Adsila kembali tersadar, "Hm? Bibi, ada apa?" sahutnya.Pamela berkata, "Aku baik-baik saja, kamu nggak perlu menjagaku seharian, buang-buang waktumu saja, pulanglah, kalau ada waktu baru jenguk aku."Adsila menggeleng dengan tegas sambil menolak, "Nggak bisa, aku sudah janji sama Paman akan menjagamu dengan baik, nggak boleh ingkar janji."Pamela menggeleng sembari membujuk, "Nanti biar kujelaskan ke pamanmu, nggak usah dengarkan dia. Dia cuma mementingkan pekerjaannya, sebaliknya menyuruhmu menjagaku di sini dan membuat pekerjaanmu tertunda, untuk apa kamu menurut padanya?"Adsila sama sekali tidak merasa terganggu, "Bibi, pekerjaanku nggak terganggu, karena aku sudah izin cuti. Pak Marlon yang menyetujuinya, dia sudah mendelegasikan pekerjaanku ke rekan kerjaku," jelasnya.Mendengar penjelasan Adsila, Pamela langsung menjulingkan mata ke arah Marlon, tadi bocah itu baru mengatakan kalau dia tidak tahu ada Adsila di sini, tapi ternyata dia yang menyetujui pengajuan cutinya, mana mung
Olivia menjulurkan lidahnya hampir muntah, dia paling benci gadis yang pandai bersandiwara!Adsila menghela napas panjang, lalu menunjukkan senyuman sembari berkata, "Baik, Pak Marlon. Kalau begitu, aku akan reservasikan kamar di Hotel Hillman yang ada di dekat sini, bagaimana?"Marlon menjawab dengan senyuman, "Boleh, terima kasih."Adsila membalas, "Sama-sama."Setelah itu, Adsila keluar untuk reservasi kamar via telepon, dia malas mengunduh aplikasi untuk melakukan resevasi via daring, sekalian ingin keluar mencari udara segar, kalau tidak, takutnya dia akan kehilangan akal.Setelah Adsila keluar, Pamela mengambil pisau yang digunakan Ariel untuk mengupas apel, lalu melemparkannya ke arah Marlon!Marlon tidak menghindar, pisau itu melesat menyenggol telinganya, lalu menancap di dinding ....Gadis dalam pelukannya terkejut.Demikian pula Olivia, matanya terbelalak, Pamela bisa menerbangkan pisau?Marlon memeluk gadis yang ketakutan dalam pelukannya, lalu berkata dengan senyuman, "Bos
Pamela tersenyum. "Kalau aku menggunakan kekerasan padanya, itu karena dia melakukan kesalahan prinsip, jadi dia patut dipukul! Tapi, kalau dia benar-benar melakukan kesalahan prinsip, aku juga nggak akan menghabiskan tenaga untuk memukulnya, karena sudah nggak perlu lagi."Olivia tidak begitu mengerti, jadi dia mengerutkan keningnya. "Apa maksud dari nggak perlu itu?"Pamela hanya tersenyum, lalu berkata, "Yaitu aku memberinya kebebasan, dia suka buat apa ya buat apa. Aku nggak peduli lagi dan memilih untuk pergi."Olivia tercengang. "Maksudmu adalah ... kalau kakakku melakukan kesalahan, kamu akan meninggalkannya, lalu bercerai dengannya?"Pamela menoleh untuk melihat langit di luar jendela. "Ya, aku nggak mau buang waktu di pria yang nggak bisa menjaga dirinya dengan baik."Olivia tidak mengerti, jadi hanya bisa memanyunkan bibirnya. "Tapi, kamu bisa menikah dengan kakakku butuh usaha yang banyak, bahkan perlu mendapatkan persetujuan kakek dan nenekku. Apa kamu benaran rela melepask
Ketika mengungkit idolanya, wajah Olivia memerah. "Aku ... aku akui ... aku sangat berterima kasih padamu karena kamu memberiku kesempatan untuk berhubungan dekat dengan Kak Ricky, tapi ini bukan alasan utamanya! Sekarang aku benar-benar nggak membencimu lagi, orang yang aku pastikan sangat susah diubah, yang penting kamu nggak boleh selingkuh!"Pamela tertawa terbahak-bahak, lalu dia menggerakkan tubuhnya dan berbaring. "Tenang saja, aku nggak akan selingkuh. Meskipun kelak aku ada niat itu, aku pasti duluan meninggalkan kakakmu dan mencari pria lain!"Olivia langsung tidak senang. "Nggak boleh! Kamu nggak boleh meninggalkan kakakku!"Pamela sudah ngantuk, jadi berkata dengan nada ngantuk, "Sudahlah, kalau kamu nggak ada kerjaan, ambilkan sebaskom air hangat untukku. Nanti aku mau rendam kaki, kakiku sangat pegal."Olivia berkacak pinggang sambil mengerutkan alisnya dengan tak senang. Bisa-bisanya Pamela menyuruhnya mengambilkan air rendam kaki?Sudahlah. Melihat Pamela sedang hamil a
