Share

3. Murid Pemberani

Penulis: MikaArayu
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-15 00:46:18

Author POV

Hanna, gadis itu memang mudah akrab. Belum 2 jam dia menempati kelas barunya, tapi dia sudah pandai menarik perhatian teman barunya yang langsung menyapanya seolah sudah kenal lama.

Kebanyakan kaum cowok yang menyapanya. Tapi cewek-ceweknya juga lumayan banyak kok yang suka sama sosok Hanna. Meskipun ada beberapa spesies perempuan yang mendelik sinis dan iri sih, tapi Hanna gak peduli.

Bodo amat! Kalo kata Hanna.

Layaknya di Saruna Bakti, Hanna tetap menjadi murid baik hati dan low profil. Tapi ini baru hari pertama, di hari selanjutnya entah apa yang akan terjadi?

Cuman Hanna yang tahu apa yang akan dilakukannya nanti!

"Kamu mau ke kantin?" tawar Bintang, teman sebangku sekaligus teman baru untuknya.

Hanna menoleh, dia baru saja memasukkan peralatan tulisnya ke dalam laci meja selepas bel istirahat dibunyikan.

"Boleh. Kebetulan perut gue udah laper nih," angguk Hanna nyengir lantas beranjak dibarengi Bintang.

Dua gadis itu mulai melangkah meninggalkan kelas. Tepat di ambang pintu, langkahnya diadang oleh salah seorang cowok yang penampilannya begitu urakan.

"Hai, Manis ... ngomong-ngomong, kita belum kenalan," ucapnya sambil mengamati Hanna yang justru hanya balas menatapnya datar.

"Bias, kamu minggir deh! Jangan ganggu kita," cicit Bintang mengusir tapi cowok itu gak menanggapi.

Sudah Bintang duga.

Tatapannya tetap ia fokuskan kepada Hanna. Gadis cantik yang berhasil membuat matanya gak bisa fokus melihat objek lain di sekitar Hanna. It means, Bias tertarik sama Hanna.

"Gimana kalo kita ngantin bareng, Manis? Gue mampu traktir lo apapun yang mau lo makan nanti, asalkan elo--" kalimat Bias menggantung, matanya menelusuri tubuh mungil Hanna dengan sorot nakal, "... Mau kencan sama gue sepulang sekolah nanti!"

Duagh.

Hanna menendang kemaluan milik Bias tanpa diduga siapa pun. Cowok itu langsung mengaduh dan memegangi wilayah fatalnya. Rasa ngilu dan mual langsung menjalar di sekujur tubuh. Wajahnya bahkan terlihat memerah seperti orang yang sedang menahan sakit.

"Itu sebagai tanda perkenalan gue buat cowok mesum kayak lo!" sembur Hanna garang, lalu menarik Bintang melewati tubuh jangkung Bias yang masih membungkuk kesakitan.

Beberapa pasang mata saling melirik, bisik-bisik kian terdengar. Namun hal itu sama sekali tidak mengusik Bias yang masih mengerang kesakitan. Dia hanya fokus pada 'anu'nya yang baru saja ditendang kasar oleh si anak baru yang pemberani.

Sementara itu, Hanna dan Bintang tengah berjalan menuju kantin.

"Sumpah! Aku gak nyangka loh, Han ... kalo kamu bisa ngelakuin itu sama Bias," Bintang masih takjub menyaksikan pemandangan tadi.

Pasalnya, selama ini belum pernah ada kaum perempuan satu pun yang berani melawan Bias jika sedang dirayunya. Tapi Hanna, dengan statusnya sebagai murid baru justru gak merasa takut sama sekali untuk memberikan sedikit pelajaran pada si playboy mesum akut itu.

Kalo aja Hanna sekolah di sini sejak awal, mungkin cowok macam Bias bakalan pada tobat mainin cewek sesuka hati. Batin Bintang di tengah rasa kagumnya.

