Bab 3~Berbohong
Yuze melihat ekspresi kesal dari gadis di hadapannya. Dia sedang marah namun menahan emosinya hanya karena perkataan Yuze barusan. Apa dirinya sudah keterlaluan, pikirnya. "Tunggu!"Xia Lien berhenti melangkah karena seruan Zhang Yuze, namun ia tidak berbalik atau pun menoleh. "Apa lagi?" ketusnya sebal.Zhang Yuze lekas berdiri dan menghampiri Xia Lien. Sebagai pria baik, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. "Ikut aku ke suatu tempat!" ujarnya kemudian.Xia Lien refleks berbalik sembari menyilangkan kedua tangan di dada. "Jangan macam-macam!" peringat nya.Melihat Xia Lien bertingkah aneh, sepertinya gadis itu salah paham. Zhang Yuze pun menggelengkan kepala lalu menarik tangan Xia Lien untuk ikut bersamanya menuju mobil. Awalnya Xia Lien terus meronta karena takut, namun melihat tatapan mengintimidasi Zhang Yuze membuatnya diam menurut.Sepanjang jalan, tidak ada obrolan apapun yang keluar dari mulut keduanya. Suasana saat ini benar-benar sunyi walaupun perjalanan menghabiskan waktu cukup lama.Sesampainya di tempat tujuan, Yuze segera turun dan membukakan pintu untuk Xia Lien. Gadis itu celingukan tidak mengerti namun tidak mau bertanya. Ia terlalu malas berkata saat ini.Langkah kaki Zhang Yuze mengayun memasuki salah satu Mall besar yang ada di Ibukota diikuti Xia Lien yang setia mengekor di belakang dengan mata yang terlihat antusias. Bahkan senyuman manis tak pernah luntur dari bibir kecilnya saat melihat barang-barang yang terpajang di sana.Saking sibuknya mengagumi baju-baju dan tas cantik, Xia Lien tidak tahu jika Zhang Yuze berhenti membuatnya menabrak punggung pria sombong itu. "Aduh!" keluhnya sembari mengusap kening yang terbentur.Ingin marah, namun Yuze memilih membuang napas. "Pilihlah mana yang kamu suka," ujarnya singkat."Hah?" sejujurnya Xia Lien memang tidak mengerti maksud pria sombong itu. Yuze menunjuk ponsel yang berjejer di etalase toko. "Oh, kamu mau mengganti ponselku yang rusak tadi?" Pria itu hanya mengangguk. "Umm, ganti yang kek gini lagi deh. Aku suka modelnya," Xia Lien menyerahkan ponsel miliknya ke tangan Zhang Yuze."Bukannya model ini jelek?" ejek Yuze membuat Xia Lien cemberut."Ya sudah, pilih saja yang menurutmu bagus. Aku tidak mau tahu harganya berapa, yang penting ponselku kembali." ketus Xia Lien jengkel. Gadis itu harus selalu menarik urat saat berbicara dengan Yuze.Tanpa berkata lagi, Zhang Yuze segera memilih ponsel yang sesuai menurutnya. Ia pun langsung membayar dengan kartu hitam miliknya dan mengajak Xia Lien pulang setelahnya.Sesampainya di mobil, Yuze menyerahkan paper bag itu ke tangan Xia Lien sambil meminta maaf. Selama ini ia tidak pernah meminta maaf kepada siapapun walaupun dirinya salah. Namun hari ini ada yang berbeda, dia meminta maaf kepada gadis yang baru ditemuinya itu.Awalnya Xia Lien ragu, namun Yuze memaksanya sebagai permohonan maaf dan terpaksa ia pun menerima. "Baiklah, terima kasih!""Oh iya, tolong beritahu alamat kediaman Gu. Aku akan mengantarmu sampai__"Mata Xia Lien membulat sempurna. "Jangan!" pekiknya kemudian hingga membuat Yuze spontan menghentikan laju kendaraan. "Aku ada janji sama teman, jadi turunkan aku di sini saja. Hehe, maaf ya!" ujarnya beralasan.Ada yang aneh dari gerak-gerik gadis itu hingga Yuze merasa curiga. Tapi, pria itu bersikap cuek seolah tak peduli