengetik di layar ponsel ....Semenit kemudian, Ervin menerima balasan singkat: "Sup, sudah minum?"Ervin melirik bekal makan yang diabaikan oleh Pamela, lalu menjawab dengan terus terang: "Belum."Kemudian, Ervin tidak mendapat balasan dari Agam lagi.Ervin pun bisa merasakan kemarahan Agam dari jauh ....Melihat Pamela makan steak sapi yang dibawa pulang ole
Pamela melirik sup itu, lalu lanjut menyantap steak sapi.Ervin merasa tidak berdaya. Setelah menyajikan sup, Ervin kembali berdiri di depan pintu dengan hormat.Marlon mendekat untuk mengendus sup itu. "Masakan Agam biasa-biasa saja, wanginya juga biasa-biasa saja!"Ervin terdiam.Setelah menyantap makan siang dengan santai, Pamela meletakkan sendok dan garpu.Steak sapi sudah habis, sup jamur sisa setengah.Akan tetapi, sup di sisi kiri Pamela tidak tersentuh.Ketika Ervin hampir kehilangan harapan, Pamela tiba-tiba mengambil semangkuk sup itu!Mata Ervin berbinar dan timbul harapan lagi dalam hatinya!Nyonya Pamela agak angkuh, tetapi masih mencintai Tuan Agam sehingga tidak tega untuk tidak minum sup masakan Tuan Agam!Sepertinya Nyonya Pamela merasa sup terlalu panas dan ingin minum nanti setelah didinginkan ....Tuan Agam pasti akan sangat terhibur ketika melihat Nyonya Pamela minum sup buatannya.Berpikir demikian, Ervin diam-diam mengeluarkan ponsel karena ingin merekam adegan
Sophia meletakkan kotak irisan buah di atas meja Agam dan dengan santai duduk di hadapannya. Sophia membuka tutup kotak seraya tersenyum.Dia lalu berkata, "Memang agak bosan, tapi ada kamu di sini! Aku juga ingin mengenal teman baru dan mencoba ranah baru. Di kehidupan ini, kita harus mencoba segala sesuatu yang asing untuk memiliki hidup yang berarti!"Sambil berkata, Sophia menusuk sepotong semangka dengan tusuk gigi dan menyodorkannya pada Agam.Kepala Agam terasa berat setelah melewati rapat panjang dan situasi-situasi yang membuatnya jengkel. Agam mengambil buah itu dan memakannya untuk mendinginkan suasana hatinya yang gerah.Sophia juga makan sepotong semangka, lalu berkedip dan bertanya dengan penasaran, "Agam, kamu begitu menyukai Nona Pamela, dia pasti sangat baik padamu sebelumnya, 'kan?"Agam mengernyit karena mendengar nama wanita yang membuatnya jengkel itu. Lama kemudian, Agam bertanya balik, "Baik bagaimana?"Sophia makan semangka dengan posisi menopang pipi dengan tan
Sophia memutar mata saat menyadari perhatian Agam tidak tertuju padanya, lalu berkata, "Oh, ya, Agam! Kalau bisa, tolong kamu ajak Nona Pamela juga! Kami sudah cekcok saat pertemuan pertama, tapi aku sangat ingin berteman dengannya! Bisa nggak?"Mendengar nama Pamela diungkit lagi, Agam menoleh pada Sophia. "Kenapa kamu begitu ingin berteman dengannya?"Sophia tersenyum ria, "Karena kita ini teman, harusnya aku juga berteman dengan istrimu. Dengan begitu, kita bisa bermain bersama!"Agam memicingkan matanya. "Mungkin hanya kamu yang berpikir begitu."Sophia mengedipkan mata dengan bingung. "Hah? Apa maksudmu? Menurutmu, Pamela nggak sepemikiran denganku?"Agam melirik kain kasa di dahi Sophia yang belum dilepas. "Kalau dia sepemikiran denganmu, dia nggak akan memukulmu kemarin!"Sophia meraba luka di dahinya. "Ini? Aku sudah lupa kalau nggak kamu ungkit! Agam, aku benaran nggak keberatan! Sebenarnya, aku lumayan bisa memahami Pamela. Meski aku berteman denganmu, aku adalah seorang wani