---

"Kok, kantin ini sepi ya?" tanya Hanna di tengah suapan terakhir. Seingatnya, kantin di sekolah lamanya gak pernah sepi jika waktu istirahat tiba.

Maklumlah, kantin Saruna Bakti kan selain tempatnya luas banget dan bikin nyaman semua pengunjung, jajanannya juga lezat-lezat. Jadi gak ada seorang siswa pun yang mampu menahan hasrat ingin ngantinnya. Apalagi kalo pas kebetulan ada siswa dermawan yang mau traktir, kantinnya pasti langsung didrop deh.

Uh! Hanna jadi kangen sama suasana kantin Saruna Bakti.

Untuk mengenyahkan rasa lapar, Hanna memesan gado-gado superlezat sesampainya di kantin tadi. Biar gak selezat bikinan mpok Zaitun di Saruna Bakti, tapi Hanna cukup puas kok dengan bumbu racikan si pengolahnya.

Bintang yang anteng mengaduk-aduk es campur pun mendongak, "Maksud kamu?" 

Hanna mengelap mulut dengan tisu yang tersedia. Setelah menyingkirkan piring kosong tak bersisa dari hadapannya ia pun mengedarkan pandangannya sekilas.

"Kantin ini terlalu sepi buat ukuran sekolah elite. Emangnya anak-anak yang lain pada makan di mana kalo jam istirahat kayak gini?" tukas Hanna sekaligus bertanya.

Bintang pun menghentikan kegiatan mengaduk es campurnya. 

"Oh, dari dulu juga kantin ini emang selalu sepi kayak gini kok, Han. Cuman beberapa orang aja yang mau makan ke sini. Tapi aku lebih suka makan di sini daripada di kantin utama. Selain suasananya yang adem, makan di sini pun gak akan direcoki kakak-kakak kelas yang suka gangguin juniornya." tutur Bintang tersenyum, sementara Hanna mengernyit bingung.

Jadi ada kantin lagi selain ini. Pantas aja di sini lebih sepi, mungkin kebanyakan siswa makan di kantin utama kali ya. 

"Emangnya kenapa?" tanya Bintang menatap teman barunya itu.

"Ah? Enggak," gelengnya, "Lain kali, lo temenin gue makan di kantin utama juga ya!" pinta Hanna dan sukses membuat raut Bintang menegang mendengarnya.

Temenin Hanna makan di kantin utama? Itu sama aja kayak--

"Hei! Lo kenapa?" tegur Hanna menepuk bahu Bintang.

Gadis itu pun tersadar, "Ah? Em ... enggak. Ya udah, kita balik ke kelas aja, yuk! Kayaknya bentar lagi juga jam istirahatnya abis...." ajak Bintang cepat sebelum Hanna bertanya-tanya lagi soal fasilitas kantin utama yang enggan dibahasnya.

---

Suasana kelas 11 Ipa 1 sangat hening dan mencekam. Itu semua akan terjadi jika jam pelajaran matematika dimulai. Bukan karena pelajarannya yang terlalu rumit dijabarkan, melainkan efek bawaan guru yang mengajarnya.

Hanna cukup jengah dengan keadaan kelas yang sunyi seperti di gedung tua. Dia pun merasa muak dengan cara mengajar guru matematikanya yang teramat monoton. Hal itu sukses membuat Hanna terus menguap dan tak bisa menahan rasa kantuk yang menyerang.

Dapat dipastikan, mata Hanna sangat berat sekarang. Kalau ada kasur ajaib di dalam kelas, mungkin Hanna adalah orang pertama yang akan menempatinya. Hanna gak bisa membiarkan rasa ngantuknya semakin mendera.

"Pak!" seru Hanna mengacungkan tangan.

Pria tambun berkumis baplang di depan kelas pun menoleh seraya menatap Hanna tajam.

"Ada apa?" sahut Pak Isak--nama guru itu--ketus.

