Sambil terus menatap majalah yang ada di tangannya. "Mau kemana kamu, Mas."
"Aku mau ke paviliun sebentar. Aku khawatir dengan keadaan Yuli, lagipula siapa tahu dia membutuhkanku," jawab Niko sambil berjalan ke arah pintu.
"Kamu tidak boleh kesana." Rani menutup majalahnya dan menoleh ke arah sang suami.
Niko yang berjalan ke arah pintu seketika berhenti setelah mendengar ucapan wanita yang ada di belakangnya. Sesaat dia terlihat menarik nafas dalam-dalam. Sebelum akhirnya menoleh ke arah Rani yang sudah berdiri di belakangnya.
"Apa kamu lupa kalau Yuli itu sedang hamil muda, siapa tahu malam ini dia sedang merasa tidak nyaman." Niko mencoba memberi penjelasan pada sang istri.
Sambil tersenyum kecil. "Aku tahu. Kamu tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja. Lagipula bukankah kita sudah membawanya ke Dokter, jadi dengan begitu dia sudah mendapatkan vitamin."
"Rani! Bisa tidak kamu memikirkan keadaan orang lain sedikit saja," bentak Niko sambil mendekat ke arah sang istri.
"Jika aku tidak memikirkan orang lain mungkin sampai sekarang kamu dan ibumu masih tinggal di jalanan, atau bisa saja aku tidak mengizinkanmu melakukan poligami," jawab Rani sambil melipat tangannya.
"Selalu saja hal itu yang kamu ungkit." Niko langsung melangkahkan kakinya keluar kamar.
Rani yang melihat sang suami keluar hanya bisa memandangnya dengan kesal. Dia sadar apa yang dilakukannya ini hanya membuatnya menderita dan selalu hidup dalam kecemburuan. Terlebih kondisi Yuli yang saat ini berbadan dua membuatnya takut kehilangan sang suami.
"Kenapa selalu harta yang menjadi alasannya untuk menahanku," ucap Niko sambil duduk di sebuah kursi yang ada di taman belakang.
Sesaat Niko memandang ke arah langit malam. Bintang yang bertaburan di langit serta bulan yang bersinar terang membuatnya merasa sedikit nyaman. Hingga tiba-tiba dia teringat akan kejadian dimana dia dan Rani bertemu.
Niko adalah seorang pemuda dari kampung terpecil yang ada di Jawa Barat. Saat itu Niko yang masih berusia 32 tahun hanyalah seorang pengangguran. Hingga suatu hari ada sebuah acara musik di kampung Niko.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa band dan penyanyi terkenal. Termasuk Rani yang bertugas sebagai pembawa acara. Hampir 3 jam acara itu berlangsung dengan sangat meriah.
Hingga tanpa terasa acara pun berakhir. Dengan segera Rani yang masih memiliki banyak acara langsung berjalan ke arah mobilnya. Tetapi belum juga dia sampai di mobil tiba-tiba dia terkejut saat ponselnya di rampas oleh orang tidak terkenal.
Rani yang terkejut langsung berteriak meminta tolong. Suasana seketika riuh karena teriakan bintang terkenal itu. Beberapa aparat keamana dan warga berusaha mengejar pencuri itu termasuk Niko.
Setelah cukup lama akhirnya Niko berhasil mendapatkan ponsel tersebut. Kejadian itulah yang akhirnya membuat Niko dan Rani memiliki hubungan spesial. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.
"Ini untukmu." Tiba-tiba terlihat sebuah tangan menyodorkan cangkir ke arah Niko.
Sambil menoleh ke arah suara. "Yuli! Kamu belum tidur."
Yuli hanya tersenyum mendengat pertanyaan pria itu. Perlahan dia mulai duduk di samping sang suami. Sementara itu Niko yang ada di sampingnya mulai meminum kopi yang ia berikan.
"Enak. Sudah lama aku tidak merasakan kopi buatan istriku, selama ini Rani hanya sibuk dengan kegiatannya hingga membuatnya lupa dengan kewajibannya," batin Niko sambil tersenyum ke arah Yuli.
"Kamu kenapa. Mas? Aku lihat sejak tadi kamu melamun disini, apa ada masalah di cafe?" tanya Yuli sambil memandang sang suami dengan lembut.
"Tidak. Aku hanya sedikit kelelahan, mungkin karena di cafe sedang banyak pengeluaran," jawab Niko sambil memandang wajah Yuli.
