"Aku kangen banget rasanya berbunga dan tumbuh kupu-kupu di perutku," ujar Echa tiba-tiba mellow. Dea meringis mendengar penuturan gadis imut yang lucu dan kadang oon itu. Mereka sedang nge-mall, karena darioada ia galau karena tak bisa mengundang Lina ke rumah lagi, ia akhirnya mengajak Echa jalan-jalan. Untunglah suaminya mengizinkan, hanya saja harus diikuti bodyguard. Meski ia menolak, Juna memberikan opsi agar bodygard itu tampil dengan pakaian santai seolah asisten artis. Bagaimana lagi, penampilan Dea dan Echa memang seperti artis yang cantik, stylish dan enak dipandang. "Maksudmu gimana?" "Ya, saat-saat merasakan jatuh cinta," balas Echa dramatis. Dea terkekeh, "Hehe, gitu ya... Bukannya kamu lagi ngincer temennya Aji?" Echa tiba-tiba berhenti, "Gak mau, ternyata dia udah tunangan. Masa mau deketin aku, dikira aku gak punya perasaan kali ya. Lagian sejak awal, aku gak suka sama dia, cuma tertarik sama visualnya aja." "Terus kamu suka sama siapa?" "Jangan bil
"Ya gue juga sempat ngerasa hal kayak gitu kok, tapi lambat laun entah kenapa gue ngerasa harus ngelepasin perasaan itu biar gue sendiri bahagia."Echa pun berpikir, "Iya sih, marah sama orang malah bikin kita jadi nggak bahagia ya." Dea hanya mengangguk, padahal ia bohong. Masih ada yang mengganjal di hatinya, kebencian an perasaan tidak senang. Mereka berdua memang menggunakan bahasa yang campuran 'lo, gue' atau 'aku, kamu' "Ya gitulah, Cha. BTW jadi nggak nih gue cariin cowok boleh tapi yang bisa jadi tempat manja-manjaan?"Echa pun menghela napas, "Kalo gue butuh, gue kabarin.""Oke."Setelah mereka menghabiskan makan malam mereka, Dea mendapat pesan dari suaminyaagar pulang janan malam-malam. Bukannya tidak boleh, tapi takut ia kecapean.Ia pun senyum-senyum yang membuat Echa menggodanya, katanya Echa jadi ingin spek cowok seperti suami Dea.Namun, ketika ia membuka media sosialnya, hal pertama yang ia lihat adalah akun media sosial ayahnya. Biasanya yang memegang akun itu asi
ARON VICTORIUS MEMILIKI KEKASIH? SIAPA PEREMPUAN YANG BERHASIL MENAKLUKKAN HATI SANG DUDA HOT ITU? Beberapa nama pun terseret, termasuk Lina yang paling sering terlihat bersamanya. "Jun, emang bener Pak Victorius udah punya pasangan lagi?" tanya Tristan sahabat sekaligus rekan bisnis Juna. Mereka sedang ada di pesta peresmian usaha barunya, jadi mereka bersantai setelahnya. "Gak tau," jawab Juna santai. "Lo kan menantunya," balas Tristan. "Lu kepo banget kek Emak-emak, lagian bukan urusan gue." "Yeu, dia kan udah menduda cukup lama dan bersih dari gosip cewek, eh malah dia upload sendiri kemesraan ama cewek." "Mesra apanya, cuma pegangan tangan doang kan?" "Anjrit lo! Maksudnya ya, kapan lagi dia terang-terangan ngaku punya pasangan." "Emang dia ngaku?" Tristan mulai kesal, "Kagak secara gamblang, tapi tersirat." "Oh, ya tunggu aja beritanya. Kalo dia mau bklang mah, udah bilang aja. Gue gak berhak ngasih tau urusan dapur orang," balas Juna santai. Tristan pun h