"Nggak ada yang enak dimainkan."Pamela mengerutkan alisnya untuk melihat Justin, dia tahu kalau Justin tak bersedia pergi, tapi untuk apa dia di sini?Hari ini orang yang datang sangat banyak, bahkan semua orang terus mengelilinginya, jadi kepalanya sangat sakit ....Saat ini, Ariel sudah kembali.Setelah dia masuk, dia langsung duduk di kursi samping tempat tidur sambil berkata, "Bos, nanti siang kamu mau makan apa? Aku suruh orang antar kemari."Melihat Ariel sudah kembali, Olivia baru mengangkat ketel dan keluar.Pamela belum makan sarapan karena tak ada selera makan, sekarang juga tak ingin makan siang, jadi dia melambaikan tangannya. "Nanti baru bilang saja."Ariel menganggukkan kepalanya dan tidak banyak tanya lagi.Ketika Justin melihat Ariel masuk, awalnya dia merasa sangat familier, tapi tak ingat pernah bertemu di mana ....Ketika dia melihat Ariel duduk di samping Pamela dan berbicara, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Alisnya yang tebal pun dikerut. "Ternyata kamu!"Ariel me
Ariel menggelengkan kepala dengan tak tertarik. "Nggak ada masalah."Justin merasa dirinya diremehkan, jadi berkata dengan tak senang, "Hei! Kamu belum jawab pertanyaanku tadi! Waktu itu kalian yang buat ulah, ya? Kenapa mau menghindariku?"Suara Justin yang keras membuat Ariel mengerutkan alisnya dengan tak senang, bahkan di matanya terlintas rasa dingin dan penuh peringatan. "Apa kamu datang untuk menjenguk orang? Sekarang kondisi kehamilannya nggak stabil, perlu istirahat dengan tenang. Kalau kamu ribut lagi, jangan salahkan aku panggil satpam rumah sakit untuk mengusirmu keluar!"Justin tercengang. Melihat wajah ngantuk Pamela, dia langsung diam.Kalau dulu, Justin pasti tak mau mengalah ....Sekarang, dia hanya merasa bersalah!Bagaimanapun juga, Pamela bisa masuk rumah sakit karena perbuatan kakak dan ibunya yang licik ....Pamela memijat dahinya. "Ariel, kamu kembali ke perusahaan dulu."Ariel berkata, "Perusahaan nggak ada masalah penting, semua pekerjaan sudah kuurus beres, ja
Ariel melihat wajah tampan dan muda Justin sambil mengerutkan alis. Lalu, dia tersenyum acuh tak acuh. "Oh ya, aku sudah ingat kalau kepala Tuan Muda Justin sungguh keras sampai pintu kaca rumah sakit pun pecah karena tabrakanmu."Ekspresi Justin menjadi masam. "Aku bilang A, kamu malah ungkit B!"Begitu marah, suaranya pun menjadi keras!Ariel membuat tanda diam agar dia jangan membangunkan Pamela yang sudah tidur.Justin baru menyadari kalau suaranya keras lagi, jadi dia merapatkan bibir untuk diam.Ariel hanya mengabaikannya. Melihat Pamela sudah tidur lelap, dia pun berdiri untuk menyelimutkan Pamela, baru duduk di sofa yang agak jauh sambil main game untuk membuat waktu.Kalau dia duduk di samping tempat tidur Pamela, Tuan Muda Justin itu pasti terus bertanya, dengan begitu nanti akan membangunkan Pamela ....Melihat Ariel bermain game, Justin pun melihat, baru menyadari kalau levelnya sudah tinggi. ID-nya bernama "Xixi". Kok tidak asing, ya?"Apa kamu juga main game ini? Aku juga
"Terima kasih." Ariel menyunggingkan senyuman dan mengulurkan tangan untuk mengangkat dagunya. Dia melihat wajah kecil anak ini, "Apa ini adalah pria polos yang dikatakan orang? Dikit-dikit wajahnya merah tersipu, benar-benar sangat imut!"Wajahnya diangkat secara tidak jelas, telinga Justin pun merah dan menyingkirkan tangan Ariel. "Apa ... apa yang kamu lakukan?"Ariel tersenyum tipis, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan duduk dengan tegap. "Kenapa? Apa aku salah omong? Apa Tuan Muda Justin nggak polos? Kalau begitu, kenapa wajahmu merah?"Raut wajah Justin merah dan muram, tampak malu. "Kamu ... adalah seorang gadis, kenapa suka berbicara seperti ini? Apa kamu nggak merasa malu?"Ariel tersenyum. "Kakak, kalau nggak pernah alami, kenapa merasa malu? Sejak awal sudah nggak tahu kenapa harus malu! Kalau nggak mau ditindas, menjauh dariku!"Justin mengerutkan kening dan memelototinya dengan ekspresi yang sulit dimengerti.Tidak pernah bertemu dengan gadis bajingan seperti ini.