Ariel melihat wajah tampan dan muda Justin sambil mengerutkan alis. Lalu, dia tersenyum acuh tak acuh. "Oh ya, aku sudah ingat kalau kepala Tuan Muda Justin sungguh keras sampai pintu kaca rumah sakit pun pecah karena tabrakanmu."Ekspresi Justin menjadi masam. "Aku bilang A, kamu malah ungkit B!"Begitu marah, suaranya pun menjadi keras!Ariel membuat tanda diam agar dia jangan membangunkan Pamela yang sudah tidur.Justin baru menyadari kalau suaranya keras lagi, jadi dia merapatkan bibir untuk diam.Ariel hanya mengabaikannya. Melihat Pamela sudah tidur lelap, dia pun berdiri untuk menyelimutkan Pamela, baru duduk di sofa yang agak jauh sambil main game untuk membuat waktu.Kalau dia duduk di samping tempat tidur Pamela, Tuan Muda Justin itu pasti terus bertanya, dengan begitu nanti akan membangunkan Pamela ....Melihat Ariel bermain game, Justin pun melihat, baru menyadari kalau levelnya sudah tinggi. ID-nya bernama "Xixi". Kok tidak asing, ya?"Apa kamu juga main game ini? Aku juga
"Terima kasih." Ariel menyunggingkan senyuman dan mengulurkan tangan untuk mengangkat dagunya. Dia melihat wajah kecil anak ini, "Apa ini adalah pria polos yang dikatakan orang? Dikit-dikit wajahnya merah tersipu, benar-benar sangat imut!"Wajahnya diangkat secara tidak jelas, telinga Justin pun merah dan menyingkirkan tangan Ariel. "Apa ... apa yang kamu lakukan?"Ariel tersenyum tipis, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan duduk dengan tegap. "Kenapa? Apa aku salah omong? Apa Tuan Muda Justin nggak polos? Kalau begitu, kenapa wajahmu merah?"Raut wajah Justin merah dan muram, tampak malu. "Kamu ... adalah seorang gadis, kenapa suka berbicara seperti ini? Apa kamu nggak merasa malu?"Ariel tersenyum. "Kakak, kalau nggak pernah alami, kenapa merasa malu? Sejak awal sudah nggak tahu kenapa harus malu! Kalau nggak mau ditindas, menjauh dariku!"Justin mengerutkan kening dan memelototinya dengan ekspresi yang sulit dimengerti.Tidak pernah bertemu dengan gadis bajingan seperti ini.
"Kak Andra, biar aku mengantarmu!" Justin ikut Andra keluar dari ruangan dan sepertinya ingin mengatakan sesuatu.Setelah melihat Andra dan Justin keluar, Ariel mengalihkan pandangan pada tubuh Pamela yang berbaring di ranjang dan berkata dengan suara kecil, "Bos, apa kamu benar-benar nggak mau melihat orang itu?"Pamela membuka mata dengan tenang. "Ya, orang itu sangat menjengkelkan."Mata Ariel berbinar. "Dia sepertinya menyukaimu."Pamela duduk dengan ekspresi datar. "Dia nggak berniat baik."Ariel mengangkat alis mata. "Bos, kenapa menyukaimu berarti nggak berniat baik?"Pamela tersenyum. "Kalau orang biasa, seandainya benar-benar suka, juga nggak bakal menyampaikan perasaan pada wanita yang sudah bersuami. Apalagi pria itu dan Agam adalah teman lama. Orang yang nggak ada batas seperti itu, apa kamu merasa dia berniat baik?"Ariel sangat setuju dengan itu dan mengangguk.Semua pria di dunia ini memiliki niat buruk yang sulit dijelaskan.Saat ini, Adsila masuk dengan kepala tertundu
Ariel membujuk Pamela sambil mengangguk, "Ya, orang itu benar-benar kurang ajar. Bos nggak perlu turun tangan, nanti aku bakal membereskannya. Bos, sekarang kamu istirahat dengan tenang dan jangan bergerak! Semua ini juga demi janin di perutmu."Padahal suasana hati Pamela hari ini sangat baik, tetapi dia menjadi murka setelah Marlon berbuat seperti ini.Adsila mengangkat kepala ke arah Pamela dan sepertinya karena Pamela ingin mencari Marlon, sehingga segera berdiri. Dia menyeka air mata dan menasihati, "Bibi, aku nggak apa-apa, kamu jangan marah dan berakhir melukai tubuh sendiri. Kalau ketahuan Paman, aku bakal dimarahi ...."Pamela mengerutkan kening dengan erat sambil menatap Adsila dan merasa sengsara karena tidak bisa melampiaskan amarah.Tentu saja Ariel memahami sifat bosnya. Dia tahu bahwa jika sekarang dia tidak memberi pengajaran pada Marlon, bosnya pasti tidak bisa tenang, sehingga dia berkata, "Nona Adsila, kamu tolong bantu aku merawatnya, aku ada urusan harus pergi sebe
