แชร์

101. Lahiran

ผู้เขียน: Blue Rose
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-11 12:26:40
Dea langsung dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan persalinan, Aron dan Mira juga ikut ke rumah sakit mendampingi.

Juna ikut masuk ke dalam untuk menjaga Dea, lalu Mira dan Aron duduk di kursi tunggu yang ada di luar.

"Sepertinya, ini udah selesai ya Pak," gumam Mira.

Aron terkejut dengan kata-kata Mira, ia tersenyum menatap ruangan tertutup itu.

"Selesai apa maksud kamu?"

"Kontrak kita sudah selesai kan? Dua minggu lagi," ujarnya.

Aron yang awalnya mengkhawatirkan putrinya, jadi teralihkan.

Ia diam tidak menanggapi, entah kenapa ada bagian dari hatinya yang sakit mendengar pernyataan itu. Betapa ia tak pernah membayangkan ini terjadi dementara hatinya sudah tertambat untuknya.

.

Di dalam sana, Dea sedang berjuang, mempertaruhkan nyawa demi seorang makhluk yang akan memanggilnya Ibu atau Mama.

"Sakiiiiit!" teriaknya lemas.

Anak mereka belum juga keluar, melihat bagaimana Dea yang sudah lemas, maka dokter menyarankan untuk Caesar.

Dea menolak, tetapi Juna sa
Blue Rose

Wah akhirnya sampe sini juga....

| 3
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (2)
goodnovel comment avatar
Blue Rose
semoga ya, tp susah situasinya
goodnovel comment avatar
ReNny Ne Vino
semangat thor update nya,,ku kira aron & mira bisa lebih romantis
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Hamil Anak Om Miliarder   102. Dede Adam

    "Adam Victorius Tirtanegara," jawab Juna. "Gak nyambung," ujar sang ayah. "Aku pingin Adam nanti tau bahwa dia terikat oleh dua keluarga yang bahagia," ujarnya. Tanpa mereka sadari, itu sindiran untuk orang tuanya agar lebih perduli lagi padanya dan Dea, bahwa ia memilih Dea bukan untuk dinilai oleh kedua orang tuanya. "Bagus," ujar Aron. "Ya, keren banget sih," ujar Mira mendukung. Sementara itu Baby Adam terlihat menggeliat di pelukan sang nenek--ibu Juna. "Keliatannya Baby Adam setuju?" ujar Dea terkekeh. "Iya dong, jagoan Papa gitu!" ujar Juna. Ia langsung mencium pipi outranya dengan sayang, tetapi ditegur oleh ibunya karena ia terlalu brutal. "Masih bayi, Juna. Kamu tuh, kek bocil." "Maaf, Ma... gemes soalnya." Mereka semua tertawa melihat itu. Di balik kebahagiaan itu, Mira merasa harus keluar karena ia tak ingin orang-orang melihatnya menangis. Ia sangat senang, tapi juga sedih. Perasaan bercampur itu membuatnya merasa tak karuan. ••• Keesokan ha

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-11
  • Hamil Anak Om Miliarder   103. Aron yang Mencurigakan

    Aron akhirnya datang juga sehabis maghrib, ia datang sendiri. Hal itu membuat Dea langsung curiga, tetapi Aron malah mengalihkan perhatian ke Baby Adam yang sedang bangun. Ia menggendong Baby Adam dan menimang-nimangnya dengan lembut. "Dulu pas kamu bayi, kamu agak lebih kecil dari Adam," ujarnya. "Oh ya? Ya baguslah, Adam kan cowok," jawab Dea santai. Ia masih memikirkan kenapa ayahnya tidak mengajak Mira, dan kenapa Mira tak datang? "Mira, kenapa gak baca pesanku sih? Ditelpon gak diangkat," ujar Dea menatap ponselnya dengan bosan. "Temenmu tadi dateng?" tanya Aron. Dea menganggik, "Iya, lama mereka di sini." "Oh, besok disuruh ke sini aja, biar kamu gak bosen." "Kenapa gak Mira aja?" Aron menghentikan gerakannya menimangsang cucu, kemudian ia duduk di sofa sambil memperhatikan Adam yang tertidur pulas. Ia seperti sangat suka dengan anak-anak, sama seperti Mira. Mereka sangat serasi dalam hal kesiapan sebagai orang tua, tetapi kenapa ketidakhadiran Mira membu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-12
  • Hamil Anak Om Miliarder   104. Mira Pergi?