sama sekali. "Baiklah, sesuai permintaanmu!" Xia Lien mengangguk sembari tersenyum. Namun sebelum gadis itu turun dari mobil, Yuze menghentikannya. "Tolong bicarakan masalah kita kepada ayahmu, dan jangan menyulitkan posisiku di mata Kakekku. Terima kasih!" pintanya tanpa menatap.Xia Lien mengangguk lalu keluar dari mobil Yuze. Ia sungguh tak peduli dengan masalah perjodohan itu sebab bukan dirinya yang akan menikahi pria sombong tadi walaupun seandainya ayahnya Gu Xi memaksa."Hah, akhirnya bebas juga dari pria menyebalkan itu. Ayo kita pulang, Xia Lien!" desisnya kepada diri sendiri sebelum menghentikan taksi yang lewat.Biasanya dia pulang menaiki bis agar hemat ongkos. Tapi malam sudah mulai larut dan Xia Lien sadar jika tidak baik untuknya bepergian terlalu malam, takut terjadi sesuatu. Walaupun ia gadis galak dan pemberani, tetap saja takut jika ada pria-pria nakal yang menghadang dan menculiknya.Di kota besar seperti ini sering terjadi kejahatan yang melibatkan penculikan terhadap gadis oleh para bandit mesum. Jadi, Xia Lien pun takut menjadi korban penculikan dan pelecehan, walaupun penampilannya saat ini terlihat urakan tetap saja akan menarik perhatian para lelaki mata keranjang juga perampok."Kalau pulang seperti ini, Kak Along pasti ngamuk." gumamnya dalam hati sambil memperhatikan penampilannya. Saat ini, baju yang dikenakan Xia Lien seperti anak berandalan yang suka nongkrong pinggir jalan.Barang-barang ini didapatkannya dari Gu Xi agar bisa membuat Presdir Jersey itu membencinya dan membatalkan perjodohan. Ternyata, tak disangka pria itu juga menolak perjodohan tersebut dan Xia Lien tidak perlu melakukan apapun lagi untuk menggantikan Gu Xi datang ke kencan buta berikutnya.Sesampainya di rumah, lampu sudah dipadamkan. Mungkin kakaknya sudah tidur, pikir Xia Lien lega. Ia pun mengendap-endap seperti maling takut ketahuan, memasuki rumah dengan berjinjit pelan agar tidak menimbulkan suara. Tapi dia tidak tahu jika seseorang sedang memperhatikannya di kegelapan.KlikLampu di ruang tamu tiba-tiba menyala, menampakkan sosok pria tampan dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap. Wajahnya terlihat garang dengan tatapan tajam mengintimidasi. "Dari mana kamu jam segini baru pulang?""Argh, setan!" pekiknya melemparkan sepatu bot ke sembarang arah.Xia Long melangkah dan berdiri di hadapan adik satu-satunya itu. "Apa ada setan setampan Kakakmu ini?" kelakarnya. Nada bicaranya yang dingin menambah suasana semakin horor walaupun sebetulnya dia sedang berusaha melucu.Ckk, Kakakku itu adalah pria dingin dan kaku, batin Xia Lien. "Ah, hehehe. Kak Along ternyata, ku kira hantu." Xia Lien tertawa hambar karena melihat ekspresi datar kakaknya."Dari mana kamu jam segini baru pulang?" Xia Long mengulangi pertanyaannya.Xia Lien gelagapan. "A-aku habis jalan-jalan sama teman-teman. Me-mereka mengadakan pesta kecil di cafe, jadi kami berse__""Lain kali jangan pulang larut malam. Nggak baik buat gadis sepertimu keluyuran di jalan. Kalau ada acara seperti ini lagi, telpon Kakak agar bisa menjemputmu!" pungkas Xia Long lalu pergi begitu saja. "Matiin lampu dan segera naik ke kamarmu lalu tidur," lanjutnya kemudian.Xia Lien tertegun mendengar perkataan kakaknya. Dia mengkhawatirkan aku, batinnya sedih. Xia Lien berbohong namun kakaknya langsung percaya tanpa menginterogasinya. Biasanya