Cukup lama mereka berbincang-bincang di taman. Niko yang selama ini tidak pernah tertawa lepas kini terlihat bahagia saat bersama Yuli. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
***
"Sepertinya mereka baru saja menikmati malam panas," batin Rani sambil melirik ke arah Niko dan Yuli secara bergantian.
Setelah menyiapkan makanan di meja makan. Yuli langsung berjalan ke arah dapur. Namun, dengan segera Niko memegang tangan Yuli hingga membuatnya terkejut.
"Kamu mau kemana? Cepat duduk dan nikmati sarapanmu!" perintah Niko sambil menoleh ke arah istri keduanya.
"Tapi, Mas … ."
"Duduk." Niko menjawab dengan singkat.
Rani yang sejak tadi duduk di dekat suaminya. Tiba-tiba melemparkan sendok yang ada di tangannya ke meja. Hingga membuat semua orang yang ada di tempat itu terkejut.
"Rani." Lina langsung menoleh ke arah menantunya.
"Mas, kenapa kamu meminta wanita ini duduk bersama kita?" tanya Rani dengan ketus.
"Memangnya kenapa, bukankah sekarang dia adalah istriku juga. Jadi sudah sewajarnya dia duduk disini bersama kita," jawab Niko sambil bersandar di kursi.
"Dia memang istrimu, tapi hanya sebatas istri bayaran tidak lebih. Dan asal kamu tahu, rumah ini adalah milikku jadi aku yang berhak mengatur semua orang yang ada disini!" bentak Rani sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Rani! Memang apa salahnya dia … ."
Sambil memegang tangan Niko. "Mas, tidak apa-apa. Aku makan di dapur saja."
"Baguslah kalau kamu tahu diri," ucap Lina sambi memandang Yuli dengan sinis.
"Ibu!" bentak Niko yang langsung menoleh ke arah Lina.
Sambil berdiri. "Kenapa? Apa kamu tidak terima."
"Aku minta kamu jaga sikapmu pada pembantu itu, jika tidak segan-segan mengembalikan kalian di jalanan," ancam Rani sambil menunjuk ke arah Lina dan Niko secara bergantian.
Rani yang sudah dibutakan dengan emosinya langsung berjalan keluar rumah. Sementara itu Lina yang ketakutan dengan ancaman sang menantu langsung mendekati Niko. Dia meminta Niko untuk menjaga sikapnya saat berhadapan dengan Rani, dan tidak memiliki perasaan apapun pada pembantunya.
"Sudahlah, Bu. Sampai kapan kita harus hidup ketakutan seperti ini, lagi pula selama ini kita sudah terbiasa susah. Jadi apalagi yang harus kita takutkan," ucap Niko dengan tenang.
"Justru karena kita pernah susah jadi Ibu tidak mau kembali merasakannya lagi. Pokoknya Ibu tidak mau tahu, kamu harus segera menceraikan wanita itu setelah dia melahirkan!" perintah Lina dengan sorot mata yang tajam.
"Aku tidak tahu," jawab Niko yang langsung berjalan meninggalkan meja makan.
***
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Kehamilan Yuli sudah memasuki usia 5 bulan. Perut yang rata kini mulai terlihat membuncit.
Kondisi perut yang semakin membesar membuatnya kesulitan untuk melakukan tugasnya sebagai asisten rumah tangga. Hampir setiap hari ada saja kesalahan yang dilakukannya. Hingga membuat Lina dan Rani marah padanya.
Namun, berbeda dengan Niko yang kini semakin memperhatikan istri keduanya itu. Dia lebih sering menghabiskan waktu berbincang dengan Yuli walaupun sebentar. Dan itu dia lakukan saat Rani sudah tertidur pulas.
"Yuli. Yuli!" teriak Rani yang saat itu baru saja pulang.
