Dimas melihat arloji yang melingkar ditangan kirinya yang sudah menunjuk diangka 21.45 wib."Yuk balik!" Ajaknya pada Nayla.
Nayla mengangguk lalu ikut berdiri.
"Yaah ... kok buru-buru sih Kak? Aku belum kebagian perform lho," ucap salah satu dari anak-anak pengamen yang sedari tadi selalu keduluan temannya dengan mengerucutkan bibir.
"Maaf ya, Kakak sebentar lagi ada jadwal siaran, lain kali Kakak ikutan kumpul lagi," ucap Dimas. Merasa tak enak hati pada anak yang tadi.
"Oh." Itu yang keluar dari mulut semua.
"Sekali lagi maaf ya? Udah mepet banget waktunya, lain kali Kakak bakal ngajak kalian kumpul, tapi entah kapannya ditunggu aja."
Anak yang tadi nambah mengerucutkan bibir, membuat Dimas dan Nayla tersenyum geli serta kasihan. Seandainya hari ini ia tidak ada jadwal siaran serta bertepatan dengan hari libur Nayla pasti tidak akan kemalaman saat mengajak Nayla berbagi dengan mereka.
Setelah Dimas selesai menyanyikan lagu kesukaan Nayla juga dirinya. Lagu yang mewakili perasaannya selama ini karena telah menemukan cinta sejati pada pandangan pertamanya. Tadi memang beberapa dari para pengamen itu bergilir menyanyikan lagu yang mereka sukai dengan canda juga tawa bahagia mereka.
"Jangan manyun begitu, jelek tau. Nanti nggak ada cewek yang naksir sama kamu jika ngeliat bibir manyunmu itu, ucap Nayla berusaha menghibur dengan mendekati anak itu.
Setelah mendengar ucapan Nayla anak yang tadi langsung berubah sumringah saat melihat senyuman manisnya. Ada yang entahlah setelah mendengar juga melihat dengan jarak sedekat itu, terasa nemanas kedua telingnya. Kalau seandainya kulit wajahnya putih, terlihat jelas kedua pipinya yang merona.
"Kamu manis, cantik." Bagaikan terhipnotis, masih dengan melihat ke arah Nayla yang berdiri tepat di depannya tanpa sadar mulutnya mengucapkan 3 kata itu.
"Huuh ...." Kompak yang lainnya bersorak, sembari ada beberapa yang menoyor pelan kepala anak ramaja itu.
"Dia memang manis, spesial juga di hatiku. Kakak balik dulu kapan-kapan kalau ada waktu senggang kita kumpul lagi." Tangannya menarik tangan Nayla lalu menggenggamnya dan segera beranjak pergi.
****
"Maaf ya Yank, hanya seperti ini yang bisa aku kasih di hari jadi kita, tadinya mau kuajak ke tempat yang sedikit romantis tapi setelah aku pikir-pikir lagi pasti Nayang ndak akan mau," ucap Dimas setelah menghentikan motor di trotoar depan toko Accesories Collection, masih dengan duduk di atas motor.
Dimas memutar sedikit badannya lalu meraih kedua tangan Nayla dan menggenggam jemarinya, memejamkan mata menyalurkan rasa bahagia serta cintanya pada pacar manisnya.
"Kenapa mesti minta maaf sih Kak, itu aja sudah cukup buat aku, yang penting rasa di sini masih sama." Jemari tangan kanannya yang masih digenggam Dimas ia tarik lalu telunjuknya menunjuk ke dada Dimas dengan tersenyum manis.
Dimas melihat ke manik coklat Nayla yang mengisyaratkan kejujuran serta tulus apa adanya. Diraihnya lagi jemari Nayla yang masih menunjuk di dadanya dalam genggaman lalu dikecupnya pelan dengan penuh cinta.
"Kapan ya yank, bisa sedikit lebih lama saat bersama?" keluhnya masih dengan menggenggam jemari Nayla.
"Kalau sudah waktunya pasti akan selalu bersama Kak."
"Aku penginnya dihari bahagia ini kita lebih lama saat bersama Nayang." Masih saja mengeluh.
"Udah ah Kak, katanya ada jadwal siaran? tinggal sepuluh menit lho Kak, nanti telat."
