Bab 5~Ketahuan
Xia Lien bertekad untuk mengembalikan ponsel mahal yang diberikan Zhang Yuze kepadanya sebagai ganti rugi ponsel yang rusak. Walaupun dirinya bukan dari kalangan berada, tapi Xia Lien cukup tahu diri. Dia tidak mau menerima barang mahal untuk menggantikan barang murah miliknya.Ponselnya yang seharga satu juta lima ratus ribu harus diganti dengan harga lima belas juta, itu sungguh tak adil baginya. Mungkin kalau perempuan lain akan sangat senang mendapatkannya, tapi tidak bagi Xia Lien.Dengan berbekal kartu nama, Xia Lien datang ke perusahaan Jersey Grup untuk mengembalikan ponsel mahal yang diberikan Zhang Yuze padanya. Setelah kemarin berbicara dengan Gu Xi, ia semakin yakin harus mengembalikan ponsel tersebut.Gadis itu menghampiri resepsionis untuk meminta bertemu dengan Presdir Zhang, namun wanita itu tak mengizinkan Xia Lien untuk menemui presdir mereka jika tidak ada janji. Terpaksa Xia Lien pulang dan menitipkan kartu namanya juga paper bag yang berisi ponsel baru. Ia lupa jika saat bertemu Zhang Yuze identitasnya adalah sebagai Nona dari keluarga Gu, namun kali ini ia memberikan kartu nama dengan identitas aslinya.Sebetulnya ia sudah menunggu hingga jam istirahat, tapi sepertinya Zhang Yuze sangat sibuk dan tidak bisa menemuinya saat ini. Maka dari itu, Xia Lien pun memutuskan untuk pulang karena tidak mau menjadi bahan tontonan dan omongan orang-orang di sana.Bodoh.Itulah Xia Lien ketika sedang putus asa karena tidak bisa menemui Zhang Yuze untuk mengembalikan barang yang bukan miliknya."Setidaknya aku sudah mencoba," gumamnya dalam hati.Langkah kakinya mengayun ke dalam galeri dan ia kembali beraktifitas seperti biasa. Walaupun hari ini galerinya tutup karena sedang libur, tapi Xia Lien tetap berada di sana untuk membereskan lukisan-lukisan anak-anak muridnya dan membungkusnya untuk dibawa pulang besok.Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam dan Xia Lien masih berjibaku dengan lukisan-lukisan tersebut. Dia merapihkan alat-alat lukis dan menaruhnya di tempat biasa agar anak-anak tidak kesulitan saat mencari.Ketika sedang beres-beres, Gu Xi datang dan membantunya agar cepat selesai. Keduanya membereskan galeri sembari mengobrol santai juga tertawa riang. Memang, jika dilihat sekilas keduanya seperti saudara yang memiliki kepribadian sama."Oh iya, Lien. Apa Zhang Yuze menerima kembali ponsel itu?" tanya Gu Xi disela kegiatannya. Saat ini ia sedang menyapu lantai dan merapihkan kursi-kursi.Xia Lien melirik sekilas sembari menyahut, "enggak ketemu!""Kenapa?""Harus buat janji dulu agar bisa ketemu," sahut Xia Lien lagi."Kenapa nggak telpon dia dan minta bertemu? Aku yakin dia bakal datang menemui kamu," ujar Gu Xi yakin.Xia Lien menggelengkan kepala. "Kalau menghubunginya terlebih dahulu, dia pasti beralasan untuk tidak bertemu denganku. Kemarin kami sudah membuat janji untuk tidak saling bertemu lagi," desisnya malas. "Lagi pula, aku tidak punya nomor ponselnya." lanjut Xia Lien jujur."Hah, kamu ini." Gu Xi melenguh pelan lalu membuka ponselnya dan mencari nomor kontak Zhang Yuze. "Nih, hubungi dia." ujarnya sembari menyerahkan ponsel."Tidak perlu! Nanti saja aku hubungi dia," tolaknya kembali melakukan pekerjaannya lagi. Sementara di Jersey Grup, sang Presdir baru saja selesai dengan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang. Karena pekerjaan yang menumpuk, Zhang Yuze harus berada di kantor untuk bekerja lembur. Dia tidak sendiri, ada Chu Qian yang menemaninya sebagai sekretaris pribadi Presdir.Seorang wanita memasuki ruangan Presdir dengan beberapa berkas di tangan. "Presdir Zhang, ini berkas-berkas yang Anda minta." ujarnya sembari menyerahkan berkas tersebut lalu melanjutkan ucapannya lagi. "Oh iya, Pak. Tadi pagi