Bab 51~Pertemuan
Yuwen menatap sekeliling sembari menyunggingkan senyum kebahagiaan. Dirinya percaya jika dialah wanita yang bertahta di hati Xia Long dari dulu hingga sekarang. Buktinya, pria itu setuju membawanya ke kota.Atas perdebatan kecil kemarin, Xia Long mengalah karena tidak ingin menyakiti hati paman Bing Yu untuk hal apapun. Namun itu justru dimanfaatkan Yuwen untuk mengikuti kehendaknya, membawanya ke kota untuk diperkenalkan kepada adik Xia Long."Sini aku bantu!" tawar Yuwen sambil mengulurkan tangan."Tidak perlu! Kamu tunggu aja di sana, aku akan ambil semua barang-barangnya dulu!" tolak Xia Long datar.Yuwen tertegun sebelum berkata, "Baiklah!" Ia berdiri menjauh dari bagasi mobil dan hanya melihat Xia Long mengeluarkan barang-barangnya."Seharusnya aku tidak membawa banyak barang," cetus Yuwen tak enak."Tidak apa-apa! Ini semua 'kan barang keperluan mu," ujar Xia Long sembari melangkah. "Yuk masBab 52~Dia Milikku! BrakZhang Yuze memukul meja dengan keras. "Apa? Lu Xialan membuat keributan di kantor pusat?" Netra elang itu menyalang nampak memerah seiring rahang yang mengetat dengan luapan emosi. Chu Qian mengangguk. "Benar, Presdir. Bahkan dia bersikap tidak sopan di depan Pak Komisaris," tuturnya menjelaskan."Brengsek. Wanita tak tahu malu, kurang ajar!" Emosi Zhang Yuze semakin meluap. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pak?!" Zhang Yuze terdiam sejenak, memikirkan cara untuk membuat wanita bernama Lu Xialan itu kapok dan tidak berani melewati batasan. "Hubungi pihak Managementnya untuk memutus kontrak dengan wanita itu. Jangan biarkan dia muncul di iklan atau majalah manapun!" putusnya kemudian. Terdengar sangat kejam, tapi bagi pria itu keputusannya sudah cukup pantas. Zhang Yuze tidak bisa mentolelir sikap kasar siapapun pada orang tua terutama kakeknya. Ia bisa saja membuat Lu Xialan perg
Bab 53~Siapa Dia?KringDering ponsel mengalihkan atensi netra berbulu lentik untuk menoleh. Sebuah tangan terulur lalu meraih ponsel yang berbunyi nyaring tersebut, kemudian diletakkan di telinga. "Halo!" Si penelpon lantas segera berkata. "Halo, Xia Lien. Bisa kita bertemu malam ini?" Suara barito Zhang Yuze terdengar lembut di telinga. Bibir Xia Lien tersungging tipis. "Humh, gimana ya? Pekerjaanku masih banyak, Kak. Jadi, maaf banget!" ujarnya beralasan. Padahal dalam hatinya Xia Lien sangat senang. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi sangat ingin lebih dekat dengan Zhang Yuze, apalagi pria itu selalu berusaha terus mendekatinya. "Kamu masih di galery?" "Iya, Kak. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," sahut Xia Lien. "Yah, padahal aku ingin makan malam berdua sama kamu!" keluh Zhang Yuze kecewa. Xia Lien tertawa kecil. "Hehe, maaf ya, Kak. Serius deh, aku sedang sangat sibuk! Pekerjaa
Bab 54~PenguntitHari sudah semakin sore tapi tak ada satupun yang pulang ke rumah, baik Xia Lien maupun kakak dan sahabatnya. Yuwen termenung bosan di sudut ruangan, memangku dagu dengan sebelah tangan sambil bermain ponsel. "Pada ke mana sih mereka? Kenapa belum pada pulang jam segini? Apa semuanya kerja lembur?" tebak Yuwen namun tak lama kemudian ia terkesiap. "Atau jangan-jangan mereka bertiga makan di luar tanpa aku! Haish, tidak bisa, aku juga harus ikut mereka!" tekadnya sembari menyambar tas lalu ke luar dan mengunci pintu. Tangannya melambai menghentikan taksi yang lewat tapi selalu penuh, tak ada yang kosong. "Kenapa sih semua taksi pada penuh? Apa mereka juga ikut menghalangiku?!" gerutunya kesal. Matanya terus melirik ponsel, berharap ada panggilan atau notifikasi pesan masuk, tapi ternyata tidak ada. Tak ada pilihan selain menghubungi lebih dulu. Yuwen segera mengetik nama Xia Long dan melakukan pangg
Bab 55~Malam PanjangYuwen menatap lekat wajah tampan pria di samping Xia Lien. Ada rasa iri ketika pria itu menggenggam tangan Xia Lien dengan erat. "Apa kamu pacar Xia Lien?" Yuwen bertanya tak sabar. Belum sempat Zhang Yuze menjawab, tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya hingga pria itu terhuyung membentur meja. Bugh"Argh!" Jerit histeris Xia Lien juga para pengunjung kedai mie yang sedang makan di sana. Bukan hanya sekali, bahkan dua pukulan kembali dilayangkan lagi hingga wajah tampan itu mendapat luka memar dan sedikit robek di bagian ujung bibir. Kerah kemeja Zhang Yuze dicengkeram kuat disertai peringatan keras. "Sudah ku bilang jauhi dia! Mengapa kamu selalu membuatku marah, Yuze!" bentaknya dengan rahang mengetat. Xia Lien menepis tangan kekar yang mencengkram kerah kemeja Zhang Yuze sembari berteriak. "Apa yang kamu lakukan, Kak? Kenapa begitu kasar sama dia?!" Xia Long
