Share

Bab 6

Sambil terus menatap majalah yang ada di tangannya. "Mau kemana kamu, Mas." 

"Aku mau ke paviliun sebentar. Aku khawatir dengan keadaan Yuli, lagipula siapa tahu dia membutuhkanku," jawab Niko sambil berjalan ke arah pintu. 

"Kamu tidak boleh kesana." Rani menutup majalahnya dan menoleh ke arah sang suami. 

Niko yang berjalan ke arah pintu seketika berhenti setelah mendengar ucapan wanita yang ada di belakangnya. Sesaat dia terlihat menarik nafas dalam-dalam. Sebelum akhirnya menoleh ke arah Rani yang sudah berdiri di belakangnya. 

"Apa kamu lupa kalau Yuli itu sedang hamil muda, siapa tahu malam ini dia sedang merasa tidak nyaman." Niko mencoba memberi penjelasan pada sang istri. 

Sambil tersenyum kecil. "Aku tahu. Kamu tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja. Lagipula bukankah kita sudah membawanya ke Dokter, jadi dengan begitu dia sudah mendapatkan vitamin." 

"Rani! Bisa tidak kamu memikirkan keadaan orang lain sedikit saja," bentak Niko sambil mendekat ke arah sang istri. 

"Jika aku tidak memikirkan orang lain mungkin sampai sekarang kamu dan ibumu masih tinggal di jalanan, atau bisa saja aku tidak mengizinkanmu melakukan poligami," jawab Rani sambil melipat tangannya. 

"Selalu saja hal itu yang kamu ungkit." Niko langsung melangkahkan kakinya keluar kamar. 

Rani yang melihat sang suami keluar hanya bisa memandangnya dengan kesal. Dia sadar apa yang dilakukannya ini hanya membuatnya menderita dan selalu hidup dalam kecemburuan. Terlebih kondisi Yuli yang saat ini berbadan dua membuatnya takut kehilangan sang suami. 

"Kenapa selalu harta yang menjadi alasannya untuk menahanku," ucap Niko sambil duduk di sebuah kursi yang ada di taman belakang. 

Sesaat Niko memandang ke arah langit malam. Bintang yang bertaburan di langit serta bulan yang bersinar terang membuatnya merasa sedikit nyaman. Hingga tiba-tiba dia teringat akan kejadian dimana dia dan Rani bertemu. 

Niko adalah seorang pemuda dari kampung terpecil yang ada di Jawa Barat. Saat itu Niko yang masih berusia 32 tahun hanyalah seorang pengangguran. Hingga suatu hari ada sebuah acara musik di kampung Niko. 

Acara tersebut dihadiri oleh beberapa band dan penyanyi terkenal. Termasuk Rani yang bertugas sebagai pembawa acara. Hampir 3 jam acara itu berlangsung dengan sangat meriah. 

Hingga tanpa terasa acara pun berakhir. Dengan segera Rani yang masih memiliki banyak acara langsung berjalan ke arah mobilnya. Tetapi belum juga dia sampai di mobil tiba-tiba dia terkejut saat ponselnya di rampas oleh orang tidak terkenal. 

Rani yang terkejut langsung berteriak meminta tolong. Suasana seketika riuh karena teriakan bintang terkenal itu. Beberapa aparat keamana dan warga berusaha mengejar pencuri itu termasuk Niko.

 Setelah cukup lama akhirnya Niko berhasil mendapatkan ponsel tersebut. Kejadian itulah yang akhirnya membuat Niko dan Rani memiliki hubungan spesial. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah. 

"Ini untukmu." Tiba-tiba terlihat sebuah tangan menyodorkan cangkir ke arah Niko. 

Sambil menoleh ke arah suara. "Yuli! Kamu belum tidur."

Yuli hanya tersenyum mendengat pertanyaan pria itu. Perlahan dia mulai duduk di samping sang suami. Sementara itu Niko yang ada di sampingnya mulai meminum kopi yang ia berikan. 

"Enak. Sudah lama aku tidak merasakan kopi buatan istriku, selama ini Rani hanya sibuk dengan kegiatannya hingga membuatnya lupa dengan kewajibannya," batin Niko sambil tersenyum ke arah Yuli. 