Hanna langsung berdiri di tempatnya. Bintang mendongak, mencoba untuk memperingatkan teman sebangkunya itu untuk duduk kembali. Tapi Hanna tetaplah Hanna, dia seakan gak mau ambil pusing dengan cara mengabaikan peringatan yang Bintang tunjukkan.

"Cara mengajar Bapak bikin saya cepet ngantuk, Pak! Boleh izin ke toilet?" izin Hanna terang-terangan.

Semua mata tertuju ke arahnya. Mereka takjub, baru kali ini ada murid yang berani berkata terang-terangan seperti itu di jam pelajaran Pak Isak yang terkenal dengan kegalakannya.

"Toilet?" Pak Isak membeo, dia menaikkan sebelah alis tak percaya "Tidak! Saya tidak mengizinkan kamu pergi dari kelas ini," larangnya tegas.

"Kenapa? Saya cuma mau cuci muka saja, apa salahnya? Gak ada UUD larangannya juga saya pikir!" bantah Hanna mulai kesal.

Dia ingin sekali mencabuti kumis baplangnya secara paksa.

"Saya bilang tidak, ya tidak! Cepat duduk atau saya--"

"Makasih atas izinnya!" potong Hanna berani, lalu dia melenggang menuju pintu keluar. Membuat semua murid berdecak takjub tak percaya. 

Namun hal itu tidak berlaku untuk gurunya, alih-alih takjub dia malah murka karena larangannya sudah ditentang oleh murid baru tersebut.

"JANGAN HARAP KAMU BISA MASUK LAGI DI PELAJARAN SAYA ANAK BARU!" teriak Pak Isak menggelegar namun tak dihiraukan oleh Hanna.

Gadis itu malah berjalan santai meninggalkan kelas. Sampai akhirnya ia berhenti sendiri sambil menepuk jidat.

"Mampus! Gue kan gak tau arah toilet di sebelah mana," rutuknya sesaat, tapi dia pun mengangkat bahu seraya melanjutkan langkah.

Hanna bukan orang bisu, dia bisa bertanya pada murid lain yang berkeliaran di luar kelas.

---

Hanna merasa segar setelah air dingin di dalam keran berhasil mengusir rasa kantuknya. Dia menyibakkan rambut sebahunya sekilas. Kini dia pun berjalan meninggalkan toilet, berniat untuk kembali ke kelas meski sebelumnya sudah dilarang untuk mengikuti pelajaran Pak Isak lagi.

Peduli amat! Hanna masuk buat menyerap ilmunya, kalo pun gurunya itu marah dan melaporkan ke kepala sekolah. Hanna tinggal membela diri saja dan berbicara sesuai fakta yang ada. Toh, Pak Fero juga akan mengerti jika sudah mendengarkan penjelasan Hanna.

Di tengah langkah menuju kelas, tiba-tiba seseorang dengan berani menarik tangan Hanna dan menyeret tubuh mungilnya ke belakang gedung sekolah. Sampai di sana, tangan Hanna pun dilepas.

"Apa-apaan sih--ELO?" mata Hanna membulat tatkala melihat sosok yang amat sangat dibencinya selama ini.

Dia Devano, pentolan Bimantara yang memiliki wajah tampan pujaan para kaum hawa di setiap penjuru Bimantara.

"Hai?" tangan Dev melambai, "Gue pikir kabar yang gue denger itu cuman gosip tanpa bukti, tapi setelah gue berhadapan langsung sama lo ... sekarang gue baru percaya dan...." Dev menggantungkan kalimatnya.

Ia memundurkan posisinya satu langkah sebelum akhirnya ia kembali berucap, "....Welcome to the my land, Mrs Devil!" diiringi dengan gerakan kedua tangan yang merentang lebar.

Hanna meludah muak melihatnya. Darahnya mulai mendidih naik ke ubun-ubun. Apalagi senyuman iblis yang Dev pamerkan, menyebabkan Hanna untuk ingin sekali ia menonjok rahang cowok itu sampai mengeluarkan darah segar bercucuran. 