    Seminggu berlalu, Dea pulang ke Mansion milik Juna. Ia sudah sepakat untuk tinggal mandiri, setelah 8 bulan pernikahannya dengan Juna, sepertinya sang ayah juga sudah rela untuk melepasnya. Lagi-lagi, mereka melakukan semua itu tanpa kehadiran Mira. "Mira ke mana sih, Pih? Masa nginep gak bisa njenguk aku?" "Sayang, Mira lagi training, jadi Papi nyuruh dia buat istirahat aja. Dia pulang jam 7 terus." "Kerja apa sih? Kok kayak mengeksploitasi banget?" "Ya kantoran, tapi staff biasa jadi karena masih training, mungkin agak dimanfaatin sama Seniornya." "Cih, dasar kuno. Masa jaman sekarang masih ada praktik begitu," ujar Dea. "Ya itu udah tugasnya." "Papi harusnya lakuin sesuati biar Mira gak kecapean, masa sampe gak bisa jenguk aku." "Semua tentang kamu ya," ujar Aron mengusap kepala putrinya. Sudah jadi ibu tapi sifatnya masih kekanakan, ia tak menyalahkannya, justru itu salahnya yang terlalu membiarkan semuanya ia dapatkan dengan mudah tanpa usaha terlebih dahul

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   105. Cerai?

    "Bukan itu intinya, sepertinya apakah pernikahan ini sah?" tanya sang ayah bertanya balik. Aron masih diam, ia bingung dengan situasinys sekarang. "Kalau begitu, kalian bisa menikah ulang." "Tapi Mira...." "Kejar dia, seperti caramu mengejar mimpimu, Aron," potong sang ibu menyemangati. ••• Aron tidak tahu harus bagaimana, ia tidak bisa menghubungi Mira, juga tidak tahu keberadaannya. Ketika ia bertanya pada sopir yang mengantarkan Mira di perusahaan yang katanya akan ditempati Mira sebagai tempat kerjanya, sopir hanya sekedar tau sampai situ. Aron juga mengecek pengeluaran terakhir Mira di Blackcard-nya. Tercatat, dalam pengeluaran bahwa Mira mengambil uang sebesar 10 juta dan tercatat ada sebuah transaksi pada kost putri di sekitar perusahaan tempat terakhir sopirnya mengantarkan Mira. Namun seketika, Aaron mengkonfirmasi ke dalam perusahaan itu, semuanya nihil. Tidak ada yang mendaftar atas nama Mira, dan mereka tidak membuka lowongan kerja. Aron langsung menyes

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   106. Sibuk

    "Papi kok gak ke sini ya?" tanya Dea malam-malam saat mereka terbangun. Apa lagi penyebabnya kalau bukan bayi mereka yang imut itu terbangun dari tidurnya? Juna yang sedang menimang-nimang anaknya pun menghela nafas lelah dengan pertanyaan berulang itu. "Kamu tuh udah tanya ini berkali-kali, Sayang. Papi kamu lagi kerja. Mungkin lagi sibuk atau bahkan keluar kota?" balasnya. "Eh... tapi setidaknya dia angkat telepon aku. Aku jadi khawatir." "Khawatir kenapa sih, kok kamu kayak topiknya Papi kamu sama Mira terus?" tanya Juna tak mengerti. "Ya kamu bayangin aja, pas sekitar 3 hari setelah aku lahiran, Bi Asih bilang kalau dia lihat Mira tuh masukin baju-baju ke koper terus mereka nggak tidur di kamar yang sama, terus sejak saat itu juga Papi sama Mira nggak pernah datang ke sini," ujar Dea menggebu. "Papi kamu dateng." "Maksudnya ... Papi cuman datang sendirian, nggak ada Mira." "Ya telpon aja." "Masalahnya Mira dihubungin susah banget, katanya sih dia kerja. Tapi aku kok kaya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   107. Merindukan Senyummu