"Iya Nayangku, aku tau." Kembali mengecup jemari Nayla yang masih dalam genggamannya.
"Aku balik ke tempat siaran ya yank? Jangan terlalu kangen, nanti jangan lupa dengerin pacar gantengmu lagi siaran."
Nayla hanya tersenyum, merasa sangat bahagia, bertambah hari bertambah pula perhatian Dimas padanya, cinta serta ketulusan yang Dimas berikan pun makin bertambah. Dirinya pun sama makin kesini cinta dan kepercayaannya pada Dimas juga makin bertambah.
Setelah Dimas berlalu Nayla pun ikut berlalu masuk, senyum manis dibibirnya terus merekah menghiasi wajah ayu yang selalu nampak ceria itu.
"Habis dari mana Na?" sapa seseorang yang sedari tadi berdiri sembari bersandar pada dinding bagian samping toko.
"Astagfirullah Mas! ngagetin deh." Mengelus-elus dada dan mengatur nafas, benar-benar terkejut.
"Hehehe maaf, kelihatannya senang sekali habis dari mana sama Kakak sepupumu?"
"Habis ditraktir makan, Mas Faiz ngapain sendirian disini?"
'Nungguin kamu Na,' batinnya. "Cari angin," kata Faiz dengan tersenyum.
"Owh, duluan ya Mas." Lalu beranjak melangkah masuk lewat pintu samping khusus karyawan.
"Sepertinya kalian berdua punya hubungan khusus, kalau hanya sebatas saudara sepupu tidak mungkin ada adegan pegang-pegang tangan. Apalagi tatapan mata pemuda itu mrngisyaratkan cinta untukmu Na," gumam Faiz setelah Nayla berlalu dari hadapannya.
'Akankah cinta ini terbalas ataukah hanya bisa kupendam dalam hati saja Na? Aku menyujaimu sejak pertama kita jumpa pagi itu.' Masih melihat Nayla yang sudah masuk.
Faiz menghela nafas pasrah,'aku ini bagaimana ya? Nggak pernah nyatain cinta kok berharap dapat balasa, sadar Iz sadar.'Mengusap wajah kasar.
****
"Dengan dirimu kini kubahagia, tak henti kau berbagi canda tawa ...." Dimas masuk ke ruang siatan dengan bersenandung.
"Cie ... ciee ... yang lagi bahagia, habis ngerayain apa nih?" seloroh Mita yang sudah stay di kursi kebanggaan saat Dimas menginjakkan kaki masuk ruang siaran.
"Adadeh...jan kepolah Mbak Jom (panggilan khusus dari Dimas untyk Mita saking akrabnya mereka)." Mempercepat langkah karna Meta sudah mulai siap-siap opening.
"Ya elah, saking bahagianya nggak nyadar ada jadwal siaran, trus ampe telat empat menit lagi, keenakan konser sambil mandang wajah si manis di pinggir jalan ya? Hahaha ...." Ceplos Mita diiringi tawa.
"Eh! Mbak Jom tadi lewat situ?" mulai memakai earphone.
"Buruan! Kamu duluan yang buka!"
"Hai, hallo Assalamu'alaikum, selamat malam keluarga Adela, kembali lagi di acara M and V spesial ya malam ini bareng saya Dimas Nugraha dan ...."
"Dan...Mita Audina. Malam keluarga Adela, spesial untuk malam ini ya keluarga Adela, tumben banget nih Dimas bisa siaran acara M and V."
"Kalau jadwalnya ya pasti selalu bisa Mit, kan aku nggak kebagian jatah, aku tuh kebagian jam jaga kelelawar cari makan. "
"Ah iya juga ya, ya udah nggak usah di terusin. Oh iya keluarga Adela, malam ini M and V enaknya bahas apa ya?"
"Harus yang seru donk."
"Emangnya kamu bisa buat acara ini seru?"
"Eh, jangan kira aku nggak bisa lho, oh ya keluarga Adela tungguin apa yang bakalan kita berdua tulis di empat medsos radio Adela ya, pokoknya stay bareng kita berdua di acara M and V sampai nanti pukul 12 malam."
"Kirim-kirim salam, riques lagu juga komen kita tungguin ya keluarga Adela. Bener banget, kudu stay bareng kita karna apa? Kita akan bahas yang seru-seru yang bikin hati nambah berbunga-bunga macam hatinya Dimas malam ini, iya kan Dim? Satu lagu dari kita apa Dim?"