Tapi Hanna mencoba untuk meredam keinginannya, dia harus bersabar. Ini bukan waktu yang tepat untuk melancarkan serangannya!

Kita tunggu tanggal mainnya. Gue pastiin, muka sok tampan lo itu bakal susah buat sekadar tersenyum lagi sama siapa pun! Tunggu aja pembalasan gue, iblis sialan.

Bab terkait

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   4. Devano Abraham

    Author Pov"Welcome to the my land, Mrs Devil...." Dev, cowok itu menunjukkan seringaian iblisnya. Berharap gadis di hadapannya memiliki rasa takut karena melihatnya di depan mata. Namun sepertinya, Hanna tidak gentar melihat salah satu amunisi yang Dev tunjukkan.Alih-alih takut, gadis di hadapannya justru malah mengangkat dagu berani menatap Dev sengit. Seperti apapun keadaannya, Hanna memang tidak akan pernah takut pada musuh bebuyutannya itu. Bahkan dihadapkan dengan seribu orang semacam Dev pun, Hanna akan sanggup meladeninya.Dev menarik kembali rentangan tangannya. Ia memajukan lagi langkahnya hingga kini tubuh tegapnya berada tepat di hadapan Hanna. Gadis itu harus sedikit menengadah karena tubuh Dev lebih tinggi darinya. Maklum, tubuh Hanna yang mungil hanya mampu mencapai bahu si cowok itu saja."Selamat datang di Bimantara. Gue harap, lo akan betah ya

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-15
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   5. Bara-Barie

    Hanna Pov"HANNA HOME'S!" Aku berteriak lantang sesampainya di dalam rumah. Walaupun hanya desauan angin yang menyahut tapi tidak mengapa, itu sudah biasa. Suasana sepi yang menyambut bahkan sudah menjadi hal lumrah di rumah ini. Memang benar adanya, setiap aku pulang duluan, pasti hanya keheningan yang mendominasi.Hari ini cukup melelahkan, terlebih ketika pertama kalinya aku bertemu dengan cowok sialan itu di sekolah baruku. Devano Abraham, iblis itu sepertinya tidak pernah mau untuk sekadar tidak mengusikku."KAK HANHAN!" Wajahku yang semula menunduk lesu, seketika terangkat semangat saat mendengar suara seruan dari arah tangga. Mataku lantas berbinar tatkala mendapati dua bocah lucu nan menggemaskan kini tengah berlarian ke arahku. Mereka adalah si kembar Bara dan Barie. Karena inisial namanya dari hurup B, aku pun menjulukinya dengan sebutan Duo B.Dan se

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-15
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   6. Insiden kantin

    Hanna PovSendi lututku terasa hampir copot. Upacara baru saja selesai. Akhirnya, rutinitas di senin pagi yang membosankan itu berhasil kulewati juga.Aku mendaratkan bokong di bangku kelas. Lega banget rasanya, setelah berdiri kurang lebih satu jam di bawah sengatan sinar mentari pagi yang membuat keringat mengguyur di sekujur tubuh, akhirnya selesai juga.Bintang, teman baruku itu mencolek bahuku hingga aku menoleh."Kenapa, Bin?""Temenin ke kantin yuk, Han! Aku haus nih...."Duh, Bintang mengajakku ke kantin di tengah rasa mager yang melanda. Ya ampun! Kalo gue nolak dia kecewa gak ya?"Ayo dong, Han! Tenggorokan aku kering nih, masa kamu tega biarin aku kehausan kayak gini sih...." lanjutnya membujuk, tangannya kini sibuk mengguncang bahuku."Duh, Bin, gue--""Aku traktir deh," selanya cepat,

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-15
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   7. Teman Baru