"Dih najis! Messuuuuuuuum!" teriak Dea memukul suaminya dengan bantal secara brutal. Juna pun hanya tertawa, meski Dea perempuan kekuatannya sangat besar dan membuat kepalanya sakit karena Dea mulai menjambaknya. "Adu duh! Maaf, Sayang!" ••• Kini Lina dan Dea ada di ruang keluarga, seperti biasa ia dan Lina sudah seperti anak dan ibu yang cocok. Ia sudah ijin pada ayahnya dan ayahnya bilang tidak apa-apa membiarkan Lina di rumah. Toh Mira dan Aron sedang pergi bulan madu, pasti tidak mengapa kalau Lina main ke sana. Mereka seperti biasa, menghabiskan waktu dengan nonton drama korea sampai ending. Lina benar-benar tulus menyangi Dea, dan tulus mencintai ayahnya. Sungguh disayangkan ayahnya memilih orang yang problematik seperti Mira. Sampai saat ini Dea masih belum mengerti, ayahnya yang selalu ia banggakan bisa mengecewakannya sejauh itu. Tiba-tiba sebuah tangan mengelus perutnya yang buncit. Kandungan berusia 5 bulan, perubahan hormon, dan ia mulai malas untuk keluar
"Mau ke mana?" tanya Dea. Ia diminta siap-siap oleh Juna, tapi tidak diberitahu ke mana. "Nanti juga tau." Dea cemberut, tetapi masih menurut dan berdandan dengan baik. Setelah keduanya sama-sama siap, utamanya Dea yang lama berdandan, mereka pun langsung meluncur ke tempat yang dimaksud. Ternyata kenapa Juna berkata agar ia berdandan dengan bagus dan memakai dress, mereka ke acara reunian SMA Juna. Ia memberi tahunya saat di jalan. Entah kenapa, mendengar kata 'reuni', Dea sudah menganggap itu hal yang sangat mengerikan. Pasalnya baginya, acara itu lebih banyak ditujukan untuk orang yang sebenarnya ingin pamer. Memperlihatkan kesuksesan mereka dan meminta validasi. Acara reuni yang katanya 'temu kangen', bisa jagi boomerang bagi mereka yang masih tertatih dalam meniti masa depan. Acara itu bukan tempat yang cocok untuk orang yang ingin bertemu dengan teman-teman lama mereka, yang mereka rindukan. Bahkan orang-orang yang katanya dulunya sangat loyal padanya, akan menja
"Hallo Tuan Muda dan Tuan Putri, silahkan duduk!" sambut Tara. Ia adalah si mulut mercon alias paling berisik di tongkrongan Juna sejak SMA. Namun anehnya, meski tak semua dari kalangan berpunya, persahabatan mereka langgeng sampai sekarang. "Hallo! Apakabar kalian?" tanya Juna balik. "Ya baik..." jawab mereka. Juna mempersilahkan Dea untuk duduk di sampingnya, ia bahkan meminta temannya menggeser agar pindah dan ia bisa menempatkan Dea di tempat yang nyaman, ujung sofa bersama dengannya. Juna bahkan terus merangkul Dea agar istrinya merasa terlindungi, apalagi karena ada satu eksistensi manusia yang sudah lam membuat Dea dan Aron tidak nyaman. Siapa lagi kalau bukan, Melka? Entah dia datang menjadi pasangan siapa kali ini, karena reuni itu membiarkan mereka membawa pasangan masing-masing. Untungnya, ia tidak duduk di circle pertemanan Juna. Ia ada di sebelah dan terlihat menggandeng pria kaya, terlihat dari penampilan pria itu yang penuh barang mewah. "Btw, kenalin d
Acara inti pun selesai, mereka kembali bersantai sambil ngobrol dengan orang-orang di luar circle itu. Hanya saja, ini jadi hal yang paling menyebalkan bagi Dea, karena ia harus berhadapan langsung dengan Melka, orang yang paling ingin Ia singkirkan dari dunia ini. Apakah ia harus bicara pada ayahnya, agar ayahnya yang bekerja untuk menyingkirkannya? Namun lagi-lagi, logikanya jalan, bahwa mereka akan melakukan hal yang lebih buruk pada ayahnya. Ia tak mungkin membiarkan itu terjadi hanya untuk emmenugi egonya saja. Lalu, ia kemudian duduk di samping tempat prasmanan atau tempat cemilan. Di sana beberapa waiters di hotel, jadi mengenalnya. "Hai, Non!" "Hai juga!" "Nona kok duduk di sini?" tanya salah satu dari mereka. "Batere sosialnya habis," jawabnya seadanya. Sambil memakan beberapa cemilan. "Eh... bukannya Nona ekstrovert ya?" Dea berpikir sejenak, "Ya, tapi entah kenapa setelah hamil, rasanya males keluar." "Wah apa bayinya akan jadi bayi introvert?" tanya salah sat