Xia Long selalu bertanya sampai Xia Lien mengakui kesalahannya. Tapi hari ini ..."Kakak!" Xia Long berbalik dan terkejut karena adiknya itu berlari ke arahnya kemudian langsung memeluknya dengan erat. "Maafin aku! Aku bohong tentang pesta itu. Sebenarnya__" Xia Lien berusaha menjelaskan tapi kakaknya langsung menyela."Jangan bikin Kakak khawatir!" pungkasnya cepat.Xia Lien pun mengangguk. "Aku janji Kak, lain kali bakal minta izin dulu sama Kakak. Aku sayang Kakak!" Ia kembali memeluk kakaknya dan menenggelamkan wajah di dada bidang Xia Long."Adikku yang nakal," desisnya sembari mencium pucuk kepala Xia Lien.Bersambung ...Jika sekali berbohong akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan yang lain.~Lien Machan~Bab 4~Ponsel MahalDi perusahaan Jersey Grup, hari ini para karyawan digegerkan dengan kedatangan Presdir baru yang tampan namun dingin. Walaupun ia terlihat sopan tapi wajahnya datar tanpa ekspresi, berkarisma dan juga berwibawa. Memang seperti itu sikap Zhang Yuze terhadap orang lain, tidak seperti pada saat di rumah.Para karyawan berbisik mengagumi ketampanan Presdir baru mereka dengan histeris. Wajah mereka terlihat sumringah disertai mata berbinar sembari melompat girang saat Yuze melewati mereka."Pak presdir kita sangat tampan ya," puji salah satu dan dibenarkan semua orang."Bukan cuma dia, sekretaris pribadinya juga tampan." yang lain ikut berkomentar."Ah, mulai hari ini aku akan betah kerja di sini." timpal yang lain."Tapi, katanya dia itu orang yang sangat tegas. Maka dari itu, kita tidak boleh berbuat kesalahan." Semuanya setuju dan segera kembali ke pekerjaan masing-masing.Sementara Zhang Yuze melangkah
Bab 5~KetahuanXia Lien bertekad untuk mengembalikan ponsel mahal yang diberikan Zhang Yuze kepadanya sebagai ganti rugi ponsel yang rusak. Walaupun dirinya bukan dari kalangan berada, tapi Xia Lien cukup tahu diri. Dia tidak mau menerima barang mahal untuk menggantikan barang murah miliknya.Ponselnya yang seharga satu juta lima ratus ribu harus diganti dengan harga lima belas juta, itu sungguh tak adil baginya. Mungkin kalau perempuan lain akan sangat senang mendapatkannya, tapi tidak bagi Xia Lien.Dengan berbekal kartu nama, Xia Lien datang ke perusahaan Jersey Grup untuk mengembalikan ponsel mahal yang diberikan Zhang Yuze padanya. Setelah kemarin berbicara dengan Gu Xi, ia semakin yakin harus mengembalikan ponsel tersebut.Gadis itu menghampiri resepsionis untuk meminta bertemu dengan Presdir Zhang, namun wanita itu tak mengizinkan Xia Lien untuk menemui presdir mereka jika tidak ada janji. Terpaksa Xia Lien pulang dan menitipkan kartu naman
Bab 6~KemarahanXia Lien dan Gu Xi tertunduk saling meremat jari masing-masing di hadapan Zhang Yuze yang melipat kedua tangan di dada dengan tatapan tajamnya."Kalian pikir kebohongan ini tidak akan pernah terungkap?" nada bicara Zhang Yuze tetap dingin dan datar. Sikap cuek dan angkuhnya menambah horor suasana saat ini.Tak ada ucapan yang keluar dari mulut kedua gadis di hadapannya itu hingga membuatnya sangat marah sampai menggebrak meja. "Beraninya kalian mempermainkan Kakekku! Apa itu lucu?" sontak Xia Lien dan Gu Xi menggelengkan kepala bersamaan. "Lalu, untuk apa dia menggantikan kamu datang ke kencan buta kemarin? Apa untuk melihat seperti apakah diriku?" Zhang Yuze terus bertanya dengan nada kesal.Gu Xi lekas membuka suara. "Maafkan aku, Tuan Zhang! Sebenarnya, aku yang salah karena memaksanya untuk menggantikan aku. Aku tidak ingin dijodohkan, tapi Papa terus memaksa dengan alasan hubungan kerja sama." jelasnya sembari menundukkan waja