    Author PovHari libur yang membosankan.Hanna menguap untuk ke sekian kalinya. Dia sedang rebahan santai di sofa malas yang ada di ruangan tengah. Sambil menonton kartun favoritnya yang tayang di tanggal merah selain hari minggu, dia lantas mencomot keripik kentang di dalam toples yang dipangkunya."Hanna, lo leha-leha mulu dari tadi pagi, gak joging lo?"Kepala gadis itu lantas menoleh ke asal suara. Milo, kakaknya kini berjalan menghampiri Hanna dan lekas duduk di sofa sebelah sofa malas yang ditempati Hanna."Mau ke mana lo, Bang?" alih-alih menjawab pertanyaan Milo, Hanna justru malah bertanya balik sambil meneliti penampilan sang kakak yang mengenakan pakaian casual dengan ransel kecil tersampir

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-15
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   8. Tragedi di Siang Bolong

    Hanna Pov "Iblis sialan...."Cowok itu, si iblis Devano menuruni motornya. Dan sekarang dia melangkah ke arahku yang juga udah melompat turun dari ninja milik Juna."Lo kenal sama dia?" tanya Juna berbisik, teman baruku ini ikut turun juga dari motornya."Dia musuh gue," balasku tanpa mengalihkan tatapan yang aku sorotkan ke arah iblis itu.Langkah cowok itu udah semakin dekat, dan di saat Juna yang siap menghalangi agar Dev tidak mendekatiku. Aku pun meliriknya lantas menggeleng, "Gue bisa handle dia kok," ucapku mantap."Tapi, Han--""Lo gak percaya sama gue?" potongku menatapnya serius.Akh

    Terakhir Diperbarui : 2020-10-15
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   9. Terperangkap di sarang iblis

    Author PovTerdampar di sarang iblis. Di luar hujan deras. Berniat pulang pun tidak diizinkan. Alhasil? Hanna terdampar di kasur Queensize Zola yang berseprai motif cewek banget. Berbaring tengkurap dengan wajah dibenamkan ke bantal.Drrt drrt drrt,Hanna terperenyak, ponselnya bergetar. Mungkin ada telepon masuk atau bisa saja cuman pesan dari aplikasi Whatsaap dan BBM-nya. Tangan Hanna pun lekas merogoh ke saku celana belakang.Setelah benda tipis itu Hanna genggam, ia pun menjauhkan wajah dari bantal putih empuk milik Zola yang harum aroma mawar kesukaan gadis yang menyukai kakaknya itu.Hanna mengerutkan dahi, rupanya ada BBM masuk, dan saat dibuka nama Arjuna Baratayudha pun muncul beri

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-04
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   10. Pembalasan Hanna

    Dev PovGue berjalan menelusuri lorong sekolah. Kayak biasa, banyak cewek genit yang mencoba menyapa gue. Tapi, gue abaikan sapaan gak penting mereka. Pagi ini mood gue bener-bener lagi berantakan gara-gara setan kecil bernama Hanna."KYAAAAAAA ... LO APAIN BIBIR GUE IBLIS SIALAAN??"Dia menjerit histeris disusul dengan aksi anarkisnya yang menghujani tubuh gue dengan pukulan-pukulan penuh emosinya. Demi Tuhan! Apa yang ada di pikiran Hanna? Sampai dia mengira kalau gue abis apa-apain bibirnya lantas langsung gebukin gue begitu saja. Padahal, untuk menyentuh bibirnya saja gue belum sempat karena keburu ada yang menyalakan lampu.Parahnya, bokap sama nyokap berikut adik gue datang bersamaan seolah mereka

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-05
  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   11. Bertemu lagi?