"Kamu kenapa. Mas? Aku lihat sejak tadi kamu melamun disini, apa ada masalah di cafe?" tanya Yuli sambil memandang sang suami dengan lembut. 

"Tidak. Aku hanya sedikit kelelahan, mungkin karena di cafe sedang banyak pengeluaran," jawab Niko sambil memandang wajah Yuli. 

Cukup lama mereka berbincang-bincang di taman. Niko yang selama ini tidak pernah tertawa lepas kini terlihat bahagia saat bersama Yuli. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. 

***

"Sepertinya mereka baru saja menikmati malam panas," batin Rani sambil melirik ke arah Niko dan Yuli secara bergantian. 

Setelah menyiapkan makanan di meja makan. Yuli langsung berjalan ke arah dapur. Namun, dengan segera Niko memegang tangan Yuli hingga membuatnya terkejut. 

"Kamu mau kemana? Cepat duduk dan nikmati sarapanmu!" perintah Niko sambil menoleh ke arah istri keduanya. 

"Tapi, Mas … ." 

"Duduk." Niko menjawab dengan singkat. 

Rani yang sejak tadi duduk di dekat suaminya. Tiba-tiba melemparkan sendok yang ada di tangannya ke meja. Hingga membuat semua orang yang ada di tempat itu terkejut. 

"Rani." Lina langsung menoleh ke arah menantunya. 

"Mas, kenapa kamu meminta wanita ini duduk bersama kita?" tanya Rani dengan ketus. 

"Memangnya kenapa, bukankah sekarang dia adalah istriku juga. Jadi sudah sewajarnya dia duduk disini bersama kita," jawab Niko sambil bersandar di kursi. 

"Dia memang istrimu, tapi hanya sebatas istri bayaran tidak lebih. Dan asal kamu tahu, rumah ini adalah milikku jadi aku yang berhak mengatur semua orang yang ada disini!" bentak Rani sambil berdiri dari tempat duduknya. 

"Rani! Memang apa salahnya dia … ." 

Sambil memegang tangan Niko. "Mas, tidak apa-apa. Aku makan di dapur saja." 

"Baguslah kalau kamu tahu diri," ucap Lina sambi memandang Yuli dengan sinis. 

"Ibu!" bentak Niko yang langsung menoleh ke arah Lina. 

Sambil berdiri. "Kenapa? Apa kamu tidak terima." 

"Aku minta kamu jaga sikapmu pada pembantu itu, jika tidak segan-segan mengembalikan kalian di jalanan," ancam Rani sambil menunjuk ke arah Lina dan Niko secara bergantian. 

Rani yang sudah dibutakan dengan emosinya langsung berjalan keluar rumah. Sementara itu Lina yang ketakutan dengan ancaman sang menantu langsung mendekati Niko. Dia meminta Niko untuk menjaga sikapnya saat berhadapan dengan Rani, dan tidak memiliki perasaan apapun pada pembantunya. 

"Sudahlah, Bu. Sampai kapan kita harus hidup ketakutan seperti ini, lagi pula selama ini kita sudah terbiasa susah. Jadi apalagi yang harus kita takutkan," ucap Niko dengan tenang. 

"Justru karena kita pernah susah jadi Ibu tidak mau kembali merasakannya lagi. Pokoknya Ibu tidak mau tahu, kamu harus segera menceraikan wanita itu setelah dia melahirkan!" perintah Lina dengan sorot mata yang tajam. 

"Aku tidak tahu," jawab Niko yang langsung berjalan meninggalkan meja makan. 

*** 

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Kehamilan Yuli sudah memasuki usia 5 bulan. Perut yang rata kini mulai terlihat membuncit. 

Kondisi perut yang semakin membesar membuatnya kesulitan untuk melakukan tugasnya sebagai asisten rumah tangga. Hampir setiap hari ada saja kesalahan yang dilakukannya. Hingga membuat Lina dan Rani marah padanya. 

Namun, berbeda dengan Niko yang kini semakin memperhatikan istri keduanya itu. Dia lebih sering menghabiskan waktu berbincang dengan Yuli walaupun sebentar. Dan itu dia lakukan saat Rani sudah tertidur pulas.

"Yuli. Yuli!" teriak Rani yang saat itu baru saja pulang. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status