Juna menghampiri Dea setelah berhasil kabur dari Melka. "Kenapa, udah?" tanya Dea. Juna menggeleng sambil sesekali memejamkan matanya. "Kamu kenapa?" tanya Dea. "Hai, Dea.Boleh pinjam suamimu sebentar?" tanya Melka tiba-tiba ingin menyeret suaminya. Namun dengan spontan, Dea langsung melepaskan tangan Melka dari Juna dan mendorongnya menjauh. "Apa-apaan lo!" bentak Melka tak terima. "Lo yang apa-apaan bitch! Juna suami gue ya, dan lo gak boleh pinjem atau nempel sama dia barang sedetik pun. Enak aja, lu kira gue bego?!" "Lo gak kapok ya setelah semua yang terjadi?!" tekan Melka mendekati Dea. Dea kembali mendorong Melka dan berbalik ia yang mendekatinya, ia menatap tajam tepat di matanya dan berkata. "Harusnya gue yang bilang gitu, gak kapok lo?!" Semua orang menonton adegan itu, membuat mereka akhirnya menyadari kalau itu Dea, Juna dan Melka mantan Juna. Pasalnya di setiap reuni sebelumnya, Juna memang membawa Melka sebagai pasangannya, bukan Dea. "Dan lu kira gue tak
"Adam Victorius Sanjaya," jawab Juna. "Gak nyambung," ujar sang ayah. "Aku pingin Adam nanti tau bahwa dia terikat oleh dua keluarga yang bahagia," ujarnya. Tanpa mereka sadari, itu sindiran untuk orang tuanya agar lebih perduli lagi padanya dan Dea, bahwa ia memilih Dea bukan untuk dinilai oleh kedua orang tuanya. "Bagus," ujar Aron. "Ya, keren banget sih," ujar Mira mendukung. Sementara itu Baby Adam terlihat menggeliat di pelukan sang nenek--ibu Juna. "Keliatannya Baby Adam setuju?" ujar Dea terkekeh. "Iya dong, jagoan Papa gitu!" ujar Juna. Ia langsung mencium pipi outranya dengan sayang, tetapi ditegur oleh ibunya karena ia terlalu brutal. "Masih bayi, Juna. Kamu tuh, kek bocil." "Maaf, Ma... gemes soalnya." Mereka semua tertawa melihat itu. Di balik kebahagiaan itu, Mira merasa harus keluar karena ia tak ingin orang-orang melihatnya menangis. Ia sangat senang, tapi juga sedih. Perasaan bercampur itu membuatnya merasa tak karuan. ••• Keesokan harinya,
Dea langsung dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan persalinan, Aron dan Mira juga ikut ke rumah sakit mendampingi. Juna ikut masuk ke dalam untuk menjaga Dea, lalu Mira dan Aron duduk di kursi tunggu yang ada di luar. "Sepertinya, ini udah selesai ya Pak," gumam Mira. Aron terkejut dengan kata-kata Mira, ia tersenyum menatap ruangan tertutup itu. "Selesai apa maksud kamu?" "Kontrak kita sudah selesai kan? Dua minggu lagi," ujarnya. Aron yang awalnya mengkhawatirkan putrinya, jadi teralihkan. Ia diam tidak menanggapi, entah kenapa ada bagian dari hatinya yang sakit mendengar pernyataan itu. Betapa ia tak pernah membayangkan ini terjadi dementara hatinya sudah tertambat untuknya. . Di dalam sana, Dea sedang berjuang, mempertaruhkan nyawa demi seorang makhluk yang akan memanggilnya Ibu atau Mama. "Sakiiiiit!" teriaknya lemas. Anak mereka belum juga keluar, melihat bagaimana Dea yang sudah lemas, maka dokter menyarankan untuk Caesar. Dea menolak, tetapi Juna sa