    Hanna Pov Aku dan Bang Milo sedang dalam perjalanan menuju rumah Juna. Beberapa saat yang lalu, aku dijemput Bang Milo di sekitar jalan yang tak jauh dari SMA Bimantara. Dan kini, motor Bang Milo sudah melaju memasuki jalanan besar yang cukup sepi dan jarang dilalui kendaraan umum. Hanya beberapa kendaraan pribadi saja yang terkadang melintas, itu pun bisa dihitung jari."Bang, emang mau ngapain sih lo ke rumah Juna?" tanyaku setengah berteriak, menandingi suara deru mesin motor Bang Milo yang sedang melaju cukup cepat saat ini."Gue mau ambil sesuatu dari dia, ya sekalian main-main aja. Kan udah lama banget gue gak main ke rumahnya. Gue juga kangen sama Tante Alya...." jawab Bang Milo balas berteriak.Aku mengangguk sekilas, lalu k

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-05

Bab terbaru

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   45. Pulih dari Trauma - END

    Satu bulan telah berlalu. Sejak kejadian mengenaskan yang menimpa Hanna di malam itu, pada akhirnya Arjuna digiring juga ke balik jeruji. Ya, perbuatannya tidak bisa ditoleransi oleh sekadar kata maaf. Dia sudah melakukan tindakan asusila terhadap seorang gadis tak berdosa. Meski tidak sampai ke tahap yang lebih mengerikan, tapi Arjuna tetap bersalah. Untuk itu, setelah Milo dan Panca puas menghajarnya hingga babak belur, mereka pun lantas menjebloskan Arjuna ke kantor polisi untuk dihakimi. Tidak ada yang bisa menolongnya. Hukum telah berbicara dan saksi serta korban pun sudah ada di depan mata.Milo tidak menyangka, kenapa Arjuna bisa sampai sebajingan itu. Padahal dulu Milo selalu menganggap Arjuna sebagai teman baiknya. Malah ia pun sempat mempunyai niatan untuk mendekatkan Arjuna dengan Hanna seandainya tidak keburu ada petisi dari orangtuanya yang menyatakan bahwa Hanna akan dijodohkan dengan Devano.Lalu malam itu, Arjuna nyaris merenggut kehormata

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   44. Malam Nahas

    Untuk pertama kalinya, Hanna meluruhkan air mata di tengah dirinya yang merasa dilecehkan oleh perlakuan Arjuna. Gadis itu tak berdaya ketika kedua tangannya telah Arjuna genggam kuat dalam satu cekalan tangan besarnya. Sementara satu tangannya lagi berusaha untuk menjelajahi bagian tubuh Hanna di sela bibirnya yang tak henti memagut kasar bibir dari sang gadis. Hanna ingin melepaskan diri dari jeratan Arjuna, tapi bahkan energinya seperti tersedot habis hingga kini ia merasa tak berdaya atas sesuatu yang menimpanya. Hanna tidak menyangka jika Arjuna akan bersikap sejahat ini kepadanya, membuat kedua belah pipi Hanna semakin dibanjiri air mata ketika tangan kanan Arjuna sudah hampir mencapai tujuannya.Tidak! Hanna tidak bisa diam saja. Untuk itu, demi menghentikan gerakan tangan Arjuna yang sudah merayap nakal ke bagian paha sang gadis, dengan sigap Hanna pun menggigit sudut bibir Arjuna sekuat tenaga. Sontak, cowok itu pun memekik. Refleks ia pun melepaskan geng

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   43. Sifat Asli

    "Jadi, setelah gue ceritain kebusukan si Devano sialan itu, apa tanggapan lo hah?" lontar Arjuna menatap datar. Berharap bahwa Hanna akan berpihak kepadanya untuk melawan orang yang akan ia berikan pelajaran atas perilaku buruknya di masa lalu.Sementara itu, Hanna sendiri tidak mengerti harus berbuat apa. Di satu sisi, Hanna tidak sepenuhnya percaya kepada Arjuna setelah beberapa jam yang lalu Hanna mengetahui kebusukan Arjuna juga yang sengaja mengurungnya di ruangan tersebut. Tapi di sisi lain, Hanna pun takut kalau-kalau Devano memang berbuat seperti apa yang sudah Arjuna ceritakan kepadanya secara gamblang.Ya, Hanna mendengar bahwa Devano adalah penyebab dari meninggalnya sepupu perempuannya. Mirisnya, sepupunya itu meninggal dengan cara tragis alias melenyapkan dirinya sendiri. Kaget memang, tapi apakah semua itu benar? Atau, bisa saja Arjuna sedang mengada-ngada doang kan? Pikir Hanna menebak-nebak.Untuk sesaat, Hanna terdiam. Berusaha mencerna