"Nih, kita kasih buat semua keluarga Adela yang mungkin sedang merasakan kebahagiaan bareng pasangan, lagu dari Pilot berjudul 'Sepanjang Hidupku,' tetep stay bareng kita ya!"
**
"Eh, lagu ini ternyata liriknya seperti itu ya," ucap Meta beberapa saat setelah nyimak lagu yang barusan diputar.
"Seperti apa?"
"Mengungkapkan isi hati untuk seseorang yang sangat spesial, mungkin ke pacar atau calon pendamping."
"Emang, lagu itu tuh aku banget Mbak Jom, ungkapan hatiku banget." Memejamkan mata menikmati musik serta ikut menyanyikan lagu tersebut.
"Hah! Sejak kapan kamu ngalamin hal seperti itu?"
"Semenjak kenal Nayla trus itu lagu pertama yang dirinya reques malam itu, tambah lagi Nayla suka banget sama itu lagu."
Mita hanya manggut-manggut sepertinya mengerti dengan ucapan Dimas.
Selamat membaca bab selanjutnya dan matur nuwun.
Pagi menjelang siang ini rumah Pak Supri orang tua Nayla kedatangan tamu, Pak Yanto dan istrinya Bu Ni'mah orang tua dari pemuda yang pernah menabrak Pak Supri waktu itu kembali berkunjung. Awalnya sepasang suami istri itu hanya bertanggung jawab atas kesalahan tidak sengaja putranya, yang saat itu mengalami rem blong waktu pulang dari tempat wisata perbukitan di desa tempat tinggal keluarga Nayla. Akan tetapi semakin kesini hubungan antar orang tua dari pemuda itu dengan keluarga Pak Supri makin terlihat akrab dan semakin dekat. Mungkin kedekatan antar pasangan suami istri itu karena sering berkunjung untuk melihat perkembangan kesembuhan Pak Supri, maka dari itu, makin ke sini hubungan mereka semakin terlihat seperti saudara. "Sudah beberapa kali kesini cah ayu kok ndak pernah kelihatan kemana ya Dik?" "Cah ayu?" ulang bu Hartatik. "Emm ... maksud Mbakyu Nayla? Ia kerja Mbakyu," terang ibu Nayla. "Kerja? Wes nda
Tepat pukul 05.10 pagi, Dimas tiba di halaman luar toko Accesories Collection, pagi ini ia akan mengantar pacar manisnya pulang. Semalam, ia ada jadwal siaran dan seperti biasa dirinya tidak pulang ke kost, jadi lebih cepat sampai di toko tempat pacar manisnya kerja. Kesempatan mengantar jemput pacar manisnya pulang yang hanya sebulan sekali selalu Dimas manfaatkan dengan baik karena apa? Ya, karena selama menjalin hubungan dengan Nayla yang sudah setahun ini, dirinya jarang pergi berdua apalagi kencan seperti orang-orang. Selain karena keduanya memang sengaja menyembunyikan hubungannya dengan orang sekitar juga dirinya yang selalu sibuk. Kesibukan Dimas banyak. Mulai dari pagi sampai siang kadang pula sampai sore kuliah, pulangnya istirahat sebentar lalu saat hari sudah mulai petang ia ada pekerjaan lain, jualan nasi goreng bersama Dian di kedai nasi goreng milik Pak Wawan, pemilik kost. Dan masih ada lagi yaitu dirinya yang sudah dua sete
Jam weker di meja belajar Novi sudah menunjuk di angka 22.45 wib, dari ketiga anak Bu Hartatik hanya Nayla yang masih terjaga. Ia tidak dapat tidur, sudah mendengarkan radio favorit seperti biasa juga sama, tak kunjung bisa tidur, apa karena bukan pacar penyiarnya ya yang siaran? Entahlah. Bolak-balik mengubah posisi tidur juga sama, berkali-kali memejamkan mata sembari melantunkan sholawat juga tidak ngefek yang ada justru tambah gelisah karena percakapan tadi siang terus mengganggu pikirannya. Percakapan antara orang tuanya dengan Pak Yanto dan istrinya. Dalam percakapan tadi siang, ada satu permintaan yang sangat mengejutkan dari pasangan suami istri itu. Dan kejadian itu terus saja berputar-putar dalam ingatannya, serta kesanggupannya yang spontan menyetujui permintaan dari pasutri itu sangat membuatnya gelisah. Sudah hampir satu jam Nayla memikirkan apa keputusannya siang tadi sudah benar ataukah justru sebuah kecerobohan belaka. Kini dirinya
