Adsila mengangguk, lalu berkata, "Kalau nggak suka anak kecil, kenapa kamu sesabar itu bermain dengan Revan?"Marlon menjawab, "Aku hanya melihatmu kelelahan menggendongnya, jadi datang untuk membantu."Adsila tercengang, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, Marlon datang karena melihatnya kelelahan ....Tunggu! Jangan salah paham, Marlon akan seperti itu kepada semua orang, tidak ada maksud apa pun!Adsila menyingkirkan pikiran-pikiran yang tak diinginkan dari kepalanya, lalu berkata, "Terima kasih. Tapi aku tetap merasa Pak Marlon suka anak kecil, kalau nggak suka pasti menggendongnya pun merasa terganggu. Mantan pacarku begitu, dia nggak suka anak kecil, dia galak sekali pada anak kecil yang mendekatinya."Mendengar Adsila menyebut mantan pacarnya, Marlon menyipitkan mata, bertanya dengan sedikit senyuman, "Lalu, kenapa kamu mau bersamanya?"Adsila menghela napas, lalu berkata, "Dia baik padaku. Dia pandai sekali menghiburku, jadi aku pikir nanti setelah kami punya anak sendiri, p
Marlon tidak sependapat, tapi juga tidak menanggapi. Dia mendecakkan lidah, berkata, "Albert ini, bermalas-malasan di jam kerja, aku akan menyuruh manajer menegurnya."Mendengar hal itu, Adsila takut mencelakakan rekannya, dia buru-buru membela Albert, "Dia menelepon di jam makan siang, bukan bermalas-malasan!"Marlon berpura-pura serius. "Sebelum istirahat tadi, bukankah dia mengirim pesan padamu?"Adsila berkata, "Itu ... dia menanyakan soal pekerjaan, bukan sengaja mengobrol."Marlon menyipitkan mata, merasa tak terduga, kemudian bertanya, "Kamu begitu melindunginya? Jadi, nanti malam kamu mau menonton dengannya?"Tatapan Adsila tidak yakin, dia menjawab tanpa antusias, "Biar kupertimbangkan dulu. Aku kurang tertarik dengan film horor, bagaimana kalau aku ketakutan hingga berteriak, nggak bagus memperlihatkan emosiku di depan rekan kerja."Marlon tersenyum sambil berkata, "Kalau begitu pergi saja denganku, aku sangat tertarik dengan teriakan ketakutanmu!"Adsila tertegun, curiga dir
Melihat Kediaman Dirgantara kedatangan banyak tamu, Olivia merasa tidak biasa, dia menatap Pamela yang sedang menyuapi Revan, Adsila yang duduk di samping Pamela, lalu Marlon yang duduk di samping Adsila, dia mengerutkan kening dan berkata tanpa malu-malu, "Adsila, kenapa kamu masih berhubungan dengan bajingan ini? Kenapa belum menjauh darinya?"Adsila yang lapar sedang melahap makanannya, seketika dia menjadi canggung mendengar ucapan Olivia, tidak tahu harus berkata apa ....Marlon bukannya marah, dia malah tersenyum sambil bertanya, "Kenapa? Nona Olivia sepertinya nggak menyukaiku?"Sifat Olivia pada dasarnya mendominasi, apalagi di wilayah sendiri, "Benar! Aku memang nggak suka kamu! Untuk apa orang sepertimu datang ke rumah kami? Kami nggak menyambutmu!" teriaknya.Olivia yang terlalu blak-blakan seketika membuat semua orang canggung.Frida mengerutkan kening, berkata, "Olivia, jaga sikapmu! Tuan Marlon itu temannya Pamela! Bicara yang sopan!"Olivia tidak senang ditegur Frida, di
Olivia merasa tertindas, tapi juga tidak berani melawan Frida lagi, ketika mencedok nasi ke piringnya, dia tak sengaja menyenggol sendok di atas meja hingga terjatuh ke lantai.Suasana hatinya sedang buruk, ditambah sendoknya terjatuh, membuatnya semakin kesal, dia menggumamkan makian. Saat hendak membungkuk untuk memungut sendoknya ....Ricky yang duduk disebelahnya lebih dulu membungkuk dan mengambilkannya tanpa mengatakan apa pun.Namun, sendok yang terjatuh sudah kotor, tidak bisa digunakan lagi, Ricky meletakkan sendok itu di samping, lalu menyerahkan sendok baru padanya sambil berkata, "Pakai yang ini saja, aku belum menggunakannya."Mendapat perhatian dari pria idamannya seperti ini membuat wajah Olivia memerah, dia menerima sendok itu dan mengucapkan terima kasih.Ricky tidak menanggapi Olivia, dia bangkit, berpamitan dengan Frida, lalu mengambil tas ranselnya dan berjalan keluar ....Melihat pria idamannya pergi, Olivia tidak tahu harus berbuat apa, dia buru-buru mengejarnya.