Bab 7~PermintaanTuan Zhang Bei berjalan terburu-buru dengan wajah cemas serta tongkat bantu di tangan kanan. Ia bergegas memasuki salah satu ruangan yang masih berada di area rumahnya. Tempat dengan dipenuhi alat kebugaran yang berjejer rapih di sana."Yuze!" tegurnya pada sang cucu yang tengah mengangkat beban berat untuk membentuk otot-otot bisepnya.Bukan Zhang Yuze yang menoleh, tetapi Chu Qian yang bergegas menghampiri setelah meletakkan alat olahraganya. "Iya, Pak Komisaris!"Tuan Zhang Bei melirik sinis, "ckk, kenapa bukan kamu saja yang menjadi pewaris kekayaanku?!" Chu Qian hanya menunduk dengan tangan terjuntai di bawah. "Xiao Qian, suruh dia istirahat untuk berbicara denganku! Rasanya tanganku gatal ingin melemparkan tongkat ini segera ke kepalanya," geramnya dengan gigi bergemelatuk."Bicara tentang apa sih, Kek? Aku bisa mendengarnya walaupun sedang berolahraga," cetus Zhang Yuze tanpa menoleh.Pria tua itu makin ge
Bab 8~Dokter SpesialisDi salah satu rumah sakit kota, terlihat seorang Dokter muda tengah serius memeriksa pasiennya. Dengan telaten Dokter tersebut memeriksa kondisi pasien yang sedang ditanganinya."Bagaimana kondisi kesehatanku, Dokter Xia? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan!" Pasien tersebut terlihat santai saat bertanya."Kondisi Anda saat ini sudah mulai membaik, hanya saja Anda harus tetap menjaga kesehatan! Di usia Anda ini sangat rentan dan sudah seharusnya beristirahat, Tuan Zhang. Untuk masalah pekerjaan, serahkan saja kepada yang muda. Bukankah cucu Anda sudah kembali?!" saran Dokter Xia.Tuan Zhang Bei mengangguk. "Saat ini aku sudah menyerahkan semua tanggung jawabku kepadanya, hanya saja hatiku masih gelisah." aku pria tua tersebut kepada Dokter Xia."Apa yang membuat Anda begitu khawatir, Tuan Zhang?"Tuan Zhang Bei menatap sayu Dokter Xia. "Aku ingin melihat cucuku menikah," sahutnya kemudian.He
Bab 9~Gaun PengantinButik Magnolia.Kaki jenjang milik Zhang Yuze terayun memasuki salah satu butik mewah diikuti Xia Lien yang setia mengekor dengan langkah lesu. Walaupun gadis di belakangnya terlihat tak bersemangat, namun Zhang Yuze tidak peduli sama sekali. Yang diinginkannya hanyalah memaksa gadis itu untuk menikah kontrak dengannya.Ya, mau tak mau Xia Lien tetap harus menikah dengannya, batin Zhang Yuze tertawa jahat.Tenang, bukan pernikahan sungguhan, melainkan pernikahan palsu untuk mengelabui kakeknya yang terus memaksa menjodohkan Yuze dengan gadis-gadis aneh pilihannya.Ewh, mereka terlihat norak, pikir Zhang Yuze malas ketika bertemu dengan gadis-gadis yang dijodohkan dengannya. Hanya Xia Lien yang terlihat berbeda. Gadis itu menampakkan sifat aslinya walaupun sedang menyamar menjadi Nona dari keluarga Gu. Itu yang disukai Zhang Yuze.Suka? Ckk, ayolah! Bukan rasa suka seperti yang kalian bayangkan. Zhang Yuze men