Yuni berusaha mengintip tapi Mira menyembunyilannya, ia membacanya sendiri setelah berhasil ngumpet di salah satu pohon. _ ' _ Dear, Istriku. Hadiah ini untukmu, selamat ya sudah berjuang sejauh ini. Kamu hebat banget! Dari, Mr. M alias suamimu _'_ Mira mendelik, "Dari Pak Aron? Kok Mr. M?" gumamnya. Kemudian ia berpikir, tulisannya terlalu romantis untuk seorang Aron yang kaku. "Oh pasti Dea yang mesen," ujarnya langsung paham. Ia segera mengantongi surat ucapan itu dan keluar dari persembunyiannya. Yuni kesal karena kepo yang memuncak, tapi akhirnya melupakannya dan memilih untuk foto-foto bersama teman-temannya. Saat Mira akan pulang dengan jemputan mobil seperti biasa, ia terkejut ketika sang sopir mengirim pesan kalau ia akan pulang bersama Aron dan Dea. Tak lama kemudian, di seberang jalan tempat ia berdiri terlihat mobil sport milik suaminya dan masuklah pesan dari Dea, kalau mereka sedang menunggu di sana. Mira terkejut, tetapi ia langsung menatap se
"Sayang," panggil Juna. Dea pun berbalik dan meyakinkan suaminya. "Aku sama Papi, oke?" Juna pun akhirnya setuju, ia tak bisa apa-apa kalau Dea sudah sesenang itu. . Dea dan Aron datang ke kampus dan membuat semua orang langsung menatap mereka. Tentu saha, siapa yang tidak tahu Dea dan Aron, donatur terbesar kampus dan anaknya yang merupakan influencer. Apalagi tampilan Dea yang sedang hamil besar, ia memakai dress baby pink dan Aron menggunakan batik coklat tua dan hitam yang kelihatan sekali mahal. "Ini akan jadi berita ngawur Sayang," ujar Aron berbisik. "Ssstttt, Papi ikut aja gak usah bawel." "Padahal kamu yang bawel," balas Aron. "Papiiiii...." Aron pun rekekeh dan membiarkan Dea menggandengnya menuju ke ruangan yang katanya ruang sidang. Namun sebelum mereka sampai, di tikungan koridor fakultas, mereka malah ketemu dengan Rektor dan dihentikan di sana. "Selamat Pagi, Pak Victorius. Apakabar?" sapanya. Pria bertubuh gemuk dengan kacamata bulat itu c
Aron menoleh ke arah suara, siapa lagi kalau bukan putrinya? "Kamu juga, tuh!" Ia menunjuk leher putrinya dengan dagunya, itu kissmark. Dea langsung membuka ponselnya dan berkaca, ternyata benar ada kissmark. "Hem, biasa... btw, Papi udah begituan kan sama Mira?" Deg! Aron terdiam, jangankan begituan, dipeluk saja Mira kakunya minta ampun. Bisa-bisa ia marah kalau sesekali meminta jatah. Lagipula, tujuan mereka menikah bukan untuk bisa begituan, artinya ia harus bersahabat dengan sabun selamanya. "Dari muka Papi sih belom, ngenes banget." Aron menatap putrinya dengan kesal, ia sudah terbiasa dengan itu tapi pembahasan ini melukai harga dirinya. "Mau aku bantu?" goda Dea. Namun, ia serius menawari ayahnya. Kini tatapan Aron menjadi tatapan penuh harap. "Aku bakal bikin kalian jadi pasangan so sweet tiap hari. Tapi ada harganya...." ••• Tentang masalah berita itu, Aron seperti biasa membereskannya. Akan tetapi Dea masih melihat bahwa Juna tak lagi bisa b
Mira tertidur di sofa ruang keluarga usai mengobrol dengan Dea, untunglah tak lama kemudian Aron pulang. "Mira!" panggilnya pelan. Akan tetapi, Mira tidak bangun. Ia seperti terlihat sangat nyaman dengan tidurnya, padahal tidur di sofa tanpa adanya selimut. Tak tega melihat itu, Aron pun ke kamar mengambil selimut untuk Mira. Kemudian ia duduk di samping Mira, entah kenapa ia melakukan itu, jelas bukan terlihat seperti ia yang biasanya. Hari ini, rasanya terasa lebih berat dari biasanya dan ketika melihat Mira, hatinya terasa tenang. Apakah ini yang dinamakan istri solehah yang membawa ketenangan? Ia jadi teringat dengan percakapannya tadi dengan Juna. Juna memutuskan untuk menjadikan bukti yang dibawa olehnya sebagai salah satu opsi, tetapi ia masih akan berhati-hati dengan Mira. Maka Aron juga tidak bisa memaksa Juna untuk percaya pada Mira, itu keputusannya. Saat ini pun, ia tidak yakin dengan apa yang ia lakukan. Entah alasan apa yang membuatnya sangat mempercay