ada seorang gadis datang untuk bertemu Anda. Namun karena dia tidak memiliki janji dengan Anda, Saya pun mengusirnya. Tapi, dia menitipkan sesuatu dan kartu namanya."Chu Qian menerima paper bag dan kartu nama yang diserahkan Chi Bai. "Kamu bisa pulang sekarang," ujarnya kemudian.Chi Bai mengangguk. "Baik, Pak! Permisi,"Zhang Yuze melirik sekretaris pribadinya untuk bertanya dan Chu Qian mengerti arti dari tatapan bosnya. "Sebuah ponsel," ujarnya memperlihatkan isi paper bag tersebut lalu membaca nama yang tertera di kartu nama. "Xia Lien, Orchid Galery!""Aku tidak mengenalnya, tapi ponsel ini ...!""Kalau begitu buang saja," Chu Qian hendak melempar kartu nama Xia Lien ke dalam tong sampah namun segera dihentikan Zhang Yuze."Tunggu! Berikan padaku!" Chu Qian menyerahkan kartu nama itu ke tangan Zhang Yuze. "Ponsel ini aku belikan untuk Nona Gu sebagai kompensasi, tapi hari ini dia mengembalikannya lagi. Apa sekretarisnya yang datang?" Chu Qian mengedikan bahunya. "Lupakan. Ayo, kita pulang!"Kedua pria tampan itu keluar dari kantor untuk pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukan pukul delapan lewat lima puluh dua menit, dan keadaan kantor cukup sepi sebab para karyawan sudah pulang. Hanya beberapa yang bekerja lembur untuk menyelesaikan perintah atasan mereka.Di mobil, Zhang Yuze terus memperhatikan kartu nama dan ponsel yang berada di tangannya. Dia tidak mengerti kenapa Gu Xi mengembalikan ponsel yang dibelikannya kemarin. Bukankah kemarin gadis itu marah ketika ponselnya rusak dan meminta ganti padanya? Lalu sekarang apa?"Xiao Qian, pulanglah dulu! Aku ada urusan," desis Zhang Yuze memerintah."Biar aku mengantarmu,""Enggak perlu! Aku tidak akan lama," tolak Yuze lalu beralih ke kursi kemudi.Chu Qian segera keluar dan pulang menaiki taksi, sedang Zhang Yuze melanjutkan perjalanan ke alamat yang tertera di kartu nama.Sesampainya di sana, ia mengamati nama galeri yang tertera besar di atas bangunan sederhana di hadapannya. Keadaan sudah cukup sepi tapi lampu dalam ruangan masih menyala.Terlihat dua orang gadis tengah sibuk membereskan sesuatu di dalam ruangan tersebut. Zhang Yuze pun melangkahkan kaki ke dalam galeri lukis tersebut dan berdiri memperhatikan seisi ruangan."Sedang apa kamu di sini, Nona Gu?" si pemilik nama menoleh. "Apa kamu kerja paruh waktu?" lanjut Zhang Yuze mengejek.Gu Xi menatap heran kepada pria tampan yang bertanya padanya itu. Dia tidak mengenali pria tersebut namun si pria bertingkah seolah saling mengenal sebelumnya. "Maaf, apa kita saling mengenal? Ku rasa aku baru melihatmu," ungkapnya.Gu Xi dan Zhang Yuze memang dijodohkan tapi mereka tidak pernah bertemu sekalipun bahkan melihat foto satu sama lain hingga keduanya tampak asing.Zhang Yuze mengabaikan perkataan Gu Xi yang asli dan menatap tajam gadis di belakangnya yang tampak gugup saat melihatnya di sana. Bahkan, gadis itu menarik ujung kemeja Gu Xi yang tak sadar akan sikapnya."Kita memang tidak saling mengenal, namun aku mengenal gadis di belakangmu. Benar 'kan, Nona Gu?!" tatapan tajam Zhang Yuze mengintimidasi hingga Xia Lien menundukkan kepala_gugup.Gu Xi tertawa mengejek. "Bagaimana kita tidak saling mengenal, tapi kamu tahu namaku? Apa__?" Gu Xi segera tersadar saat merasakan cubitan kecil di pinggangnya. "Aw," ia menoleh ke belakang lalu menatap kembali pria di hadapannya. "Zhang ... Yuze?""Kalian berdua membodohi ku?" suara dingin Zhang Yuze membuat bulu kuduk berdiri hingga kedua gadis itu tertunduk takut.Bersambung ...Sebaik-baiknya rahasia yang tersimpan pada akhirnya pasti akan ketahuan, seperti bangkai yang tercium baunya lalu ditemukan wujudnya.