    Aron lebih banyak diam di taman belakang rumah kesayangannya. Berharap bisa melihat sang istri yang bermain-main dengan ikannya. Namun, itu hanya bayangannya. Bayangan sosoknya yang tersenyum, melamun, atau tertawa saat mengobrol dengan Dea atau para pembantu. Sosok itu yang selalu membuat sebesar apapun masalahnya, akan luruh ketika melihat atau mendengar suaranya saja. Aron benar-benar merindukannya, ingin rasanya ia mengambil kunci mobil, pergi ke Bandara untuk menaiki jet pribadinya dan menghampirinya, setidaknya akan lebih cepat daripada pakai kereta atau mobil. Bolehkah ia senekat itu? Ia sudah tak tahan lagi, ia ingin pergi ke sana dan memeluknya. Sungguh! Tak terasa, air mata menetes dari mata coklat terang itu. Banyak yang mendambaksnnya, tetapi hanya ada satu yang membuat hatinya takluk padanya. Hanya ada satu yang bisa membangkitkan sisi terliarnya dalam mencintai, ia ingin memilikinya hanya untuknya sendiri. Ia tak bisa membayangkan kalau di kampung, Mi

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
  • Hamil Anak Om Miliarder   108. Ngajar Les

    Aron benar-benar pergi setelah merenung saat itu, kekhawatirannya tak tertahankan dan ia mengajak kedua orang tuanya untuk menjemput sang pujaan hati. Mereka pergi menggunakan jet pribadi dan berhenti di Bandara Jogja, lalu menaiki mobil selama tiga jam ke daerah tempat Mira berada. Daerah itu adalah pedesaan pelosok, yang jaraknya sekitar 30 menit dari pusat kota kecil itu menggunakan motor, bisa lebih lama kalau menggunakan mobil karena jalanannya yang sempit dan rusak. "Wah suasananya masih sangat asri ya," ujar Oma menikmati udara pedesaan itu. "Pantas saja Mira memiliki karakter yang patuh, dia anak Desa," balas Opa. "Tidak semua, Yah," ujar Aron. "Iya sih, tapi kebanyakan." Aron merasa gugup untuk bertemu dengan Mira, sosok yang sangat ia rindukan. Mereka menggunakan sopir yang sudah diatur oleh asisten Aron, ia adalah bagian dari keluarganya yang ada di Jogja, jadi Aron mempercayainya. "Masih lama ya?" tanya Aron. "Iya, Pak. Mohon maaf ya, karena aksesnya aga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
  • Hamil Anak Om Miliarder   109. Tamu Agung

    "Oma!" Ibu-ibu itu langdung pamit, sementara Oma tersenyum dengan penuh percaya diri. "Assalamualaikum, Mira. Apakabar?" tanya Oma. "Waalaikumsalam, Oma. Tapi, kenapa Oma di sini?" tanya Mira, ia jelas sangat terkejut. Tiba-tiba, Aron dan Opa turun dari mobil mewah itu. Deg! Mira semakin shock, bagaimana tidak, mengapa para orang kaya ini datang ke pelosok? Apakah mereka akan membangun proyek di sana? "Mira, siapa yang datang?" tanya seorang wanita paruh baya di ambang pintu. "Itu...." Mira bingung, tetapi melihat sekitar dan ia mulai menggunakan akal sehatnya, lalu menyambut mereka untuk masuk ke dalam rumah. Sayang sekali, ruang tamu yang menjadi tempat belajar para anak SD itu menadi berantakan karena kelakuan mereka, jadi Mira memberihkannya terlebih dahulu. Ia terus memikirkan alasan mereka datang ke sini, untuk apa. Penampilan mereka pun mewah, Opa dan Oma yang mengenakan pakaian yang sangat rapih dan formal, tetapi memperlihatkan sikap anggunnya. Sem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14

