Bab 6~Kemarahan
Xia Lien dan Gu Xi tertunduk saling meremat jari masing-masing di hadapan Zhang Yuze yang melipat kedua tangan di dada dengan tatapan tajamnya."Kalian pikir kebohongan ini tidak akan pernah terungkap?" nada bicara Zhang Yuze tetap dingin dan datar. Sikap cuek dan angkuhnya menambah horor suasana saat ini.Tak ada ucapan yang keluar dari mulut kedua gadis di hadapannya itu hingga membuatnya sangat marah sampai menggebrak meja. "Beraninya kalian mempermainkan Kakekku! Apa itu lucu?" sontak Xia Lien dan Gu Xi menggelengkan kepala bersamaan. "Lalu, untuk apa dia menggantikan kamu datang ke kencan buta kemarin? Apa untuk melihat seperti apakah diriku?" Zhang Yuze terus bertanya dengan nada kesal.Gu Xi lekas membuka suara. "Maafkan aku, Tuan Zhang! Sebenarnya, aku yang salah karena memaksanya untuk menggantikan aku. Aku tidak ingin dijodohkan, tapi Papa terus memaksa dengan alasan hubungan kerja sama." jelasnya sembari menundukkan wajah. "Sekali lagi, aku minta maaf!" Gu Xi membungkukkan tubuhnya.Helaan napas terdengar kasar. Zhang Yuze kini melirik Xia Lien yang masih menundukkan wajah tak berani menatapnya. "Kenapa ponselnya dikembalikan? Apa tidak sesuai dengan keinginanmu?"Xia Lien mendongakkan wajah menatap Zhang Yuze yang terlihat marah padanya. "Aku tidak mau ponsel mahal darimu! Ganti ponselku sesuai harganya," cetusnya dengan wajah sengit.Zhang Yuze tertawa mengejek. "Cukup berani untuk pemain yang siap mati," cicitnya tak dimengerti kedua gadis itu. "Ponsel ini aku beli untukmu, tidak bisa dikembalikan. Jika kamu tidak mau menerimanya, maka buang saja!" ucapnya enteng lalu berdiri. "Karena kalian berdua berani mempermainkan seorang Zhang Yuze, maka kalian harus menanggung akibatnya. Terutama kamu, Nona Xia Lien!"Xia Lien menatap sinis pria tampan namun sombong di hadapannya itu. Ia sungguh menyesal datang ke kencan buta kemarin. "Kenapa Aku?!"Tanpa menjelaskan, Zhang Yuze melangkah keluar meninggalkan kedua gadis yang saling bertatapan bingung karena mendengar ucapannya. Hati pria itu teramat sangat marah saat ini karena telah dibohongi oleh kedua gadis tersebut. Seandainya bisa, Zhang Yuze ingin sekali mencekik leher keduanya hingga memohon ampun padanya.Sementara Xia Lien dan Gu Xi mendadak lesu setelah mengerti ucapan Zhang Yuze barusan. Dengan tempramen seperti itu, pria tersebut tidak akan pernah main-main dengan kata-katanya. Keduanya yakin jika Zhang Yuze akan membuat perhitungan di kemudian hari."Hah, gimana ini Xixi? Kamu lihat 'kan hasil dari penolakanmu itu! Aku terseret ke dalam arus kebencian," rengek Xia Lien.Gu Xi malah menangis kencang. "Hua, Lien'er. Bagaimana ini? Papa pasti ngamuk kalau tahu masalah ini,"Melihat Gu Xi menangis histeris, Xia Lien menjadi simpati. Awalnya dia ingin marah, malah kembali memeluk sahabatnya karena tidak tega. "Cup ... cup, Xixi. Kita pikirkan itu nanti. Sekarang, kita cari cara agar Zhang Yuze memaafkan kita. Apapun permintaannya nanti, kita tidak boleh menolak agar dia tidak mengadu kepada Papamu." saran Xia Lien bijak.Gu Xi mengangguk lalu tersenyum. "Tolong kamu pikirin masalah itu, ya. Saat ini aku sedang memikirkan cara untuk merayu Kakakmu. Haish, pria itu tidak mudah ditaklukan!" keluhnya kemudian.Mata Xia Lien membola sempurna. Gu Xi yang membuat masalah namun dia juga yang tidak mau memikirkan jalan keluarnya. Bisa-bisanya gadis itu membuat Xia Lien harus pusing memikirkan masalah untuk mengatasi amarah Zhang Yuze."Hoho, Nona Gu. Apa kamu memiliki hati nurani? Jika bukan karena mu, aku tidak akan pernah mengenal pria sombong dan gila macam Zhang Yuze. Sekarang kamu malah mau angkat tangan," geram Xia Lien.Gu Xi tersenyum