~Lien Machan~Bab 6~KemarahanXia Lien dan Gu Xi tertunduk saling meremat jari masing-masing di hadapan Zhang Yuze yang melipat kedua tangan di dada dengan tatapan tajamnya."Kalian pikir kebohongan ini tidak akan pernah terungkap?" nada bicara Zhang Yuze tetap dingin dan datar. Sikap cuek dan angkuhnya menambah horor suasana saat ini.Tak ada ucapan yang keluar dari mulut kedua gadis di hadapannya itu hingga membuatnya sangat marah sampai menggebrak meja. "Beraninya kalian mempermainkan Kakekku! Apa itu lucu?" sontak Xia Lien dan Gu Xi menggelengkan kepala bersamaan. "Lalu, untuk apa dia menggantikan kamu datang ke kencan buta kemarin? Apa untuk melihat seperti apakah diriku?" Zhang Yuze terus bertanya dengan nada kesal.Gu Xi lekas membuka suara. "Maafkan aku, Tuan Zhang! Sebenarnya, aku yang salah karena memaksanya untuk menggantikan aku. Aku tidak ingin dijodohkan, tapi Papa terus memaksa dengan alasan hubungan kerja sama." jelasnya sembari menundukkan waja
Bab 7~PermintaanTuan Zhang Bei berjalan terburu-buru dengan wajah cemas serta tongkat bantu di tangan kanan. Ia bergegas memasuki salah satu ruangan yang masih berada di area rumahnya. Tempat dengan dipenuhi alat kebugaran yang berjejer rapih di sana."Yuze!" tegurnya pada sang cucu yang tengah mengangkat beban berat untuk membentuk otot-otot bisepnya.Bukan Zhang Yuze yang menoleh, tetapi Chu Qian yang bergegas menghampiri setelah meletakkan alat olahraganya. "Iya, Pak Komisaris!"Tuan Zhang Bei melirik sinis, "ckk, kenapa bukan kamu saja yang menjadi pewaris kekayaanku?!" Chu Qian hanya menunduk dengan tangan terjuntai di bawah. "Xiao Qian, suruh dia istirahat untuk berbicara denganku! Rasanya tanganku gatal ingin melemparkan tongkat ini segera ke kepalanya," geramnya dengan gigi bergemelatuk."Bicara tentang apa sih, Kek? Aku bisa mendengarnya walaupun sedang berolahraga," cetus Zhang Yuze tanpa menoleh.Pria tua itu makin ge
Bab 8~Dokter SpesialisDi salah satu rumah sakit kota, terlihat seorang Dokter muda tengah serius memeriksa pasiennya. Dengan telaten Dokter tersebut memeriksa kondisi pasien yang sedang ditanganinya."Bagaimana kondisi kesehatanku, Dokter Xia? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bukan!" Pasien tersebut terlihat santai saat bertanya."Kondisi Anda saat ini sudah mulai membaik, hanya saja Anda harus tetap menjaga kesehatan! Di usia Anda ini sangat rentan dan sudah seharusnya beristirahat, Tuan Zhang. Untuk masalah pekerjaan, serahkan saja kepada yang muda. Bukankah cucu Anda sudah kembali?!" saran Dokter Xia.Tuan Zhang Bei mengangguk. "Saat ini aku sudah menyerahkan semua tanggung jawabku kepadanya, hanya saja hatiku masih gelisah." aku pria tua tersebut kepada Dokter Xia."Apa yang membuat Anda begitu khawatir, Tuan Zhang?"Tuan Zhang Bei menatap sayu Dokter Xia. "Aku ingin melihat cucuku menikah," sahutnya kemudian.He
Bab 9~Gaun PengantinButik Magnolia.Kaki jenjang milik Zhang Yuze terayun memasuki salah satu butik mewah diikuti Xia Lien yang setia mengekor dengan langkah lesu. Walaupun gadis di belakangnya terlihat tak bersemangat, namun Zhang Yuze tidak peduli sama sekali. Yang diinginkannya hanyalah memaksa gadis itu untuk menikah kontrak dengannya.Ya, mau tak mau Xia Lien tetap harus menikah dengannya, batin Zhang Yuze tertawa jahat.Tenang, bukan pernikahan sungguhan, melainkan pernikahan palsu untuk mengelabui kakeknya yang terus memaksa menjodohkan Yuze dengan gadis-gadis aneh pilihannya.Ewh, mereka terlihat norak, pikir Zhang Yuze malas ketika bertemu dengan gadis-gadis yang dijodohkan dengannya. Hanya Xia Lien yang terlihat berbeda. Gadis itu menampakkan sifat aslinya walaupun sedang menyamar menjadi Nona dari keluarga Gu. Itu yang disukai Zhang Yuze.Suka? Ckk, ayolah! Bukan rasa suka seperti yang kalian bayangkan. Zhang Yuze men