Seperti biasa, sebagai pacar yang baik setiap pacar manisnya libur dan kembalinya ke tempat kerja pasti Dimas selalu menjemputnya. Cinta, kesetiaan, dan kasih sayangnya pada Nayla, gadis remaja pertama yang telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama, telah mengubah hidupnya. Dulu kesehariannya biasa saja, tapi sekarang semakin berwarna semenjak keadiran Nayla dalam hidupnya. Keluarnya Nayla dari dalam bus melegakan hatinya. Seulas senyum menyambut pujaan hati yang melangkahkan kaki menuju tempatnya menunggu. Namun, perlahan senyum sambutan itu memudar saat mendapati wajah ditekuk yang tidak bersahabat semakin mendekat. "Kok jelek gitu, wajah ayu serta senyum manis Nayangku dikemanain?" tanya Dimas, masih setia duduk di atas motornya. "Tak tinggal di bus, buat Pak supir juga Mas kernetnya. Habisnya tadi ngantuk banget," jawabnya ngasal. Tidak mungkin 'kan, kalau bilang 'pikiranku lagi kacau.' Dia belum siap jujur sekarang, akan dipikirkan lagi b
Tidak hanya kamar sebelah kiri, kamar kanan tempatnya para karyawan laki-laki toko Accesories Collection sudah sepi. Namun, ternyata masih ada seseorang yang belum sama sekali terlelap, sedari tadi memang memejamkan mata, tapi bum bisa tidur. Malam ini pun sama seperti sebelumnya, setiap teman-temannya sudah mengalami indahnya mimpi dia hanya bisa melihat hingga puluhan menit lamanya karena hati dan fikiran yang tidak tenang. [Bagaimana? Apa sudah kamu pikirkan dan putuskan? Mereka sudah memberi kabar kalau hari Ahad besok akan datang lagi] Pesan itu sedari siang terus terngiang, semakin bingung dan gelisah. Haruskah dia melanjutkan keputusannya ataukah berhenti saja dan kembali menjalani hari-harinya dengan Dimas? Dirinya dilanda kebimbangan antara melanjutkan keputusan ataukah berhenti tidak jadi menuruti keinginan pasutri itu, tapi secepatnya ia harus mengambil keputusan. Hubungannya dengan Dimas masih seperti biasanya, han
Begitu masuk, Nayla langsung menuju kamar mandi, tak mungkin 'kan dirinya masuk kamar dengan wajah yang sangat kacau. Setelah cuci muka dan hatinya sedikit lebih tenang dia pun kembali ke kamar. Namun, teman-temanya pada heran melihatnya masuk sendirian. "Lho, Heni sama Nadia mana Na? Kok nggak bareng masuknya?" tanya sebagian temannya yang ada di dalam. "Hah! Mbak Heni sama Mbak Nadia?" "Kok malah melongo? Tadi mereka ke luar cari kamu," jawab Fira. "Cari aku?" Mengulang ucapan Fira. "Aku udah masuk dari 10 menit yang lalu Mbak, tapi langsung ke belakang, mereka cari aku, mau apa?" "Nih, bocahnya sudah ada disini, pantesan....." Terdengar orang ngomong di luar kamar. "Kamu kemana aja sama Mas Ganteng?" tanya Nadia."Eh, kok matamu merah Na? Kamu habis nangis kok sembab gitu?" lanjut Nadia sembari meneliti wajah Nayla. "Tadi ... Kak Dimas ngerjai aku, sampai nangis," jawabnya beralasan.