Bab 1~Presdir BaruSebuah ballroom hotel berbintang didekorasi sedemikian rupa dengan gaya klasik-modern, juga lampu sorot yang mengarah ke tengah panggung agar bisa fokus pada satu titik di mana seseorang akan berdiri di sana. Kursi tamu yang sudah berbaris rapih serta bunga-bunga yang tertata di pojok ruangan hingga depan pintu menambah pemandangan indah di ruangan tersebut.Setelah pintu terbuka, para tamu pun berdatangan memasuki ruangan dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Mereka terdiri dari orang-orang penting yang mempunyai jabatan tertinggi sampai karyawan dari semua divisi. Tak lupa, tamu undangan lainnya yaitu rekan bisnis dari 'Tuan Rumah' yang sedang mengadakan acara di tempat tersebut.Hari ini adalah hari penyambutan Presdir baru Jersey Grup, yaitu cucu dari Tuan Zhang Bei. Katanya, dia adalah seorang pria muda yang tampan dengan sejuta talenta, lulusan Universitas ternama di Inggris.Tak berlama-lama, seorang pembawa acara se
Bab 2~Kencan ButaDua orang gadis cantik tengah duduk santai sambil menyesap kopi hitam kesukaannya di sebuah cafe tak jauh dari kantornya. Sesekali mereka tertawa karena banyolan masing-masing yang menurutnya lucu. Mereka terlihat sangat akrab layaknya saudara.Cukup lama keduanya bercanda sampai tiba-tiba salah satunya berbicara serius. "Lien. Umm ... Bisa nggak bantuin aku?"Si pemilik nama menoleh penasaran. Tidak biasanya sahabatnya berbicara seserius itu. "Ada masalah apa, Xixi?"Gu Xi terdiam sejenak sebelum berkata. Sesungguhnya dia sangat ragu meminta bantuan kepada temannya, apalagi ini menyangkut hal pribadi. Melihat Gu Xi terdiam, Xia Lien lekas berkata lagi. "Aku pasti bantuin kamu semampuku,"Wajah Gu Xi terlihat sumringah. Dia yakin bahwa Xia Lien pasti bisa diandalkan dalam hal ini. Terlebih, mereka sudah berteman sejak dari kecil. "Tolong temui seseorang untukku di cafe Kenanga jam tujuh malam ini!" pintanya langsung.
Bab 3~BerbohongYuze melihat ekspresi kesal dari gadis di hadapannya. Dia sedang marah namun menahan emosinya hanya karena perkataan Yuze barusan. Apa dirinya sudah keterlaluan, pikirnya. "Tunggu!"Xia Lien berhenti melangkah karena seruan Zhang Yuze, namun ia tidak berbalik atau pun menoleh. "Apa lagi?" ketusnya sebal.Zhang Yuze lekas berdiri dan menghampiri Xia Lien. Sebagai pria baik, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. "Ikut aku ke suatu tempat!" ujarnya kemudian.Xia Lien refleks berbalik sembari menyilangkan kedua tangan di dada. "Jangan macam-macam!" peringat nya.Melihat Xia Lien bertingkah aneh, sepertinya gadis itu salah paham. Zhang Yuze pun menggelengkan kepala lalu menarik tangan Xia Lien untuk ikut bersamanya menuju mobil. Awalnya Xia Lien terus meronta karena takut, namun melihat tatapan mengintimidasi Zhang Yuze membuatnya diam menurut.Sepanjang jalan, tidak ada obrolan apapun yang keluar dar
Bab 4~Ponsel MahalDi perusahaan Jersey Grup, hari ini para karyawan digegerkan dengan kedatangan Presdir baru yang tampan namun dingin. Walaupun ia terlihat sopan tapi wajahnya datar tanpa ekspresi, berkarisma dan juga berwibawa. Memang seperti itu sikap Zhang Yuze terhadap orang lain, tidak seperti pada saat di rumah.Para karyawan berbisik mengagumi ketampanan Presdir baru mereka dengan histeris. Wajah mereka terlihat sumringah disertai mata berbinar sembari melompat girang saat Yuze melewati mereka."Pak presdir kita sangat tampan ya," puji salah satu dan dibenarkan semua orang."Bukan cuma dia, sekretaris pribadinya juga tampan." yang lain ikut berkomentar."Ah, mulai hari ini aku akan betah kerja di sini." timpal yang lain."Tapi, katanya dia itu orang yang sangat tegas. Maka dari itu, kita tidak boleh berbuat kesalahan." Semuanya setuju dan segera kembali ke pekerjaan masing-masing.Sementara Zhang Yuze melangkah