บทล่าสุด

  • Hamil Anak Om Miliarder   185. Tidak Pulang

    "Mami!" teriak Dea pada sang ibu. Namun yang dipanggil, malah sedang asyik berenang dengan bikininya. "Apa sih Sayang?" tanya Julia dengan santai setelah menepi. Dea pun melihat ibunya dengan tatapan geram. Ia membawa Baby Adam dan langsung menyerahkannya pada sang pengasuh. "Mami apa-apaan sih?!" tanya Dea kesal. "Ke mana Papi sama Mama?!""Oh jadi kamu udah manggil dia Mama?" tanya Julia.Ia bukannya fokus pada apa yang dibahas Dea, malah fokus pada panggilan Dea pada Mira."Mereka lagi pergi," kata Julia santai.Ia duduk di pinggiran kolam sambil memainkan air di kakinya.Dea ingat betul kalau hobi sang ibu adalah berenang, dan kolam renang itu jarang dipakai sejak sang ibu pergi. Hanya Dea yang memakai, dengan mood yang sering tidak singkron."Mami tadi bilang, Mora di sini sama Mami.""Nggak... nggak... Mami cuma alasan doang buat godain kamu. Mami juga nggak ekspek kamu bakal ke sini beneran, Mama kira kamu cuma mengancam doang."Dea tidak mengerto jalan pikiran sang

  • Hamil Anak Om Miliarder   184. Jiwa yang Terluka

    "Sejak awal jiwanya sudah terluka, yang harusnya disembuhkan malah dibiarkan. Bahkan difasilitasi untuk berpikir buruk pada orang lain. Ia mendendam dan terus seperti itu, sampai akhirnya perasaan itu menumpuk dan menjadi sebuah penyakit jiwa."Dea dan Juna mendengarkan penjelasan dokter yang menangani Rani dengan seksama.Lalu, Dea merespon, berharap itu menjadi pendukung data tentang Rani untuk sang dokter."Hem... tapi Rani belum pernah ke dokter atau ke psikiater," ujarnya.Sang dokter tersennyum tipis, "Ya... orang-orang yang akhirnya menjadi gila awalnya karena deni dengan dirinya sendiri atas tekanan psikologos yang ia hadapi. Sejak awal mereka merasa sok kuat menghadapi masalahnya sendiri, padahal mereka tak sekuat itu. Merasa mampu untuk bertahan sendiri, tapi aslinya... mereka adalah manusia biasa yang perlu disembuhkan juga, perlu ditemani dan didengadkan. Mereka perlu sembuh dulu, sebelum menghadapi dunia ini yang keras ini," jelas sang dokter.Dea merenung, benar apa yang

  • Hamil Anak Om Miliarder   183. Mengamuk

    "Aaaaaa!" Bug! Mira diangkat dan ditidurkan di atas kasur empuk di kamar mereka. Hal itu membuat Aron senang, istrinya akhirnya menatapnya dengan benar. Sejak tadi misuh dan melengos, ia jadi tidak bisa melihatnya. "Tolong berikan aku kesempatan untuk menebusnya, Sayang," rayu Aron dengan suara yang lembut.Mira pun menggeleng dan mencoba untuk lepas dari kungkungan suaminya."Ah ggak mau.""Kalau nggak mau, ya udah, aku mending mengunjungi Dede bayi aja," ujar Aron. Mira yang sudah tahu dengan istilah itu pun langsung terkejut dan mencoba untuk mendorongnya, bahkan menendang suaminya tapi, Mira lupa kalau suaminya jauh lebih besar daripada dirinya, dan ototnya juga jauh lebih kuat. Akhirnya, Aron benar-benar melancarkan aksinya untuk mengunjungi Dede Bayi dengan cara bersenggama.Namun hal itu, tentu saja tidak bertujuan untuk menyakiti Mira, itu pure untuk menghentikan penolakan Mira dan memperbaiki hubungan.Sehingga, pasca kejadian itu Mira jadi mau mendengarkannya dan Aron