Disaat Nayla tengah melamunkan kisah cintanya yang sudah berakhir dengan menyendiri di belakang, tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat. Buru-buru dia menghapus air mata yang sedari tadi membanjiri kedua pipi. Tidak ingin ketahuan kalau tengah malam menangis. Namun, belum sampai itu air mata di pipi mengering sebuah suara yang dikenalnya menya. "Na, ngapain di situ?" tanya Faiz sembari terus melangkah ke kamar mandi. "Ndak ngapa-ngapain sih, Sampean kok belum tidur?" balik tanya. "Pen pipis Na." Buru-buru membuka pintu kamar mandi, mungkin sudah kebelet. Nayla berdiri, lalu beranjak ke wastafel untuk mencuci gelas bekas minum serta membasuh muka. Tidak ingin Faiz menaruh curiga. "Kamu habis ngapin Na?" Tiba-tiba sudah berdiri di belakang Nayla. "Eh! A-anu. E-em tadi kepalaku agak pusing lagi, trus minum obat," elaknya,. Dadanya berdebar, sedikit was-was khawatir Faiz curiga. "Oh, kam
Sabtu pagi ini seisi toko Accesories Collection gempar. Setelah semua karyawan selesai sarapan, pernyataan mengejutkan dari Nayla mengagetkan semuanya. Nayla tadi pergi tanpa pamit kepada yang lain hingga satu jam baru kembali. Disaat sudah kembali tiba-tiba mengungkapkan suatu hal yang sangat mengejutkan, membuat semua temannya tidak percaya serta sedih dibuatnya. "Mbak dan Mas semuanya. Maaf aku ganggu waktunya sebentar," ucap Nayla saat semua temannya sudah berkumpul. "Nana mau ngucapin terima kasih kepada semu. Smpean semua telah memberi banyak pengertian, selalu sabar mengajari aku yang awalnya belum mengerti sama sekali." "Banyak hal yang aku dapatkan selama 2 tahun kerja sama Sampean semua di toko ini, susah-senang kita lalui bersama, satu kena koplen imbasnya kesemua, yang ini kena teguran yang lain pun ikutan kena." Menjeda ucapannya, matanya mulai berkaca-kaca. Teman-temanya pada tidak mengerti maksud Nayla, sebagian saling berbisik-
"Baru pulang?" tanya pak Kusdi yang baru berhenti, lalu turun dari motor."Nggeh Pak. Ngisi juga," jawab Agus sembari melihat jok motor pak Kusdi yang langsung dibuka.Pak Kusdi mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam toko, mungkin ingin membeli sesuatu sekalian mengisi bahan bakar kendaraannya."Pantesan yang di rumah keenakan ketemuan setiap pagi, tambah lengket juga ke adiknya. Lha ditinggalnya seharian sih, tiap hari pula. Ck." Berdecak dan menggeleng, lalu melanjutkan gumamannya. "Ndue bojo seh bocah yo ngonolah, seh kakean polah (punya istri masih remaja ya begitulah, pastinya kebanyakan tingkah). Hn, begituhlah kalau sudah menampik yang sudah jelas tahu ini-itu, tapi yang didapat malah bocah. Bocah ngono wae ko nggolekine adoh-adoh." Bu Wati dengan sengaja bergumam seperti itu serta sekilas melirik sinis saat Agus tengah memundurkan motor sebelum meninggalkan lokasi karena masih menunggu kembalian dari si penjual bensin. Meski hanya gumaman, tapi Agus sebenarnya mendengar se
"Kenapa bisa tumpah?" tanya Nayla sembari membalikkan panci berisi mie rebus yang telah tumpah diatas kompor. "Bisalah," sahut Andi sembari terus meniup jari tangannya yang masih terasa panas akibat memegang panci tanpa alas."Kok sampai pancinya tengkurep seperti ini," gumam Nayla pelan, tapi masih bisa didengar oleh Andi yang memang masih berdiri tak jauh jadi tempat Nayla berdiri. "Bisalah, kan tadi panas banget Nay," sahut Andi cepat.Mendengar sahutan Andi, Nayla langsung menoleh. "Ngangkatnya ndak pakai lap? Trus karena panas langsung pancinya kamu lempar?"Andi langsung mengangguk, sedangkan Nayla menggeleng. "Kan ada lap di dekat kompor. Kalau langsung kamu pegang emang panas banget. Ap .…""Ndak kepikiran, keburu laper Nay," sahut Andi cepat, memotong ucapan Nayla sembari melangkah, sepertinya ingin duduk. Nayla menghela nafas dan menggeleng mendapati tindakan ceroboh iparnya yang kini sudah mulai duduk. Lalu, mengambil segelas susu coklat yang sudah dibuat sendiri di ata