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   42. Sebuah Tujuan

    "JUNA, BUKA PINTUNYA!!" teriak Hanna menggedor pintu. Merasa dikhianati oleh cowok yang sudah ia percaya sepenuhnya.Ya, Hanna merasa sangat dongkol sekaligus murka ketika tahu bahwa Arjuna membawanya ke basecamp dirinya hanya untuk mengurung Hanna di dalam sebuah ruangan. Padahal mulanya, Hanna berpikir bahwa cowok itu murni ingin menolongnya tanpa ada niat jahat yang terselubung. Tapi kini, setelah ia tahu siapa Arjuna sebenarnya, Hanna pun merasa marah dan juga ingin sekali rasanya ia meninju muka tampan cowok itu berkali-kali."JUNA, BUKA PINTUNYA! KELUARIN GUE DARI SINI, JUNA SIALAN!" serunya lagi sangat lantang. Membuat ia sampai harus terengah-engah akibat suara teriakannya yang supermenggelegar."JUNA!"Hanna memukul pintu di hadapannya ketika suara teriakannya tak digubris sama sekali. Lalu ia menggeram kesal karena Arjuna sudah menjebaknya seperti ini. "Gue gak nyangka. Ternyata si Juna orang jahat. Tapi kenapa dia memper

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   41. Menghilangnya Hanna

    Zola mengucek kedua matanya ketika ia dibangunkan oleh bunyi ketukan yang berasal dari balik pintu kamarnya. Sejenak, gadis itu pun menguap sembari menggeliat dengan kedua tangan yang direntangkan ke atas.Tok tok tok.Ketukan itu kembali terdengar, membuat Zola lantas segera beranjak dari tempat tidurnya dan mulai menyeret kedua kakinya dengan malas. Lagi-lagi ia menguap lebar. Saat seharusnya ia sedang tidur nyenyak, tapi justru ketukan itu malah membuatnya terganggu hingga akhirnya ia terbangun.Sampai ketika Zola tiba di depan pintu, ia pun segera membuka kunci sekaligus menarik knop pintu hingga terbuka. Sontak, terpampanglah sosok wanita berdaster biru lusuh yang kini sedang membungkuk santun di hadapannya. Sementara itu, Zola merasa aneh kala mendapati salah satu pembantunya yang saat ini berada di depan matanya."Bik Sum, ada apa?" lontar gadis itu bersuara serak ciri khas orang bangun tidur. Untuk sesaat, Zola pun me

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   40. Gelisah

    Milo sedang berjalan mondar-mandir di tengah rasa gelisahnya yang melanda. Langit sudah menggelap tapi bahkan Hanna belum pulang sama sekali. Membuat Milo merasa khawatir karena selain itu ponsel adiknya pun tak bisa dihubungi."Ke mana si Hanna. Kenapa udah malem begini dia belum pulang juga," gumam cowok itu mendecak resah. Sesekali, ia pun melayangkan pandangannya ke arah jam raksasa yang tergantung di sudut ruangan tengah rumahnya."Duh bahaya ini sih. Bisa diinterogasi sama ibu negara sama bapak negara kalo misalkan mereka tau anak gadisnya belum pulang. Lagian, tuh anak pergi ke mana sih. Kelewatan banget kalo pergi main. Bikin gue belingsatan aja jadinya," tukas Milo mengembuskan napas gusar. Kemudian, tahu-tahu ponsel yang berada di dalam saku celana kargonya pun berdering. Mengejutkan cowok itu hingga kini ia pun tampak terkesiap di tengah helaan napasnya."Mudah-mudahan ini telepon dari Hanna," harapnya sembari merogoh ponsel. Lantas,