Siang yang cerah itu nyatanya terasa mendung bagi Dea, ia sangat emosi dengan apa yang ia lihat di berita. Di berita itu tertuls, tentang fakta kalau Dea diteror telah bocor ke publik dan diduga pelakunya adalah Mira. "Lo gila sih kalo masih biarin dia ada di rumah lo, lo melihara musuh!" ujar Rani. Jadi Dea menemui Rani untuk informasi itu, kini namanya tengah trending, sementara selama 3 bulan ini ia jarang membuka media sosial, lebih banyak main game atau melakukan kelas kehamilan yang membuat kegiatannya berkutat hanya pada kehamilan dan Skripsinya. Ia sangat kecewa, tapi apa ia harus menanyakan itu pada Mira. "Gue pulang sekarang!" "Tunggu, De!" Dea menghentikan langkahnya, "Gue cuma mau peringatin lo sekali lagi karena gue pure perduli ama lo. Gue harap, lo jangan masuk ke lubang yang sama lagi. Percaya sama orang yang salah." Setelah itu, Dea benar-benar pergi dari sana dengan pikiran yang penuh dengan kecemasan. Saat ia sampai di rumah, ia melihat Mira seda
"Em... ya gaklah. Aku cuma tiba-tiba kepikiran, kamu tau kan latar belakangku?" Dea mengangguk saja. "Wajar, tapi jangan dipelihara.""Iya.""Btw, Papi bener-bener cinta sama lu. Sayang banget, cuma... dia emang orangnya gitu gak bisa menunjukkan kecintaannya."Mira agak ragu, ia hanya tersenyum tipis. Ia tak punya waktu untuk membicarakan hal yang bernama cinta.Pikirannya terlalu sibuk untuk memikirkan keluarga, pekerjaannya, dan juga misi utamanya di sana."Dia bahkan minta gue buat nemenin lo ke toko perhiasan, karena kemarin dia gak beliin buat lo."Mira terkejut, "Masa sih?" "Kok lu keliatan pesimis gitu? Beneran! Makanya aku baru kepikiran, kenapa gak beli custom aja?"Mira tak mengerti, "Gimana maksudnya?""Papi biasanya ngebiarin Mami beliin perhiasan yang cuma dibuat 1 kali aja, itu khusus.""Pasti mahal.""Lagi dan lagi, omongan lu gak jauh-jauh dari mahal. Lagian ya... wajar kali seorang Nyonya Victorius punya barang limited edition. Bahkan kalo gak punya, aneh banget
"Dia cuma bilang agar aku hati-hati aja kalo pergi sama kamu, gitu." Dea terkejut, "Dia segitunya..." "Memang ada apa sih?" tanya Mira balik. "Gue semalem ijin mau pergi sama lu, atas permintaan Papi. Eh malah dia bilang gitu ke elu?" Mira mengangguk ragu, ia harus bilang apa. Ia hanya asal mencari alasan tadi. Setelah itu mereka melanjutkan percakapan lain, karena tidak enak dengan suasananya. "Gue nggak tahu kenapa semuanya jadi rumit kayak gini, tapi karena emang udah terlanjur kayak gini, nggak ada hal lain yang perlu gue takutin kan?" Mira mengangguk ragu lagi, ia tak paham arah pembicaraan Dea ke mana. "Setidaknya ada lu, Papi, dan Juna, menurut gue udah cukup sih, nanti ditambah anak kami." Mira mengalihkan pandangannya dengan senyum tipis menatap kolam. Tatapannya sendu seolah tak berujung. Dea jadi tak enak, apa kata-katanya membebaninya? "Pokoknya, gue seneng akhirnya Papi bisa buka hati buat orang lain. Gue juga udah relain kok kalo Nyokap Tiri gue buk