Dimas menghela nafas dan menggeleng ketika masuk kamar karena kembali mendapati pemandangan yang sama. Dian masih saja setia rebahan dari sebelum ia mandi hingga sekarang. Sudah jadi kebiasaan teman satu kamarnya itu kalau hari libur. Seperti pagi ini, bermalas-malsan sembari mendengarkan musik dari aplikasi Yu Kub. Walau menangis pilu hati ini Sayangku akan tetap abadi Sampai akhir masa kan kunanti Hanya kau yang aku sayangiPemuda yang sedang tengkurap di pembaringan itu ikut menyanyikan lagu yang sedang terputar. Sumpah mati bukan maksud di hati Tuk meninggalkan dirimu oh kasih Kumelangkah pergi karna janji Usah kasih engkau bersedih Cintaku suci … hanya satu untuk dirimu Ku percaya padamu … kasih ku akan menunggumuLanjutnya diikuti gerakan menikmati musik. Namun, Dimas justru diam ditempat begitu mendengar lirik, 'cintaku suci … hanya satu untuk dirimu.' Bibirnya pun siap bergetar andaikan tidak segera digigitnya kuat.Entah kenapa dengan hatinya yang begitu sensitif sa
'Katanya sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, ini-itu ada semua, tapi anaknya kok masih jalan sama mantan. Itu si mantu masih ada yang kurang atau justu anaknya yang masih menginginkan mantan?''Mantunya tetangga yang sering kalian banggakan itu.'Ucapan bu Wati tadi, sebelum acara Istigosah yang rutin diadakan setiap hari Sabtu dimulai kembali berputar. Entah kenapa kalimat itu seolah-olah ditunjukkan padanya, sebab setelah perempuan paruh baya itu berucap, ibu-ibu yang lain pun saling berbisik dan bersusulan meliriknya. Bermacam ekspresi pun menghiasi wajah mereka. 'Sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, serta ini-itu, ta-pi anaknya masih jalan sama mantan? Itu siapa ya?' Nayla bertanya-tanya dalam hati. Ia termenung dan mencoba mencerna maksud dari ucapan tetangganya itu.'Siapa yang sudah punya menantu sesuai yang diucapkan, tapi anaknya masih menjalin hubungan dengan mantannya?' Masih diulang karena tak kunjung menemukan jawabannya.'Kok setelah ibu yang tadi mengatakan ma
Ketiga pria dewasa itu saling pandang ketika teman satu profesinya turun dari kendaraan yang beberapa detik tadi berhenti, lalu disusul seorang perempuan.'Sama siapa dia?' Satu pertanyaan yang sama mewakili benak masing-masing. Mereka juga kompak mengernyit saat mengetahui siapa perempuan itu. "Siap-siap ada kehebohan," gumam Heri sembari melirik perempuan itu. "Lupakah kalau sekarang udah ada yang menanti," timpal Imron. "Kasihan, ban motornya bocor," ucap Agus sembari berlalu. "Kira-kira bakal ada kehebohan gak setelah ini?" tanya Heri setelah Agus benar-benar meninggalkan lokasi. "Entah," sahut Imron yang masih menatap laju motor Agus yang sudah sampai pinggir jalan. "Menurut kalian seandainya Agus beneran jadi sama ponakannya Budhe cocok gak?" tanya Heri lagi sembari melirik kedua temannya yang masih menatap ke jalan. Kedua pria dewasa di hadapannya kompak menggeleng. "Cocok sama yang sekarang sih, meski masih bocah, tapi tingkah laku dan pikirannya terlihat lebih dewasa.