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   39. Kembalinya Arjuna

    Gadis itu menekan sakelar bel yang terletak di sudut kanan atas pintu di hadapannya. Sepulang sekolah, ia memang langsung ngacir sebelum rencananya berantakan seandainya dihalangi oleh Devano. Apalagi setelah berita perjodohan itu diutarakan oleh pihak orangtua, Hanna yakin, cowok itu pasti akan semakin banyak bertingkah.Setelah menekan sakelar untuk kedua kalinya, tak lama kemudian seseorang muncul dan membukakan pintu tersebut. Seketika, Hanna pun mengulas senyumannya kala ia berhadapan langsung dengan seorang wanita berambut demimor."Eh, Hanna!" serunya menatap berbinar. Selanjutnya, wanita yang tak lain adalah ibunya Arjuna pun lekas memeluk tubuh Hanna dengan senyum yang tak memudar."Apa kabar, Sayang? Udah lama banget ya kita gak ketemu," ujar wanita itu sembari menyudahi pelukannya."Apa kabar, Tante?" tanya Hanna balas tersenyum."Baik. Seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri gimana? Duh, Tante kangen banget deh sama kamu...."

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   38. Berita Perjodohan

    Seminggu telah berlalu tanpa terasa. Kehidupan Hanna seakan terjungkir balik ketika ia mendapat kabar bahwa kedua orangtuanya sudah sama-sama sepakat untuk menjodohkannya dengan cowok yang sampai saat ini masih ia anggap sebagai musuh bebuyutannya.Ya, entah bagaimana ceritanya, tahu-tahu saja tadi malam ibu negara membicarakan perihal yang sangat penting dengannya di depan Milo juga sang papa. Dan sangatlah mengejutkan ketika Milo sudah tahu lebih dulu soal perjodohan ini. Hanna begitu kaget luar biasa.Pantas saja selama ini Milo dan Devano sering bertegur sapa melalui pesan singkat yang tak jarang Hanna temukan ketika ia sedang duduk bersebelahan dengan kakaknya. Rupanya, inilah alasan dari balik sikap akur kedua cowok itu. Tapi yang membuat Hanna semakin dongkol ialah, kenapa Milo selalu menghindar setiap kali dirinya bertanya soal ia yang menjadi begitu akrab dengan Devano.Padahal seingatnya, bukankah selama ini Milo selalu muak jika harus berintera

  • Hanna (Bukan Gadis Biasa)   37. Aneh tapi Nyata

    "WOY, COWOK GAK TAU DIRI. KELUAR LO! BERANI-BERANINYA LO BIKIN ADIK KESAYANGAN GUE NANGIS. KALO LO NGERASA GENTLE, SINI LO BAKU HANTAM AJA SAMA GUE. GAK ADA AHLAK BANGET LO PAKE ACARA NANGISIN ADIK GUE. MINTA GUE HAJAR APA GIMANA LO?"Di siang seterik ini, Hanna yang sedang rebahan santai di atas tempat tidurnya pun seketika terperanjat kaget kala mendengar suara teriakan penuh emosi dari luar sana. Ya, secepat kilat Hanna pun beranjak dari posisinya guna memeriksa keadaan di luar sana melalui balkon kamarnya. Lalu, ketika ia mendapati Devano yang sedang berdiri dari balik pagar rumahnya, matanya pun memelotot kaget sekaligus teringat akan setitik masalah yang ia ketahui telah diciptakan oleh kakaknya sendiri."Bencana besar ini sih. Si iblis Devano jelas gak akan terima kalo tau adiknya punya masalah sama Bang Milo. Sementara itu, emosi Abang gue sendiri pun masih belum stabil setelah gue tegur dia kayak tadi. Wah, bisa-bisa perang dunia ke 3 bakalan pec

DMCA.com Protection Status