Bab 10~Bertemu KakekZhang Yuze terpesona ketika melihat Xia Lien mengenakan gaun seksi yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Gaun berwarna putih bersih memiliki belahan dada rendah dengan panjang bagian depan hanya di atas lutut hingga memperlihatkan kaki jenjangnya sungguh membuat Zhang Yuze bergairah.Netra elang itu tak berkedip sedikitpun ketika Xia Lien memutar tubuh meminta komentar dari Zhang Yuze.Astaga, bisa mati jika seperti ini."Yuze, bagus tidak?" Xia Lien tidak tahu jika sesuatu terjadi kepada pria arogan yang akan menjadi calon suami kontraknya. Bahkan gadis itu berjalan menghampiri lalu menundukkan tubuh karena yang diajak bicara tidak merespon. "Yuze, kamu tidak apa-apa?" Gundukan yang menonjol itu malah kian terlihat jelas oleh kedua mata Yuze sampai membuatnya semakin bungkam karena gugup. "Yuze!" serunya kesal.Zhang Yuze terperanjat karena tepukan Xia Lien mengenai keningnya. "Gadis kurang ajar. Berani sekali kamu mem
Bab 11~Restu Kakek"Xia Lien!" desis Zhang Yuze sembari mencengkram lengan gadis itu. "Ingat, kita sudah membicarakan ini sebelumnya!" tatapan tajam pria arogan itu tersirat sebuah ancaman.Kakek Zhang menghampiri sembari tersenyum mencemooh. "Kamu setuju untuk pergi? Bagus, gadis pintar. Baiklah, berapa total yang harus saya keluarkan untuk mengganti rugi semuanya?" tanyanya mengejek.Xia Lien mengangkat lima jari tangannya di depan wajah tanpa menyebutkan nominal uang membuat kakek Zhang menebaknya sendiri. Pria tua itu berdecak sebelum bicara, "Hanya lima juta? Atau lima puluh juta? Kamu akan mendapatkan sepuluh__" belum sempat kakek Zhang melanjutkan, Xia Lien sudah menyela."Hanya lima," gadis itu melipat satu persatu jari sembari menyebutkan kata-katanya. "Cinta, kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan, dan juga kehormatan. Apakah Kakek bisa menggantinya?"Ketiga pria beda usia itu terdiam seketika mendengar ucapan Xia Lien, sedangkan
Bab 55~Malam PanjangYuwen menatap lekat wajah tampan pria di samping Xia Lien. Ada rasa iri ketika pria itu menggenggam tangan Xia Lien dengan erat. "Apa kamu pacar Xia Lien?" Yuwen bertanya tak sabar. Belum sempat Zhang Yuze menjawab, tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya hingga pria itu terhuyung membentur meja. Bugh"Argh!" Jerit histeris Xia Lien juga para pengunjung kedai mie yang sedang makan di sana. Bukan hanya sekali, bahkan dua pukulan kembali dilayangkan lagi hingga wajah tampan itu mendapat luka memar dan sedikit robek di bagian ujung bibir. Kerah kemeja Zhang Yuze dicengkeram kuat disertai peringatan keras. "Sudah ku bilang jauhi dia! Mengapa kamu selalu membuatku marah, Yuze!" bentaknya dengan rahang mengetat. Xia Lien menepis tangan kekar yang mencengkram kerah kemeja Zhang Yuze sembari berteriak. "Apa yang kamu lakukan, Kak? Kenapa begitu kasar sama dia?!" Xia Long
Bab 54~PenguntitHari sudah semakin sore tapi tak ada satupun yang pulang ke rumah, baik Xia Lien maupun kakak dan sahabatnya. Yuwen termenung bosan di sudut ruangan, memangku dagu dengan sebelah tangan sambil bermain ponsel. "Pada ke mana sih mereka? Kenapa belum pada pulang jam segini? Apa semuanya kerja lembur?" tebak Yuwen namun tak lama kemudian ia terkesiap. "Atau jangan-jangan mereka bertiga makan di luar tanpa aku! Haish, tidak bisa, aku juga harus ikut mereka!" tekadnya sembari menyambar tas lalu ke luar dan mengunci pintu. Tangannya melambai menghentikan taksi yang lewat tapi selalu penuh, tak ada yang kosong. "Kenapa sih semua taksi pada penuh? Apa mereka juga ikut menghalangiku?!" gerutunya kesal. Matanya terus melirik ponsel, berharap ada panggilan atau notifikasi pesan masuk, tapi ternyata tidak ada. Tak ada pilihan selain menghubungi lebih dulu. Yuwen segera mengetik nama Xia Long dan melakukan pangg