[Lagi apa Na] [Sibuk gak][Balas dong Na][Pasti lagi sibuk, maaf kalau ganggu]Empat chat dari Faiz terkirim tiga puluh menit yang lalu baru Nayla buka. Ia menghela nafas setelah membaca. Sejak pertemuan mereka disuatu pagi, pemuda yang sampai saat ini masih menyimpan rasa cinta untuknya, serta belum tahu akan status yang sudah hampir empat bulan disandangnya ini telah ganti. Hampir setiap hari pemuda itu mengirim pesan padanya, entah tanya kabar atau aktivitas. Tak hanya itu, karena tlah berulang kali ingin melakukan panggilan vidio, namun untuk ajakan itu berhasil ditolak dengan berbagai alasan yang sekiranya bisa meredam rasa penasaran.Mungkin kesempatan bertemu yang memang hanya sebentar bagi pemuda itu terasa belum cukup, serta beberapa pertanyaan khusus untuknya masih menggantung jawabannya. Maka dari itu, Faiz selalu saja meluangkan jarinya beberapa detik untuk mengetik sesuatu yang sepele tapi mampu membuatnya berdebar kala langsung mendapat tanggapan dan merasakan sensasi
'Dimana ya?' Meneliti jejeran barang yang tertata rapi pada rak di hadapannya.Siang ini Nayla tengah belanja di toko Sedanten, toko yang paling besar dan serba ada di desa suami untuk kedua kalinya. Bukannya toko terdekat tidak ada barang yang dituju, tapi sekalian nebeng Andi yang ingin ke counter beli paket data, serta di sini lebih lengkap.Apa yang ingin dibeli sebenarnya sudah semua, tinggal satu pesanan Andi yang belum ketemu. 'Di situ ternyata.' Terlihat lega setelah menemukan apa yang tengah dicarinya. Namun, saat tangannya terulur, hendak mengambil barang yang sejak tadi dicarinya seketika sudah dalam genggaman tangan orang lain. Setelah diam di tempat beberapa detik, tangannya yang masih terulur itu ditarik. Menyempatkan diri menoleh dan mengulas senyum pada seseorang yang ada di dekatnya. "M-mbak, kasir yang kemarin ya?" tanya Nayla pada seseorang itu. Yang bersangkutan perlahan mengangkat wajah, tapi diam saat bertemu tatap dengannya."Sampean itu yang jadi kasir di tok
'Ternyata cocok juga pakai kemeja ini, kelihatan lebih muda, balik lagi kaya dulu,' batin Agus memuji diri sendiri. 'Pinter tenan istriku milihin baju,' lanjutnya sembari terus menatap pantulannya pada cermin sembari jemarinya memasukkan kancing pada lubangnya. "Eh, samaan ternyata. Sengaja ya?" ucapnya ketika Nayla sudah berdiri di dekatnya, sedang menyisir rambut. 'Eh. Kok malah kembaran begini ya?' Melirik pakaian yang tadi dipilihnya untuk sang suami ternyata warnanya sama-sama biru muda dengan yang dipakai. Ia menghembuskan nafas lega saat melirik bawahan yang dipakai beda warna. "Dek. Mas, pakai pakaian begini kelihatan seperti anak muda lagi kan?" Membusungkan dada serta menirukan gaya ala anak remaja sedang tebar pesona. "Selama ini merasa udah tua? Atau Mas pakai baju seperti mbah-mbah," sahut Nayla asal tanpa melihat suaminya."Sudah ndak malu lagi ya?" bisik Agus tepat di samping Nayla diiringi senyuman. "Mau mulai lagi? Nanti ndak jadi pergi lho." Memundurkan waja
Tangannya bergerak ingin merekatkan dekapannya, namun yang terjadi selanjutnya tangan itu seketika berhenti meraba-raba tempat pembaringan di sebelahnya yang ternyata sudah kosong. 'Deg' suara degub itu seketika memaksa penglihatannya untuk terbuka dan menepis jauh-jauh rasa kantuk yang masih ingin menguasai. Seklebatan kejadian dua malam berturut-turut membuatnya buru-buru bangun dari pembaringan.Ada rasa yang entahlah dan sedikit sulit dijelaskan jika mengingat kejadian yang telah membuatnya terjaga selama dua malam berturut-turut.Kejadiannya ketika baru beberapa menit memejamkan mata, ia samar-samar mendengar segukan Nayla yang dilanjutkan ucapan maaf berulang kali dengan diiringi lelehan yang telah membasahi wajah ayunya. LDia sempat panik dan bingung karena istri kecilnya tak kunjung membuka mata walau sudah dibangunkan. Syukur alhamdulillah pada akhirnya terucap walau dalam hati saat Nayla benar-benar berhenti segukan bersamaan dengan si penyiar radio yang sudah kembali memut