Bab 44~Merindukanmu.
Saat ini dokter Peter tengah memeriksa kondisi kesehatan Xia Lien dengan seksama. Pasalnya, setelah siuman Xia Lien tidak mengenali siapapun yang ada di sekelilingnya kecuali sang kakak.Raut wajahnya menunjukan kebingungan. Ia terlihat depresi ketika orang-orang bertanya kenapa dan ada apa."Bagaimana, Dok? Apa yang salah?" Zhang Yuze bertanya tak sabar.Dokter Peter menatap wajah semua orang satu-persatu, kemudian membacakan hasil CT scene Xia Lien. "Benturan keras yang dialami Nona Xia akibat kecelakaan tempo hari itu mengakibatkan amnesia. Bisa sementara bisa juga selamanya, tergantung kondisi pasien." Jelasnya."Amnesia? Lalu, bagaimana cara menyembuhkannya?" Serempak mereka bertanya."Dengan terapi rangsangan otak, seperti mengingatkan kenangan-kenangan manis bersamanya atau kenangan masa kecilnya. Itu akan sangat membantu," jelas dokter lagi.Semua orang terdiam, memikirkan penjelasan doktBab 45~Mendekati"Lien'er sayang, aku merindukanmu!" Gu Xi berteriak seraya berlari masuk ke rumah Xia Long tanpa permisi. Ia mencari keberadaan Xia Lien di kamar dan di ruangan lainnya namun tak ketemu. "Eh, di mana dia? Kenapa nggak ada?"Kakinya berbalik melangkah kembali ke luar menemui Xia Long yang sedang sibuk mengeluarkan barang belanjaan dari dalam mobil. Ketika pria itu sedang berbelanja keperluan sehari-hari di pasar swalayan terdekat, tak sengaja bertemu Gu Xi yang sedang membeli sesuatu juga di sana. Karena berpapasan, Xia Long pun tak bisa menghindari gadis cerewet pengagumnya itu. Gu Xi mengajak Xia Long berbelanja bersama sambil mengobrol. Gadis itu terkejut setelah mengetahui kabar kecelakaan Xia Lien. Sudah sebulan lebih Gu Xi berada di Paris. Ponselnya tak bisa dihubungi sebab dirinya sedang sibuk mengurus pekerjaan karena perusahaannya baru saja menandatangani kerjasama dengan perusahaan lain di kota tersebut.
Bab 46~Menunggumu. Hari ini begitu cerah, langit biru dihiasi awan putih di atas sana. Bunga bermekaran indah dengan burung-burung berkicau ria. Suasana saat ini mewakili perasaan Gu Xi yang sedang ceria sebab saat ini ia berada di mobil Xia Long, tepatnya di kursi samping kemudi. Senyum manis terlukis indah di wajah cantiknya. Gu Xi benar-benar menikmati kebersamaannya bersama pria idamannya sejak kecil, Xia Long. Pria dingin dengan sejuta penida di matanya. "Mau makan di mana?" Xia Long bertanya tapi tak direspon. Pria itu segera menoleh karena yang diajak bicara hanya diam tak menjawab, tepatnya tersenyum sendiri. "Xixi!" "Eh, iya. Ada apa, Kak?" Gu Xi balik bertanya. Xia Long mendesah pelan, lalu kembali menatap jalanan. "Aku akan mampir dulu ke Rumah Sakit sebentar sebelum mengantarmu ke kantor. Nggak apa-apa, 'kan?!" Ia mengganti perkataan sebelumnya. "Oh, nggak apa-apa! Aku nggak buru-buru, kok! Santai aja," sahutnya
Bab 47~Mulai BertemanHari sudah mulai senja, nampak dari langit yang berubah warna menjadi jingga. Xia Lien terus menatap jalanan dari balkon kamarnya, menantikan kedatangan kakak ataupun temannya namun tak kunjung pulang juga. Dering ponsel menyita perhatiannya. Dengan mata berbinar, ia segera menjawab panggilan di gawai pintarnya. "Iya, Kak. Kenapa Kakak belum pulang? Dari tadi aku nungguin, lho!" cerocosnya langsung bertanya. "Maafin Kakak, Dek! Sepertinya malam ini nggak akan pulang ke rumah. Kakak ada urusan di luar kota, mungkin beberapa hari baru bisa pulang." kata Xia Long."Tugas ke luar kota? Kenapa mendadak? Tadi pagi Kakak nggak ngomong apa-apa?!" tanya Xia Lien kecewa."Iya, mendadak. Makanya Kakak hubungi kamu secepatnya ketika baru sampai sini," sahutnya sedikit berbohong. "Maaf, ya!" Xia Lien terdiam sejenak sebelum mengangguk pasrah. Lenguhan terdengar jelas. "Ya udah kalau begitu, tapi Kakak harus jaga diri