Sambil melemparkan kantong plastik ke arah Yuli. "Ini untukmu."Yuli yang penasaran langsung melihat isi dalam kantong tersebut. Terlihat beberapa buah-buahan dan beberapa kardus susu untuk ibu hamil. Melihat barang-barang itu Yuli langsung menoleh ke arah Rani yang berdiri di hadapannya."Ini untuk saya. Mbak?" tanya Yuli dengan penasaran."Kamu tidak lihat itu susu hamil, jika bukan buatmu lalu buat siapa lagi," jawab Rani dengan ketus sambil duduk di sofa."Alhamdulillah." Yuli terlihat bahagia."Kamu jangan bahagia dulu, aku memberi barang-barang itu bukan karena aku peduli padamu. Aku hanya tidak mau anak itu lahir cacat,"
Pagi ini semua sudah berkumpul di meja makan. Termasuk Rani dan Niko yang baru saja menikmati sarapan mereka. Setelah mengusap mulutnya, Rani segera memanggil Yuli yang sedang berada di dapur."Yuli! Yuli." Rani berteriak dengan keras.Sambil meletakkan gelas di atas meja. "Apa kamu tidak bisa memanggilnya dengan lembut.""Yuli. Yuli!" teriak Rani seolah tidak mempedulikan ucapan sang suami.Sambil berlari dengan teburu-buru. "Iya. Mbak, apa ada yang bisa saya bantu.""Ini upahmu bulan ini," ucap Rani sambil menyerahkan sebuah amplop coklat."Alhamdulillah, terim
Rani yang sudah berdiri di ruang tamu terlihat terkejut saat melihat sosok yang ada di hadapannya. Sosok yang sangat dikenalnya selama ini. Dengan segera ia pun langsung berjalan ke arah wanita itu."Yuli. Mau kemana kamu membawa tas seperti itu?" tanya Rani sambil berjalan ke arah Yuli."Sa-saya. Ehm … ."Sambil langsung mencengkram lengan Yuli. "Kamu pasti mau kabur dari rumah ini 'kan."Yuli yang ketakutan hanya bisa menunduk tanpa berani menatap mata wanita itu. Rani yang sudah tidak dapat menahan emosinya. Langsung menyeret Yuli ke arah paviliun."Ampun. Mbak! Saya tidak bermaksud kabur, saya hanya ingin menjenguk I
"Darimana saja kamu. Mas?" tanya Rani saat melihat Niko yang baru saja masuk."Dari Cafe, memang mau darimana lagi." Niko terus berjalan masuk ke dalam rumah."Pembantu sialan itu sudah pergi dari rumah ini. Dan semua ini gara-gara ibumu yang tidak becus ini!" bentak Rani sambil menunjuk ke arah Lina."Jika kamu tahu ibuku tidak becus, lalu kenapa kamu memintanya menjaga Yuli. Kenapa bukan kamu sendiri saja yang menjaganya," jawab sang suami sambil menoleh ke arahnya."Mas! Aku serius, Yuli sudah kabur dari rumah ini. Dan dia membawa anak kita!" bentak wanita itu sambil berjalan ke arah Niko."Anak kita, sejak kapan kamu membia
"Kenapa makanan belum ada di meja makan," ucap Rani yang baru saja sampai di meja makan.Sejak kepergian Yuli beberapa minggu yang lalu Lina menggantikan semua tugas rumah tangga. Namun, kali ini ada yang berbeda. Lina yang biasanya sudah menyiapkan sarapan sejak pagi kini belum terlihat sama sekali."Ibu. Ibu!" teriak Rani sambil terus melihat ke arah meja yang ada di depannya."Iya. Nak! Ada apa?" jawab Lina sambil terlihat berlari ke arah sang menantu."Ada apa? Ibu tidak melihat jika di meja ini tidak ada makanan! Apa Ibu lupa jika hari ini aku ada kegiatan pagi," bentak Rani sambil bertolak pinggang."Maafkan Ibu. Nak, har
"Milik siapa ini. Mas?" tanya Rani sambil memperlihatkan sebuah lipstik yang ada di tangannya."Lipstik itu! Bagaimana bisa benda itu jatuh di koperku," batin Niko yang terlihat terkejut."Kenapa kamu diam. Aku tanya sekali lagi, lipstik siapa ini?" tanya Rani sambil berjalan ke arah sang suami."I-itu lipstik untukmu, aku sengaja membelinya saat pulang tadi." Niko terlihat gugup."Untukku, tapi kenapa kamu terlihat gugup saat aku menanyakan hal itu. Apa jangan-jangan kamu …."Sambil memegang tangan Rani. "Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku gugup karena aku heran bagaimana bisa kamu menemukan barang itu dengan muda
Malam ini Niko dan Rani sedang menikmati malam berdua di dalam kamar. Suasana yang biasa terasa dingin, kini terlihat mulai mencair. Rani yang malam itu terlihat begitu cantik dengan lingerie merahnya langsung berbaring di sebelah Niko.Sambil memeluk tangan sang suami. "Sayang, selama ini aku selalu memintamu untuk tidak menyentuhku. Bagaimana kalau malam ini kita nikmati malam indah kita.""Sepertinya tidak bisa, karena malam ini aku harus bersiap-siap untuk ke Surabaya besok pagi," jawab Niko sambil melepaskan tangan sang istri."Apa tidak bisa kamu mempersiapkannya besok pagi, lagi pula selama ini kita sudah jarang bersama." Rani terlihat memandang Niko dengan kesal."Tidak bisa, Sayang.