  • Hamil Anak Om Miliarder   182. Hormon Bumil versi Mira

    "Aku gak bermaksud gitu Sayang." "Tapi kamu begitu... hiks." "Oke-oke, aku minta maaf. Maafin ya." Mira tetap fokus memasukkan barangnya ke dalam tas, ia tak mau lagi tinggal satu atap dengan Julia. Ia tidak ingin menahan diri terus, ia cemburu. "Sayang...." panggil Aron lagi. Mira tetap diam saja, sementara tangannya terus memasukkan barang-barangnya ke tasnya. "Sayang dengerin aku...." Mira tak menjawab, ia benar-benar kesal. Aron juga bingung, ia tak bisa menyalahkan istrinya, tapi situasinya berbeda dari biasanya. "Sayang, ayo bicara dulu," ajak Aron. Namun, Mira tetap diam tak bersuara, ia terus mengabaikan suaminya. Hingga akhirnya, Aron mendekat dan memeluknya tiba-tiba dari belakang. Mira kaget dan secara otomatis berhenti memasukkan barang ke tasnya. "Oh, Sayang, maafin aku ya." Mira mencoba melepaskan, tapi Aron terus saja memeluknya dan malah semakin erat. Hal itu membuat Mira sesak, "Lepaaaas, kegencet Dedenya!" protes Mira. "Hah?! Sakit?!

  • Hamil Anak Om Miliarder   181. Akhirnya Mira Jujur

    "Tuh kan...." bisik Dea pada Juna. "Apa?" tanya Juna. Mereka sedang makan malam bersama di Mansion Dea dan Juna. "Kamu sih nyuruh Papi buat jemput Mami, kan Mira jadi cemburu!" jawab Dea kesal. "Kulihat, Mora diem aja tuh," ujar Juna santai. "Ya iya diem, kamu tuh sama Papi emang sama aja ya, nggak peka banget! Dia jelas diamlah, orang dia karakternya begitu, diem. Lihat deh, dia kayak nggak nafsu makan gitu." "Bukannya ibu hamil emang sering gak nafsu makan gitu?" "No, dia nggak mungkin mau jujur kalau nggak ditanya." "Ya kenapa nggak jujur? Ribet amat," ujar Juna. Dea pun mulai kesal dengan suaminya, tapi kemudian Juna berkata sebelum emosi istrinya meledak. "Ya udah ita, aku minta maaf. Nggak lagi-lagi kayak gitu deh." Dea diam saja berusaha mengendalikan emsoinya. Ukuran meja memang besar, jadi jaraknya agak jauh sehingga jika bisik-bisik, mereka tidak dengar. "Tapi... Mami kamu kok kayak masih suka sama Papi kamu?" "Ya emang iya, makanya aku ngomelin ka

  • Hamil Anak Om Miliarder   180. Kriminal Tetaplah Kriminal

    "Tapi itu berbahaya, Sayang," ujar Dea memperingatkan saminya. Ia khawatit suaminya kenapa-napa. "Iya, tapi penjahat tetaplah penjahat, Sayang. Mereka harus dihukum sebagaimana harusnya! Jika ada yang melawan, aku nggak segan-segan mengeluarkan kekuatanku yang sebenarnya." "Hem... kamu yakin?" Juna mengangguk, "Ya, Sayang. Percayalah sama aku." Dea pun menyetujuinya. Meskipun ia memiliki kekhawatiran, itu wajar tapi, sungguh ia mempercayai suaminya. Ia percaya kalau Juna bisa mengatasi semuanya. ••• Keesokan harinya, tiba-tiba saja ada seorang pembantu yang berteriak. "Aaaaaaaa!" Hal itu membuat kepala pembantu terkejut dan langsung bertanya. "Ada apa sih teriak-teriak?!" tanyanya menggeram. Hampir mengomel, tetapi ia langsung melihat ke arah objek yang membuat pembantu itu berteriak. "Apa-apaan ini?" gumamnya. Pembantu bernama Dila itu menerima paket dan langsung ia ambil dan ia taruh di dapur. Ia kira, itu paket pesanannya karena ia berbelanja online. Di