Bab 53~Siapa Dia?KringDering ponsel mengalihkan atensi netra berbulu lentik untuk menoleh. Sebuah tangan terulur lalu meraih ponsel yang berbunyi nyaring tersebut, kemudian diletakkan di telinga. "Halo!" Si penelpon lantas segera berkata. "Halo, Xia Lien. Bisa kita bertemu malam ini?" Suara barito Zhang Yuze terdengar lembut di telinga. Bibir Xia Lien tersungging tipis. "Humh, gimana ya? Pekerjaanku masih banyak, Kak. Jadi, maaf banget!" ujarnya beralasan. Padahal dalam hatinya Xia Lien sangat senang. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi sangat ingin lebih dekat dengan Zhang Yuze, apalagi pria itu selalu berusaha terus mendekatinya. "Kamu masih di galery?" "Iya, Kak. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," sahut Xia Lien. "Yah, padahal aku ingin makan malam berdua sama kamu!" keluh Zhang Yuze kecewa. Xia Lien tertawa kecil. "Hehe, maaf ya, Kak. Serius deh, aku sedang sangat sibuk! Pekerjaa
Bab 52~Dia Milikku! BrakZhang Yuze memukul meja dengan keras. "Apa? Lu Xialan membuat keributan di kantor pusat?" Netra elang itu menyalang nampak memerah seiring rahang yang mengetat dengan luapan emosi. Chu Qian mengangguk. "Benar, Presdir. Bahkan dia bersikap tidak sopan di depan Pak Komisaris," tuturnya menjelaskan."Brengsek. Wanita tak tahu malu, kurang ajar!" Emosi Zhang Yuze semakin meluap. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pak?!" Zhang Yuze terdiam sejenak, memikirkan cara untuk membuat wanita bernama Lu Xialan itu kapok dan tidak berani melewati batasan. "Hubungi pihak Managementnya untuk memutus kontrak dengan wanita itu. Jangan biarkan dia muncul di iklan atau majalah manapun!" putusnya kemudian. Terdengar sangat kejam, tapi bagi pria itu keputusannya sudah cukup pantas. Zhang Yuze tidak bisa mentolelir sikap kasar siapapun pada orang tua terutama kakeknya. Ia bisa saja membuat Lu Xialan perg
Bab 51~PertemuanYuwen menatap sekeliling sembari menyunggingkan senyum kebahagiaan. Dirinya percaya jika dialah wanita yang bertahta di hati Xia Long dari dulu hingga sekarang. Buktinya, pria itu setuju membawanya ke kota. Atas perdebatan kecil kemarin, Xia Long mengalah karena tidak ingin menyakiti hati paman Bing Yu untuk hal apapun. Namun itu justru dimanfaatkan Yuwen untuk mengikuti kehendaknya, membawanya ke kota untuk diperkenalkan kepada adik Xia Long. "Sini aku bantu!" tawar Yuwen sambil mengulurkan tangan. "Tidak perlu! Kamu tunggu aja di sana, aku akan ambil semua barang-barangnya dulu!" tolak Xia Long datar. Yuwen tertegun sebelum berkata, "Baiklah!" Ia berdiri menjauh dari bagasi mobil dan hanya melihat Xia Long mengeluarkan barang-barangnya. "Seharusnya aku tidak membawa banyak barang," cetus Yuwen tak enak. "Tidak apa-apa! Ini semua 'kan barang keperluan mu," ujar Xia Long sembari melangkah. "Yuk mas