Yuli yang merasa sangat mengenal suara itu langsung menoleh ke arah suara. Ia terlihat terkejut saat melihat Rani sudah berdiri di antara para warga. Wajah bintang terkenal itu terlihat begitu sedih."Mbak Rani!" ucap Yuli yang terlihat terkejut."Kenapa? Apa kamu terkejut melihat kehadiranku disini, kamu pikir aku akan diam saja saat kamu merebut suamiku!" bentak Rani sambil menatap Yuli dengan tajam."Tapi. Mbak! Bukankah Mbak Rani sendiri yang memintaku untuk menjadi istri kedua Mas Niko." Yuli terlihat berdiri dari tempat duduknya.Mendengar ucapan Yuli beberapa orang yang ada di tempat itu terlihat kebingungan. Mereka terlihat bingung antara siapa yang benar dan salah. Ucapan Yuli ataukah si b
"Yuli! Yuli," panggil Niko sambil mengetuk pintu."Ria! Alhamdulillah, akhirnya kamu pulang. Nak." Yuli langsung mengambil Ria dari gendongan sang suami."Yuli. Aku minta maaf karena sudah meninggalkanmu dan memisahkanmu dari Ria," ucap Niko dengan wajah ragu."Aku sudah memaafkanmu, terima kasih kamu sudah mau mengembalikan Ria." Yuli hanya memandang Niko dengan datar."Kalau begitu apa masih ada kesempatan untuk kita kembali bersama?" tanya Niko dengan penuh harap.Sambil tersenyum. "Aku memang sudah memaafkanmu, tapi untuk kembali padamu … maaf, aku tidak bisa."
"Mbak Rani! Cepat kembalikan putriku," teriak Yuli. "Mas Niko cepat keluar, jangan jadi pria pengecut yang hanya bisa bersembunyi di belakang kekayaan istrimu."Berkali-kali Yuli berteriak di depan rumah artis terkenal itu. Apa yang dilakukan Yuli tentu menyorot perhatian dari beberapa orang yang ada disekitar rumah itu. Tidak berapa lama beberapa orang mendekatinya sambil membawa sebuah kamera di tangannya."Kalau boleh tahu, apa yang anda lakukan disini? Kenapa anda berteriak di depan rumah Rani." Seorang pria bertubuh jakung bertanya sambil menyodorkan sebuah mikrofon."Sepertinya mereka adalah seorang Wartawan. Aku bisa menggunakan cara ini untuk mendapatkan putriku kembali," batin Yuli yang terlihat terkejut.
"Mas, apa hari ini kamu akan pergi untuk mencari pekerjaan?" tanya Yuli sambil menggendong Ria."Sepertinya begitu, karena kalau aku tidak segera mendapatkan pekerjaan bagaimana kita bisa membayar sewa rumah ini." Niko terlihat menyisir rambutnya yang basah.Sambil duduk di tempat tidur. "Mas, kemarin Bu Tejo ke rumah. Dan dia bilang saat ini lapak sayurnya membutuhkan tukang untuk mengangkut sayuran ke truk, bagaimana kalau kamu menerima tawaran Bu Tejo.""Maksudmu bekerja sebagai kuli panggul?" jawab Niko yang langsung menoleh ke arah sang istri."Untuk sementara, kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik kamu bisa berhenti," jelas Yuli sambil memegang tangan sang suami.