Bab 10~Bertemu KakekZhang Yuze terpesona ketika melihat Xia Lien mengenakan gaun seksi yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Gaun berwarna putih bersih memiliki belahan dada rendah dengan panjang bagian depan hanya di atas lutut hingga memperlihatkan kaki jenjangnya sungguh membuat Zhang Yuze bergairah.Netra elang itu tak berkedip sedikitpun ketika Xia Lien memutar tubuh meminta komentar dari Zhang Yuze.Astaga, bisa mati jika seperti ini."Yuze, bagus tidak?" Xia Lien tidak tahu jika sesuatu terjadi kepada pria arogan yang akan menjadi calon suami kontraknya. Bahkan gadis itu berjalan menghampiri lalu menundukkan tubuh karena yang diajak bicara tidak merespon. "Yuze, kamu tidak apa-apa?" Gundukan yang menonjol itu malah kian terlihat jelas oleh kedua mata Yuze sampai membuatnya semakin bungkam karena gugup. "Yuze!" serunya kesal.Zhang Yuze terperanjat karena tepukan Xia Lien mengenai keningnya. "Gadis kurang ajar. Berani sekali kamu mem
Bab 11~Restu Kakek"Xia Lien!" desis Zhang Yuze sembari mencengkram lengan gadis itu. "Ingat, kita sudah membicarakan ini sebelumnya!" tatapan tajam pria arogan itu tersirat sebuah ancaman.Kakek Zhang menghampiri sembari tersenyum mencemooh. "Kamu setuju untuk pergi? Bagus, gadis pintar. Baiklah, berapa total yang harus saya keluarkan untuk mengganti rugi semuanya?" tanyanya mengejek.Xia Lien mengangkat lima jari tangannya di depan wajah tanpa menyebutkan nominal uang membuat kakek Zhang menebaknya sendiri. Pria tua itu berdecak sebelum bicara, "Hanya lima juta? Atau lima puluh juta? Kamu akan mendapatkan sepuluh__" belum sempat kakek Zhang melanjutkan, Xia Lien sudah menyela."Hanya lima," gadis itu melipat satu persatu jari sembari menyebutkan kata-katanya. "Cinta, kasih sayang, kesetiaan, pengorbanan, dan juga kehormatan. Apakah Kakek bisa menggantinya?"Ketiga pria beda usia itu terdiam seketika mendengar ucapan Xia Lien, sedangkan
Bab 12~Mie RebusTok ... Tok ... TokSuara ketukan di pintu terdengar nyaring. Xia Long yang tengah menonton serial drama kesukaannya seketika mengalihkan atensi dari layar televisi ke arah pintu."Permisi!" kini terdengar suara seorang pria dari luar membuat Xia Long penasaran. Pasalnya, selama ini tidak pernah ada yang berkunjung ke rumahnya di waktu petang.Mungkinkah seseorang yang membutuhkan pertolongan?Gegas tungkai jenjangnya itu terayun menuju pintu. Dibukanya pintu sesegera mungkin karena tamu yang berkunjung ternyata tidak sabar ingin bertemu. "Ya, cari siapa?" bertanya penasaran ketika pintu terbuka dan menampakan seorang pria muda dengan kacamata.Penampilannya sangat sopan. Dia terlihat tampan walaupun rambutnya sedikit berantakan karena tertiup angin. "Maaf, apa benar ini rumah Nona Xia?"Xia Long lekas mengangguk. "Benar. Tapi, Anda ini siapa? Kenapa mencari adik saya?""Oh, Anda Kakaknya Nona X
Bab 13~Pertemuan KeluargaSensasi luar biasa dirasakan di mulut saat kuah mie panas tersebut masuk. Matanya berbinar seiring gerakan menyendok lagi dan lagi. "Kenapa kamu menyembunyikan makanan enak ini dariku? Seharusnya kamu menyuguhkannya sedari tadi," desisnya dengan mulut penuh.Xia Lien menatap tak percaya. Gadis itu bertanya-tanya dalam hati, apakah Zhang Yuze benar-benar belum pernah makan mie instan sebelumnya? Bukankah banyak pedagang yang menjual mie rebus maupun mie goreng? Bukankah dia pemilik perusahaan makanan terbesar di Asia? Mengapa dia terlihat antusias saat mencicipinya?Oh, ayolah! Pertanyaan-pertanyaan itu ingin sekali segera dilontarkan Xia Lien kepada pria di hadapannya yang sedang bersemangat melahap mie rebus buatannya.Saat sedang memperhatikan Zhang Yuze, tiba-tiba pria itu malah merebut mangkuk berisi mie yang sedang disantap Xia Lien. "Hei!" serunya tak dihiraukan. Pria menyebalkan itu malah sengaja menghabiskan makan