Bab 48~Terluka "Xixi, ayo kita keliling komplek mumpung hari libur!" Xia Lien berteriak dari ruang tamu. Sepatunya baru saja diikat bergantian. Gadis itu siap untuk lari pagi ini. Gu Xi tak merespon, masih asyik bergumul dalam selimut yang tebal dan hangat. Ia bahkan tersenyum dengan mata tertutup rapat_mungkin sedang bermimpi indah. Tak mendapat sahutan dari dalam kamar, Xia Lien pun melanting menghampiri. Mulutnya berdecak ketika melihat sahabatnya itu masih asyik bermimpi sambil tersenyum konyol. "Xixi ... Xixi ... XIXIIIIIIIII!" teriaknya kencang tapi hanya disambut tutup telinga oleh si penghuni tempat tidur menggunakan bantal. "Berisik, Lien'er. Aku masih ingin tidur," "Bangunlah, Xixi. Ini udah jam enam," Xia Lien berusaha membangunkan tapi ternyata sangat sulit. Tak ada pilihan lain selain memaksanya bangun. Seringai di wajah Xia Lien mulai nampak. Tangan nakalnya m
Bab 49~Awas Jatuh Cinta! Zhang Yuze hanya mendesis ketika merasakan gigitan di tangannya yang dilakukan oleh Xia Lien ketika obat tetes itu menetes di lukanya. "Tahan sebentar lagi!" ujar Zhang Yuze menenangkan seraya meniup luka tersebut dengan lembut.Ada rasa hangat menjalar ketika mendapat perlakuan manis Zhang Yuze. Xia Lien bahkan tak sadar membalikkan telapak tangan pria itu hingga menopang pipinya dan bibirnya seolah mencium tangan besar tersebut.Merasakan tangannya seperti mendapatkan kecupan lembut Xia Lien, pria itu menjadi salah tingkah. Zhang Yuze berdehem menghilangkan rasa canggungnya sebelum berkata, "Ekhem, bisa pinjam tanganku sebentar?" Zhang Yuze bertanya lembut. Xia Lien tersentak. "Ah, oh, ya. Umm, maaf!" Ia menjadi tak enak hati karena melakukan yang tidak seharusnya pada tangan pria itu. Zhang Yuze tersenyum simpul. "Enggak apa-apa! Cuma aku membutuhkan kedua tanganku untuk membalut lukamu. Setelah it
Bab 50~Cerita YuwenGu Xi dan Chu Qian berdiri di ambang pintu, menatap sinis dua orang yang terlihat sedang bermesraan. Xia Lien gelagapan dan salah tingkah karena merasa kepergok berbuat salah, sementara Zhang Yuze bersikap biasa saja seolah tak terjadi apapun tadi. "Lien'er, pindah!" Xia Lien menuruti perintah Gu Xi untuk beranjak dan pindah tempat, namun lututnya merasa kesakitan hingga ia pun jatuh kembali. Beruntung Zhang Yuze memperhatikan sehingga bisa menangkap tubuh itu secepatnya. "Eh?" Gu Xi panik ingin membantu, tapi tak jadi. "Pelan-pelan aja kalau mau berdiri. Lukamu baru saja diobati," ujar Zhang Yuze lembut. "Ah, iya, makasih!" Xia Lien tak berani menatap wajah pria yang tadi menciumnya. Gu Xi segera mendekat. "Apa yang tadi kamu lakukan sama Lien'er-ku, Tuan Zhang? Sepertinya Anda melewati batas!" ketusnya sambil bertolak pinggang."Tadi__!" Takut Gu Xi marah dan melaporkannya pada sang k
Bab 51~PertemuanYuwen menatap sekeliling sembari menyunggingkan senyum kebahagiaan. Dirinya percaya jika dialah wanita yang bertahta di hati Xia Long dari dulu hingga sekarang. Buktinya, pria itu setuju membawanya ke kota. Atas perdebatan kecil kemarin, Xia Long mengalah karena tidak ingin menyakiti hati paman Bing Yu untuk hal apapun. Namun itu justru dimanfaatkan Yuwen untuk mengikuti kehendaknya, membawanya ke kota untuk diperkenalkan kepada adik Xia Long. "Sini aku bantu!" tawar Yuwen sambil mengulurkan tangan. "Tidak perlu! Kamu tunggu aja di sana, aku akan ambil semua barang-barangnya dulu!" tolak Xia Long datar. Yuwen tertegun sebelum berkata, "Baiklah!" Ia berdiri menjauh dari bagasi mobil dan hanya melihat Xia Long mengeluarkan barang-barangnya. "Seharusnya aku tidak membawa banyak barang," cetus Yuwen tak enak. "Tidak apa-apa! Ini semua 'kan barang keperluan mu," ujar Xia Long sembari melangkah. "Yuk mas
Bab 52~Dia Milikku! BrakZhang Yuze memukul meja dengan keras. "Apa? Lu Xialan membuat keributan di kantor pusat?" Netra elang itu menyalang nampak memerah seiring rahang yang mengetat dengan luapan emosi. Chu Qian mengangguk. "Benar, Presdir. Bahkan dia bersikap tidak sopan di depan Pak Komisaris," tuturnya menjelaskan."Brengsek. Wanita tak tahu malu, kurang ajar!" Emosi Zhang Yuze semakin meluap. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pak?!" Zhang Yuze terdiam sejenak, memikirkan cara untuk membuat wanita bernama Lu Xialan itu kapok dan tidak berani melewati batasan. "Hubungi pihak Managementnya untuk memutus kontrak dengan wanita itu. Jangan biarkan dia muncul di iklan atau majalah manapun!" putusnya kemudian. Terdengar sangat kejam, tapi bagi pria itu keputusannya sudah cukup pantas. Zhang Yuze tidak bisa mentolelir sikap kasar siapapun pada orang tua terutama kakeknya. Ia bisa saja membuat Lu Xialan perg