sembari memeluk Xia Lien dan menyandarkan kepala di dada sahabatnya. "Kamu pintar dalam segalanya. Aku yakin jika kamu pasti akan membuat kita berdua bebas dari pria itu," desisnya memuji."Ckk, aku benci kamu." sarkas Xia Lien.Namun Gu Xi malah mencium pipi sahabatnya dengan mesra membuat Xia Lien bergidik sembari mendorongnya. "Terima kasih, Lien'er-ku sayang!""Hi, aku malah merinding!" Gu Xi tertawa terbahak dan mengejar Xia Lien dengan mulut monyong seperti ingin menciumnya. "Pergi dari sini!" usirnya tapi Gu Xi terus mengejar sambil tertawa.••Di rumah utama kediaman Zhang. Zhang Yuze melepaskan dasi agar bisa bernapas bebas. Saat ini dirinya merasa tercekik setelah mengetahui kebohongan gadis yang dijodohkan dengannya itu. Zhang Yuze benar-benar sangat marah kepada Gu Xi maupun Xia Lien karena keduanya berani mempermainkan dirinya.Pria tampan itu menyugar rambut ke belakang, dengan tubuh bersandar di kursi rotan yang ada di balkon kamarnya. Sebatang rokok menempel di bibir tebalnya dengan asap kecil mengepul dari api yang sebelumnya disulut terlebih dahulu. Setelah menikmati beberapa hisapan, puntung rokok itu dibuang ke dalam asbak. Ia pun beranjak dari duduk menuju kamar mandi.Tubuh atletis Zhang Yuze dibiarkan diguyur air shower dari atas kepala hingga ujung kaki. Walaupun tubuhnya sudah menggigil kedinginan, namun hati dan pikirannya masih belum dingin. Amarahnya masih membara."Gu Xi, Xia Lien. Cih, beraninya gadis lemah seperti mereka mempermainkan seorang Zhang Yuze!" geramnya dengan tangan terkepal. "Aku pasti akan membuat perhitungan dengan kedua gadis bodoh itu,"Dering ponsel terdengar beberapa kali. Panggilan masuk dari sekretaris pribadinya yang melaporkan sesuatu atas permintaan Zhang Yuze. Terlihat senyum culas di bibir pria tampan itu saat menerima laporan dari sang sekretaris pribadi."Hemh, sebelum mulai bermain, kalian akan kalah terlebih dahulu. Dasar gadis bodoh," cemoohnya sembari menatap kartu nama milik Xia Lien.Pria itu mengingat pertemuannya dengan Gu Run, ayah dari Gu Xi. Selain membicarakan kerja sama antar perusahaan, Tuan Gu Run juga membicarakan perjodohan yang diatur olehnya bersama Tuan Zhang Bei antara Zhang Yuze dengan putrinya, Gu Xi. Sebetulnya Zhang Yuze sudah mengatakan dengan jelas jika dirinya belum memikirkan masalah pernikahan, namun Tuan Gu Run tetap memaksa untuk mempertimbangkannya dengan alasan karena keinginan kakeknya.Setelah pertemuannya dengan Presdir Gu, Zhang Yuze mulai memikirkan masalah perjodohan tersebut dan ingin membicarakannya bersama Gu Xi. Ia ingin agar Gu Xi berbicara dengan ayahnya dan membatalkan perjodohan. Namun siapa sangka, dirinya malah mengetahui kebenaran tantang Gu Xi asli dan palsu karena kiriman ponsel serta kartu nama.Zhang Yuze pun merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya lalu mulai memejamkan mata. Senyumnya masih terukir mengingat apa yang akan dilakukannya besok kepada kedua gadis yang berani mempermainkan dirinya itu. Bisa dipastikan, kejadian esok akan menggemparkan dan membuat Zhang Yuze tertawa puas."Argh, sialan. Aku sampai tidak sabar untuk hari besok," erangnya kesal. Zhang Yuze sampai beranjak dari pembaringan hanya karena kekesalannya terhadap kedua gadis yang berani mempermainkannya itu. "Cih, tunggu saja!"Bersambung ...Kemarahan hanya akan membawa malapetaka, bahkan sangat mungkin akan membawa kesengsaraan.