  • Hamil Anak Om Miliarder   179. Harus Sembuh dari Dalam

    "Rani ketahuan akan bunuh diri, tapi segera digagalkan oleh Tim.""Lalu di mana suami Mamiku?""Pergi. Kami menemukan celah ketika ia pergi, dan kami kemudian menemukan Rani yang ingin bunuh diri di sebuah kamar di rumah yang ada di pedesaan." "Hah?! Bagaimana bisa kejadiannya seperti itu? Padahal, Rani adalah sosok yang sangat kuat selama ini. Dia bahkan selalu menentang orang-orang yang bunuh diri, karena kakaknya pernah mengalami hal itu. Dan sudah meninggal," ujar Dea tak menyangka. Sosok yang selalu menjadi penguatnya ternyata punya masalah jauh lebih banyak."Ya seperti yang dia ceritakan ke kamu, kakaknya benar-benar meninggal karena bunuh diri. Lalu Rani, dia menganggap bahwa aku adalah sumber masalah dari kakaknya, sehingga kakaknya mengakhiri hidupnya. Dia menganggap juga, kalau akulah yang membuat hidup keluarganya hancur!""Bisa-bisanya," gumam Dea tak habis pikir."Rani sangat menyayangi kakaknya, sampai ketika kehilangannya, ia menjadi depresi dan mengalami gangguan me

  • Hamil Anak Om Miliarder   178. Tertangkap

    "Aku udah berhasil ngamankan Mami kamu. Tapi sayangnya, Rani sepertinya dibawa kabur atau disembunyikan oleh ayah tiri kamu." "Serius, terus gimana?!" tanya Dea kaget. "Aku masih mencari, dan sayangnya karena mereka di luar negeri agak susah, tapi tenang aja... aku punya banyak koneksi di sana. Jadi masih bisa diatur, tinggal nunggu hasilnya." "Aku harap dia secepatnya ditangkap," ujar Dea. Ia sama sekali tidak merasa kasihan, ia sudah menumpuk amarah pada temannya itu. Sudahlah hampir membunuhnya dan anaknya, Rani juga menghancurkan rumah tangga ibunya. Setelah pembicaraannya dengan Juna selesai, Dea pun makan sesuatu bersama Mira dan Angel. Kemudian Angel pun pulang, karena sudah dicari ibunya. Untung saja Dea juga sangat akrab dengan orang tua Angel, sehingga kedua orang tua Angel mengizinkan anaknya untuk menghibur temannya itu. Kejadian-kejadian itu kemudian diupload ke media sosial Da, agar orang-orang tidak menyalahkan ia dan Juna terus, terhadap kejadian anak

  • Hamil Anak Om Miliarder   177. Kegilaan Rani yang Lain

    "Tentu saja itu sangat mengejutkan dan menjijikan sekaligus," ujar Dea. "Jadi apa yang harus aku lakukan? Rani dilindungi olehnya kan?" "Betul Mami diancam oleh suami Mami, hiks...""Diancem apa Mami?""Diancem, kalau lapor sama kamu mungkin dia akan melakukan hal yang buruk ke Mami!""Oh my God! Mami! Lebih baik Mami pulang ke Indonesia, Mami bisa tinggal sama aku. Juna akan ngelindungin kita!""Tapi...""Dea nggak mau Mami harus mengalami semua ini, dan bertahan sama pria brengsek yang sakit jiwa itu!""Bukan gitu Sayang, tapi Mami ....""Apa yang kamu bicarakan dengan anakmu?" tanya sebuah suara.Itu suara pria dan..."Ah!"Julia teriakan kencang, suaranya berasal dari seberang sana. Hal itu membuat Dea langsung terkejut, itu jelas suara suami Julia dan Julia berteriak karena sebuah tindakan yang sayangnya tidak Dea ketahui."Mami!!!" panggil Dea panik.Akan tetapi, tidak ada jawaban. Ia berkali-kali memanggilnya, dan sambungannya pun terputus."Apa yang harus aku lakukan sekaran

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status