Di sisi lain.Adsila membasuh wajahnya dengan air dingin, kemudian menatap dirinya dengan riasan yang sudah luntur di cermin, tiba-tiba dia merasakan kebencian yang kuat pada dirinya sendiri.Sepertinya dia tidak pantas disukai ....Dulu dia sudah hampir menikah, saat itu dengan bodohnya mengira dia adalah gadis paling bahagia di dunia ini, alhasil sebelum upacara pernikahan dimulai, pengantin pria malah bermain dengan gadis lain di ruang penyimpanan.Setelah tertangkap, pengantin pria justru marah dan mengancamnya dengan foto pribadinya.Agam dan Pamela-lah yang membantunya membereskan masalah itu.Kali itu kalau bukan karena para tamu takut menyinggung Agam, dia pasti sudah jadi bahan tertawaan.Kali ini dia menyukai Marlon dengan membabibuta. Meskipun Pamela sudah berulang kali memperingatkannya, dia tetap merasa dirinya spesial, pasti bisa membuat Marlon bertaubat, hasilnya ....Lagi-lagi dia menjadi bahan tertawaan!Bahkan harus membelikan alat kontrasepsi untuk pria idamannya dan
Perasaan naluriah wanita untuk melindungi diri membuatnya mundur selangkah. "Pak Marlon, kamu ... kamu mau apa?" tanyanya.Marlon memegang kotak kecil itu sambil berkata, "Yang kamu belikan tempo hari, aku sama sekali nggak memakainya."Adsila terdiam.Terus? Apa yang mau dia sampaikan?Tidak memakainya .... Maksudnya hari itu dia dan pacarnya tidak melakukan perlindungan apa pun, tidak keberatan punya anak?Apa dia sedang memperingatkannya untuk jangan berharap lagi?Adsila merasa malu, kemudian berkata, "Pak Marlon, aku sudah mengerti maksudmu, aku nggak akan mengganggumu lagi, kamu nggak perlu begini."Menyadari Adsila salah menangkap maksudnya, Marlon tersenyum pahit, lalu menjelaskan, "Maksudku, aku nggak tega menggunakan barang yang kamu belikan, jadi hari itu kami nggak melakukan apa pun."Adsila terdiam.Lalu, apa maksud perkataannya itu?Hari ini Marlon sangat aneh!Kepalanya sampai berasap!"Pak ... Pak Marlon, apa yang kamu bicarakan?" tanya Adsila.Marlon tersenyum lagi, la
Marlon bertanya, "Siapa?"Secara serentak Ariel juga bertanya, "Siapa?""Kalau dia bersedia membantuku, saatnya nanti kalian pasti akan tahu!" jawab Pamela. Sebelum memastikan orang itu bersedia membantunya, dia tidak akan membocorkannya.Marlon dan Ariel saling memandang, keduanya tidak dapat menerka kepada siapa Pamela akan meminta bantuan ....Setelah ketiganya menghabiskan makan siang, Pamela meminta pembantu masuk untuk membereskan piring, Pak Dimas juga ikut masuk bersama para pembantu untuk menyampaikan pesan, "Nyonya, Nyonya Frida sudah menyiapkan meja mahyong, Nyonya dan teman-teman diminta bergabung."Frida belum lupa soal bermain mahyong?Pamela mengangguk, "Oke, kami akan ke sana sekarang."Setelah Pak Dimas pergi, Pamela menoleh dan berpesan pada Ariel dan Marlon, "Buat Nyonya Frida bermain mahyong dengan gembira."Meskipun tidak tertarik pada mahyong, Marlon dan Ariel tidak berani melawan perintah Pamela....Frida meminta pembantu menata meja mahyong di ruang tamu dengan
Adsila benar-benar tersinggung dengan ucapan Marlon padanya di kamar mandi siang tadi, dia tak ingin menghiraukannya lagi, dia bahkan sedang mempertimbangkan untuk berhenti kerja besok.Mungkin di mata Marlon dia memang semurahan itu? Sampai-sampai menggunakan ucapan seperti itu untuk menghinanya."Nggak pulang? Jadi mau ke mana?" tanya Marlon sembari meletakkan tangannya di jendela mobil dan mencondongkan kepalanya sedikit ke luar."Jam kerja sudah berlalu, aku nggak perlu melapor padamu ke mana aku akan pergi, 'kan?" jawab Adsila dengan ketus, masih tidak mau menatap Marlon.Marlon mengernyitkan kening, "Hari ini kamu keluar bersama kami, bisa dianggap perjalanan dinas, kalau terjadi apa-apa padamu di jalan pulang, kami harus bertanggung jawab. Dengarkan aku, naiklah."Adsila bersikeras, "Tenang saja, kalaupun terjadi sesuatu, aku nggak akan meminta pertanggungjawabanmu dan Bu Ariel. Pak Marlon, pulanglah lebih awal! Selamat tinggal!"Setelah itu, Adsila sengaja berbelok memasuki gan