~Lien Machan~Bab 7~PermintaanTuan Zhang Bei berjalan terburu-buru dengan wajah cemas serta tongkat bantu di tangan kanan. Ia bergegas memasuki salah satu ruangan yang masih berada di area rumahnya. Tempat dengan dipenuhi alat kebugaran yang berjejer rapih di sana."Yuze!" tegurnya pada sang cucu yang tengah mengangkat beban berat untuk membentuk otot-otot bisepnya.Bukan Zhang Yuze yang menoleh, tetapi Chu Qian yang bergegas menghampiri setelah meletakkan alat olahraganya. "Iya, Pak Komisaris!"Tuan Zhang Bei melirik sinis, "ckk, kenapa bukan kamu saja yang menjadi pewaris kekayaanku?!" Chu Qian hanya menunduk dengan tangan terjuntai di bawah. "Xiao Qian, suruh dia istirahat untuk berbicara denganku! Rasanya tanganku gatal ingin melemparkan tongkat ini segera ke kepalanya," geramnya dengan gigi bergemelatuk."Bicara tentang apa sih, Kek? Aku bisa mendengarnya walaupun sedang berolahraga," cetus Zhang Yuze tanpa menoleh.Pria tua itu makin ge
Bab 8~Dokter SpesialisDi salah satu rumah sakit kota, terlihat seorang Dokter muda tengah serius memeriksa pasiennya. Dengan telaten Dokter tersebut memeriksa kondisi pasien yang sedang ditanganinya."Bagaimana kondisi kesehatanku, Dokter Xia? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan!" Pasien tersebut terlihat santai saat bertanya."Kondisi Anda saat ini sudah mulai membaik, hanya saja Anda harus tetap menjaga kesehatan! Di usia Anda ini sangat rentan dan sudah seharusnya beristirahat, Tuan Zhang. Untuk masalah pekerjaan, serahkan saja kepada yang muda. Bukankah cucu Anda sudah kembali?!" saran Dokter Xia.Tuan Zhang Bei mengangguk. "Saat ini aku sudah menyerahkan semua tanggung jawabku kepadanya, hanya saja hatiku masih gelisah." aku pria tua tersebut kepada Dokter Xia."Apa yang membuat Anda begitu khawatir, Tuan Zhang?"Tuan Zhang Bei menatap sayu Dokter Xia. "Aku ingin melihat cucuku menikah," sahutnya kemudian.He
Bab 9~Gaun PengantinButik Magnolia.Kaki jenjang milik Zhang Yuze terayun memasuki salah satu butik mewah diikuti Xia Lien yang setia mengekor dengan langkah lesu. Walaupun gadis di belakangnya terlihat tak bersemangat, namun Zhang Yuze tidak peduli sama sekali. Yang diinginkannya hanyalah memaksa gadis itu untuk menikah kontrak dengannya.Ya, mau tak mau Xia Lien tetap harus menikah dengannya, batin Zhang Yuze tertawa jahat.Tenang, bukan pernikahan sungguhan, melainkan pernikahan palsu untuk mengelabui kakeknya yang terus memaksa menjodohkan Yuze dengan gadis-gadis aneh pilihannya.Ewh, mereka terlihat norak, pikir Zhang Yuze malas ketika bertemu dengan gadis-gadis yang dijodohkan dengannya. Hanya Xia Lien yang terlihat berbeda. Gadis itu menampakkan sifat aslinya walaupun sedang menyamar menjadi Nona dari keluarga Gu. Itu yang disukai Zhang Yuze.Suka? Ckk, ayolah! Bukan rasa suka seperti yang kalian bayangkan. Zhang Yuze men
Bab 10~Bertemu KakekZhang Yuze terpesona ketika melihat Xia Lien mengenakan gaun seksi yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Gaun berwarna putih bersih memiliki belahan dada rendah dengan panjang bagian depan hanya di atas lutut hingga memperlihatkan kaki jenjangnya sungguh membuat Zhang Yuze bergairah.Netra elang itu tak berkedip sedikitpun ketika Xia Lien memutar tubuh meminta komentar dari Zhang Yuze.Astaga, bisa mati jika seperti ini."Yuze, bagus tidak?" Xia Lien tidak tahu jika sesuatu terjadi kepada pria arogan yang akan menjadi calon suami kontraknya. Bahkan gadis itu berjalan menghampiri lalu menundukkan tubuh karena yang diajak bicara tidak merespon. "Yuze, kamu tidak apa-apa?" Gundukan yang menonjol itu malah kian terlihat jelas oleh kedua mata Yuze sampai membuatnya semakin bungkam karena gugup. "Yuze!" serunya kesal.Zhang Yuze terperanjat karena tepukan Xia Lien mengenai keningnya. "Gadis kurang ajar. Berani sekali kamu mem