Adsila tertegun, lalu bertanya, "Bibi, apa maksudmu? Apa kamu menyesal telah mengandung anak Paman?"Pamela mengerutkan sudut bibir, lalu berkata dengan tenang, "Meskipun anak ini datang secara nggak sengaja, aku nggak pernah menyesal. Sekarang aku sedang mengingatkanmu, agar kelak jangan terobsesi pada cinta. Masih belum mulai sudah membayangkan bagaimana menghabiskan seumur hidup dengan pria, terburu-buru menyerahkan diri dan melahirkan anak untuknya!"Adsila mengerti maksud bibinya dan mengangguk dengan malu. "Ya, aku tahu! Bibi, sebenarnya sejak awal aku harus mendengarkan kata-katamu, nggak seharusnya berpikir untuk mengubah seorang pengembara .... Sekarang dipikirkan kembali, aku merasa diriku sangat lucu dan nggak sadar akan kemampuan diri ...."Pamela agak menyipitkan mata dengan tatapan yang penuh rasa sakit hati, serta kasihan. "Bukan masalahmu, melainkan Marlon sama sekali nggak cocok untuk menikah. Sekarang masih belum terlambat bagimu untuk menyadarinya. Kelak kamu carilah
Selain itu, Darius dan Wulan juga saling menyikut, bagaimana mungkin ada percintaan yang murni.Sebab itu, dia tidak percaya dengan cinta.Kemudian, dia tahu bahwa dirinya bukan anak kandung Darius, serta hubungan dirinya dengan Keluarga Yanuar dan bertemu dengan ayah kandung, Marko ....Dia menyadari Marko makin bajingan dan sangat munafik, bahkan lebih parah daripada Darius yang tidak setia!Dulu Marko justru mengejar ibunya dengan alasan cinta. Setelah mengejar dalam waktu lama, akhirnya berhasil. Namun, tidak lama setelah menikah, dia sering tidak pulang pada malam hari dan berselingkuh dengan wanita lain, bahkan melahirkan anak haram!Kemudian, dia juga tidak percaya pada kepribadian ibunya, merasa ibunya juga berselingkuh. Terakhir dia bersama dengan Keluarga Yanuar mengusir ibunya, sehingga berakhir mengalami jalan buntu.Begitulah pria bajingan!"Bibi, setelah bertemu dengan Paman, kamu sudah percaya sama cinta, 'kan?" tanya Adsila sambil mengedipkan mata besarnya ke arah Pamel
Ariel menatap Marlon dengan dingin, lalu melihat ke dalam kamar dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Marlon mengangkat bahu dan tersenyum santai. "Baru mandi, masa nggak kelihatan?"Ariel mendorong Marlon ke samping dan langsung masuk ke dalam kamar. Dia mengira akan ada pemandangan seksi di sana, tetapi kasurnya bersih dan rapi, juga tidak ada tanda-tanda wanita."Di mana pacarmu?"Ariel menoleh dan bertanya.Marlon menutup pintu kamar dan menyeka rambutnya dengan handuk. "Masih tanya! Dia datang ke hotel bersamaku dan aku nggak boleh menyentuhnya. Dia nggak menarik, jadi aku akan minta seseorang mengantarnya pulang!"Ariel menyesuaikan kacamatanya yang berbingkai emas, kemudian menarik kursi dan duduk. "Kalau kamu ingin keponakan Pak Agam menyerah padamu, kamu nggak perlu menggunakan cara yang memalukan ini. Kamu tahu dia menyukaimu dan masih menyuruhnya membawakan alat kontrasepsi untukmu dan wanita lain, apa kamu ini manusia? Bos pasti sangat marah begitu mengetahuinya."Setelah
Marlon berjalan ke kasur, mengambil ponselnya dari meja di samping kasur dan melemparkannya kepada Ariel. "Kamu akan tahu setelah melihatnya sendiri!"Ariel mengambil ponsel Marlon dan membukanya. Dia melihat dua foto yang dikirimkan kepadanya oleh bawahannya di Negara Muriana. Foto-foto itu menunjukkan seorang wanita menjemput Agam dari bandara ....Wanita tersebut mengenakan pakaian seksi dengan tubuh seksi dan cukup cantik.Kedua orang itu bertemu dan berpelukan dengan penuh kasih sayang serta intim. Agam tidak memiliki kesadaran sebagai orang yang sudah menikah untuk menolak kontak fisik dengan wanita lain.Melihat kedua foto itu, Ariel yang selalu tenang tanpa sadar mulai mengumpat, "Sial, apa-apaan ini!? Dia meninggalkan istrinya yang sedang hamil di rumah sakit, sementara dia pergi ke luar negeri untuk menjemput gadis sendirian!"Marlon terlihat sangat bijaksana. "Bagaimana? Aku benar, 'kan? Agam bukanlah orang baik, semua pria sama saja yang berpikir dengan bagian bawah tubuhny