"Sudah, diam di kamar saja kalau nggak mau ke perusahaan. Jangan ganggu aku."Marlon menunjukkan ketergantungann yang hanya akan ditunjukkan di depan Pamela. "Bos, sebenarnya aku ingin minta bantuanmu!"Pamela melirik Marlon dan tahu itu bukan hal baik."Ada masalah apa?"Marlon tersenyum saat menjelaskan, "Bantu aku bujuk Adsila, dia nggak hiraukan aku sekarang dan benaran pacaran dengan pria lain. Aku sedih sekali ...."Pamela sudah menduga itu jawabannya sehingga segera mendorong Marlon ke samping. "Nggak mau. Saat kamu suruh orang belikan produk kontrasepsi untukmu, kenapa kamu nggak peduli dia sedih atau nggak?"Marlon juga menyadari kesalahannya. Marlon menggerutu, "Aku belum sadar aku suka dia saat itu! Selain itu, Bos yang suruh aku cari cara agar Adsila patah pati ...."Pamela memelototi Marlon dengan jengkel. "Kamu menyalahkan aku? Aku suruh kamu menjauh darinya, nggak suruh kamu pakai cara itu!"Marlon melambaikan tangan. "Bukan, itu salahku sendiri! Aku juga sudah menyesal
Adsila tertegun. "Paman nggak di sini? Lalu, kenapa kamu bisa ada di sini?"Ervin berterus terang, "Tuan Agam memintaku untuk tinggal di sini dan melindungi Nyonya Pamela."Adsila berkata dengan wajah cemberut, "Paman benaran nggak romantis! Bibi nggak butuh perhatian sepihak seperti ini, tapi dampingannya! Ini saja nggak paham! Sudahlah, aku masuk dan tengok Bibi dulu!"Tanpa menghiraukan Ervin, Adsila langsung membawa cokelat yang dibelinya ke kamar Pamela.Ervin menghela napas dengan galau dan mengirim pesan: "Apakah Tuan mau tengok Nyonya malam ini?"Beberapa menit kemudian, Agam membalas: "Dia bilang mau ketemu aku?"Ervin mengirim pesan dengan tidak berdaya: "Nggak, Nyonya nggak bilang apa-apa."Kali ini, Agam membalas lebih cepat, tetapi sangat cuek: "Kamu hanya perlu menjaganya."Ervin mengembuskan napas dan mengirim pesan: "Baik!"Ervin benar-benar merasa cemas untuk Agam ....Baru saja menyimpan ponsel, Ervin melihat Adsila keluar lagi dari kamar Pamela dan memberikan beberap
Marlon mengambil cokelat itu, tetapi tidak makan, hanya memegangnya. "Kamu yang beli atau Albert?"Adsila berterus terang, "Albert belikan untukku."Marlon mengangkat alis. "Cokelat seharga puluhan ribu per kotak pun bisa memenangkan hatimu? Aku pikir setidaknya harus cokelat buatan ahli!"Adsila tidak menyukai sikap Marlon. "Pak Marlon mau makan ya makan, kalau nggak, kembalikan cokelatmu padaku! Nggak semua orang kaya dan bisa berfoya-foya sepertimu, beli sekotak cokelat yang harganya jutaan!"Marlon menatapnya sambil tersenyum. "Kamu juga bisa. Pamanmu bahkan bisa mengundang ahli ke rumah kalian dan membuatkan cokelat secara langsung untukmu. Benar, bukan?"Adsila mengedipkan mata. "Aku memang bisa ... tapi Albert nggak bisa. Keluarganya hanya kalangan pekerja, nggak bisa membuang-buang uang untuk membeli cokelat!"Marlon tersenyum. "Bagaimana bisa membeli cokelat untuk pacar termasuk membuang-buang uang?"Adsila merasa jengkel, lalu membela pacarnya, "Kalau aku mau, Albert tentu ak
Akhir-akhir ini, Adsila sering datang sehingga Ervin mengira itu adalah Adsila. Begitu pintu dibuka, Ervin malah melihat temannya Agam, Sophia.Sophia tidak terkejut saat melihat Ervin karena sudah menduga itu adalah perintah Agam."Ervin, aku datang untuk menengok Pamela. Apa dia di rumah?"Terhadap kedatangan Sophia, Ervin sedikit kaget dan berwaspada. Dia khawatir akan terjadi perselisihan jika kedua wanita itu bertemu. Bagaimanapun, itu sudah pernah terjadi sebelumnya ...."Nyonya ada di rumah. Nona Sophia ada urusan apa?"Sophia berkata dengan tulus, "Aku datang untuk menengoknya, sekaligus undang dia ke pesta ulang tahunku."Ervin tampak dilema. "Ehm ... ini ...."Sophia tertawa karena tahu apa kekhawatiran Ervin. "Jangan khawatir, aku sudah beri tahu Agam aku akan mengundang Pamela. Dia nggak keberatan."Ervin berujar, "Ternyata begitu! Tunggu sebentar di ruang tamu, aku panggilkan Nyonya. Tapi, Nyonya kemungkinan sedang istirahat."Sophia menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, k