"Ibu. Ibu mau kemana?" tanya Yuli yang baru saja keluar dari dapur."Ibu, Ibu. Eh ingat ya, sampai kapanpun aku tidak akan mengakuimu sebagai menantu! Jadi jangan pernah memanggilku dengan sebutan Ibu. Lagi pula kemana pun aku pergi itu bukan urusanmu!" bentak Lina sambil melebarkan matanya."Maaf, Bu. Eh maksud saya, Nyonya. Mas Niko hanya berpesan untuk menjaga Nyonya sampai dia kembali," jawab Yuli dengan gugup."Kamu pikir aku anak kecil yang harus diawasi 24 jam! Sudah lebih baik kau urusi saja dirimu, aku bisa menjaga diriku sendiri." Lina memandang Yuli dengan penuh kebencian.Sambil berjalan ke arah Yuli dan Lina. "Katanya bukan anak kecil, tapi kelakuan masih seperti bayi! Eh, Nyonya
Beberapa saat perempuan paruh baya itu terlihat berpikir. Hingga akhirnya dia menerima ajakan sang putra. Dengan ragu dia mulai berjalan ke rumah yang ada di pojokan jalan."Mari. Bu, silahkan diminum tehnya."Yuli meletakkan secangkir diatas meja.Lina yang begitu sangat membenci Yuli justru memalingkan wajahnya saat melihat kehadiran menantu keduanya. Terlihat jelas jika dalam hati Lina masih belum bisa menerima kenyataan jika kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang sempit. Sementara itu Niko terlihat menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang ibu."Diminum dulu, Bu. Kasihan Yuli sudah capek membuatkan teh itu untuk Ibu!" perintah Niko dengan lembut."Ibu tidak akan minum teh itu,
Yuli yang merasa sangat mengenal suara itu langsung menoleh ke arah suara. Ia terlihat terkejut saat melihat Rani sudah berdiri di antara para warga. Wajah bintang terkenal itu terlihat begitu sedih."Mbak Rani!" ucap Yuli yang terlihat terkejut."Kenapa? Apa kamu terkejut melihat kehadiranku disini, kamu pikir aku akan diam saja saat kamu merebut suamiku!" bentak Rani sambil menatap Yuli dengan tajam."Tapi. Mbak! Bukankah Mbak Rani sendiri yang memintaku untuk menjadi istri kedua Mas Niko." Yuli terlihat berdiri dari tempat duduknya.Mendengar ucapan Yuli beberapa orang yang ada di tempat itu terlihat kebingungan. Mereka terlihat bingung antara siapa yang benar dan salah. Ucapan Yuli ataukah si b
Malam ini Niko dan Rani sedang menikmati malam berdua di dalam kamar. Suasana yang biasa terasa dingin, kini terlihat mulai mencair. Rani yang malam itu terlihat begitu cantik dengan lingerie merahnya langsung berbaring di sebelah Niko.Sambil memeluk tangan sang suami. "Sayang, selama ini aku selalu memintamu untuk tidak menyentuhku. Bagaimana kalau malam ini kita nikmati malam indah kita.""Sepertinya tidak bisa, karena malam ini aku harus bersiap-siap untuk ke Surabaya besok pagi," jawab Niko sambil melepaskan tangan sang istri."Apa tidak bisa kamu mempersiapkannya besok pagi, lagi pula selama ini kita sudah jarang bersama." Rani terlihat memandang Niko dengan kesal."Tidak bisa, Sayang.
"Milik siapa ini. Mas?" tanya Rani sambil memperlihatkan sebuah lipstik yang ada di tangannya."Lipstik itu! Bagaimana bisa benda itu jatuh di koperku," batin Niko yang terlihat terkejut."Kenapa kamu diam. Aku tanya sekali lagi, lipstik siapa ini?" tanya Rani sambil berjalan ke arah sang suami."I-itu lipstik untukmu, aku sengaja membelinya saat pulang tadi." Niko terlihat gugup."Untukku, tapi kenapa kamu terlihat gugup saat aku menanyakan hal itu. Apa jangan-jangan kamu …."Sambil memegang tangan Rani. "Sudah jangan berpikiran macam-macam, aku gugup karena aku heran bagaimana bisa kamu menemukan barang itu dengan muda
"Kenapa makanan belum ada di meja makan," ucap Rani yang baru saja sampai di meja makan.Sejak kepergian Yuli beberapa minggu yang lalu Lina menggantikan semua tugas rumah tangga. Namun, kali ini ada yang berbeda. Lina yang biasanya sudah menyiapkan sarapan sejak pagi kini belum terlihat sama sekali."Ibu. Ibu!" teriak Rani sambil terus melihat ke arah meja yang ada di depannya."Iya. Nak! Ada apa?" jawab Lina sambil terlihat berlari ke arah sang menantu."Ada apa? Ibu tidak melihat jika di meja ini tidak ada makanan! Apa Ibu lupa jika hari ini aku ada kegiatan pagi," bentak Rani sambil bertolak pinggang."Maafkan Ibu. Nak, har