Bab 50~Cerita YuwenGu Xi dan Chu Qian berdiri di ambang pintu, menatap sinis dua orang yang terlihat sedang bermesraan. Xia Lien gelagapan dan salah tingkah karena merasa kepergok berbuat salah, sementara Zhang Yuze bersikap biasa saja seolah tak terjadi apapun tadi. "Lien'er, pindah!" Xia Lien menuruti perintah Gu Xi untuk beranjak dan pindah tempat, namun lututnya merasa kesakitan hingga ia pun jatuh kembali. Beruntung Zhang Yuze memperhatikan sehingga bisa menangkap tubuh itu secepatnya. "Eh?" Gu Xi panik ingin membantu, tapi tak jadi. "Pelan-pelan aja kalau mau berdiri. Lukamu baru saja diobati," ujar Zhang Yuze lembut. "Ah, iya, makasih!" Xia Lien tak berani menatap wajah pria yang tadi menciumnya. Gu Xi segera mendekat. "Apa yang tadi kamu lakukan sama Lien'er-ku, Tuan Zhang? Sepertinya Anda melewati batas!" ketusnya sambil bertolak pinggang."Tadi__!" Takut Gu Xi marah dan melaporkannya pada sang k
Bab 49~Awas Jatuh Cinta! Zhang Yuze hanya mendesis ketika merasakan gigitan di tangannya yang dilakukan oleh Xia Lien ketika obat tetes itu menetes di lukanya. "Tahan sebentar lagi!" ujar Zhang Yuze menenangkan seraya meniup luka tersebut dengan lembut.Ada rasa hangat menjalar ketika mendapat perlakuan manis Zhang Yuze. Xia Lien bahkan tak sadar membalikkan telapak tangan pria itu hingga menopang pipinya dan bibirnya seolah mencium tangan besar tersebut.Merasakan tangannya seperti mendapatkan kecupan lembut Xia Lien, pria itu menjadi salah tingkah. Zhang Yuze berdehem menghilangkan rasa canggungnya sebelum berkata, "Ekhem, bisa pinjam tanganku sebentar?" Zhang Yuze bertanya lembut. Xia Lien tersentak. "Ah, oh, ya. Umm, maaf!" Ia menjadi tak enak hati karena melakukan yang tidak seharusnya pada tangan pria itu. Zhang Yuze tersenyum simpul. "Enggak apa-apa! Cuma aku membutuhkan kedua tanganku untuk membalut lukamu. Setelah it
Bab 48~Terluka "Xixi, ayo kita keliling komplek mumpung hari libur!" Xia Lien berteriak dari ruang tamu. Sepatunya baru saja diikat bergantian. Gadis itu siap untuk lari pagi ini. Gu Xi tak merespon, masih asyik bergumul dalam selimut yang tebal dan hangat. Ia bahkan tersenyum dengan mata tertutup rapat_mungkin sedang bermimpi indah. Tak mendapat sahutan dari dalam kamar, Xia Lien pun melanting menghampiri. Mulutnya berdecak ketika melihat sahabatnya itu masih asyik bermimpi sambil tersenyum konyol. "Xixi ... Xixi ... XIXIIIIIIIII!" teriaknya kencang tapi hanya disambut tutup telinga oleh si penghuni tempat tidur menggunakan bantal. "Berisik, Lien'er. Aku masih ingin tidur," "Bangunlah, Xixi. Ini udah jam enam," Xia Lien berusaha membangunkan tapi ternyata sangat sulit. Tak ada pilihan lain selain memaksanya bangun. Seringai di wajah Xia Lien mulai nampak. Tangan nakalnya m
Bab 47~Mulai BertemanHari sudah mulai senja, nampak dari langit yang berubah warna menjadi jingga. Xia Lien terus menatap jalanan dari balkon kamarnya, menantikan kedatangan kakak ataupun temannya namun tak kunjung pulang juga. Dering ponsel menyita perhatiannya. Dengan mata berbinar, ia segera menjawab panggilan di gawai pintarnya. "Iya, Kak. Kenapa Kakak belum pulang? Dari tadi aku nungguin, lho!" cerocosnya langsung bertanya. "Maafin Kakak, Dek! Sepertinya malam ini nggak akan pulang ke rumah. Kakak ada urusan di luar kota, mungkin beberapa hari baru bisa pulang." kata Xia Long."Tugas ke luar kota? Kenapa mendadak? Tadi pagi Kakak nggak ngomong apa-apa?!" tanya Xia Lien kecewa."Iya, mendadak. Makanya Kakak hubungi kamu secepatnya ketika baru sampai sini," sahutnya sedikit berbohong. "Maaf, ya!" Xia Lien terdiam sejenak sebelum mengangguk pasrah. Lenguhan terdengar jelas. "Ya udah kalau begitu, tapi Kakak harus jaga diri