Bab 11~Restu Kakek"Xia Lien!" desis Zhang Yuze sembari mencengkram lengan gadis itu. "Ingat, kita sudah membicarakan ini sebelumnya!" tatapan tajam pria arogan itu tersirat sebuah ancaman.Kakek Zhang menghampiri sembari tersenyum mencemooh. "Kamu setuju untuk pergi? Bagus, gadis pintar. Baiklah, berapa total yang harus saya keluarkan untuk mengganti rugi semuanya?" tanyanya mengejek.Xia Lien mengangkat lima jari tangannya di depan wajah tanpa menyebutkan nominal uang membuat kakek Zhang menebaknya sendiri. Pria tua itu berdecak sebelum bicara, "Hanya lima juta? Atau lima puluh juta? Kamu akan mendapatkan sepuluh__" belum sempat kakek Zhang melanjutkan, Xia Lien sudah menyela."Hanya lima," gadis itu melipat satu persatu jari sembari menyebutkan kata-katanya. "Cinta, kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan, dan juga kehormatan. Apakah Kakek bisa menggantinya?"Ketiga pria beda usia itu terdiam seketika mendengar ucapan Xia Lien, sedangkan
Bab 12~Mie RebusTok ... Tok ... TokSuara ketukan di pintu terdengar nyaring. Xia Long yang tengah menonton serial drama kesukaannya seketika mengalihkan atensi dari layar televisi ke arah pintu."Permisi!" kini terdengar suara seorang pria dari luar membuat Xia Long penasaran. Pasalnya, selama ini tidak pernah ada yang berkunjung ke rumahnya di waktu petang.Mungkinkah seseorang yang membutuhkan pertolongan?Gegas tungkai jenjangnya itu terayun menuju pintu. Dibukanya pintu sesegera mungkin karena tamu yang berkunjung ternyata tidak sabar ingin bertemu. "Ya, cari siapa?" bertanya penasaran ketika pintu terbuka dan menampakan seorang pria muda dengan kacamata.Penampilannya sangat sopan. Dia terlihat tampan walaupun rambutnya sedikit berantakan karena tertiup angin. "Maaf, apa benar ini rumah Nona Xia?"Xia Long lekas mengangguk. "Benar. Tapi, Anda ini siapa? Kenapa mencari adik saya?""Oh, Anda Kakaknya Nona X
Bab 13~Pertemuan KeluargaSensasi luar biasa dirasakan di mulut saat kuah mie panas tersebut masuk. Matanya berbinar seiring gerakan menyendok lagi dan lagi. "Kenapa kamu menyembunyikan makanan enak ini dariku? Seharusnya kamu menyuguhkannya sedari tadi," desisnya dengan mulut penuh.Xia Lien menatap tak percaya. Gadis itu bertanya-tanya dalam hati, apakah Zhang Yuze benar-benar belum pernah makan mie instan sebelumnya? Bukankah banyak pedagang yang menjual mie rebus maupun mie goreng? Bukankah dia pemilik perusahaan makanan terbesar di Asia? Mengapa dia terlihat antusias saat mencicipinya?Oh, ayolah! Pertanyaan-pertanyaan itu ingin sekali segera dilontarkan Xia Lien kepada pria di hadapannya yang sedang bersemangat melahap mie rebus buatannya.Saat sedang memperhatikan Zhang Yuze, tiba-tiba pria itu malah merebut mangkuk berisi mie yang sedang disantap Xia Lien. "Hei!" serunya tak dihiraukan. Pria menyebalkan itu malah sengaja menghabiskan makan
Bab 14~Teman SekolahXia Long mengerutkan kening saat panggilan masuk di gawai pintarnya tertera nomor tidak dikenal. Tanpa berlama-lama ia pun menjawab panggilan tersebut.Orang di seberang sana mengatakan ingin bertemu Xia Long secara pribadi di suatu tempat. Dia ingin membahas sesuatu penting tentang adiknya, Xia Lien. Bergegas Xia Long pergi setelah orang itu mengatakan sesuatu tentang adik kesayangannya karena khawatir. Jika bukan masalah yang berhubungan dengan adiknya atau Rumah Sakit, mungkin Xia Long malas untuk pergi.Sesampainya di tempat yang dituju, Xia Long disambut seorang pria tua yang dikenalinya, Kakek Zhang Bei. Walaupun tidak mengerti maksud kakek tua tersebut, tapi Xia Long tetap bersikap santai.Sebelum berbicara pada intinya, Kakek Zhang Bei bercerita tentang cucunya yang baru datang dari luar negeri. Ia menceritakan semua kebaikan, prestasi yang diraih sampai kinerja cucunya di bidang bisnis dengan bangga, kemudian bertanya