Share

100. Foto Bersama

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2025-02-11 10:20:43

Yuni berusaha mengintip tapi Mira menyembunyilannya, ia membacanya sendiri setelah berhasil ngumpet di salah satu pohon.

_ ' _

Dear, Istriku.

Hadiah ini untukmu, selamat ya sudah berjuang sejauh ini. Kamu hebat banget!

Dari, Mr. M alias suamimu

_'_

Mira mendelik, "Dari Pak Aron? Kok Mr. M?" gumamnya.

Kemudian ia berpikir, tulisannya terlalu romantis untuk seorang Aron yang kaku.

"Oh pasti Dea yang mesen," ujarnya langsung paham.

Ia segera mengantongi surat ucapan itu dan keluar dari persembunyiannya.

Yuni kesal karena kepo yang memuncak, tapi akhirnya melupakannya dan memilih untuk foto-foto bersama teman-temannya.

Saat Mira akan pulang dengan jemputan mobil seperti biasa, ia terkejut ketika sang sopir mengirim pesan kalau ia akan pulang bersama Aron dan Dea.

Tak lama kemudian, di seberang jalan tempat ia berdiri terlihat mobil sport milik suaminya dan masuklah pesan dari Dea, kalau mereka sedang menunggu di sana.

Mira terkejut, tetapi ia langsung menatap se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hamil Anak Om Miliarder   101. Lahiran

    Dea langsung dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan persalinan, Aron dan Mira juga ikut ke rumah sakit mendampingi. Juna ikut masuk ke dalam untuk menjaga Dea, lalu Mira dan Aron duduk di kursi tunggu yang ada di luar. "Sepertinya, ini udah selesai ya Pak," gumam Mira. Aron terkejut dengan kata-kata Mira, ia tersenyum menatap ruangan tertutup itu. "Selesai apa maksud kamu?" "Kontrak kita sudah selesai kan? Dua minggu lagi," ujarnya. Aron yang awalnya mengkhawatirkan putrinya, jadi teralihkan. Ia diam tidak menanggapi, entah kenapa ada bagian dari hatinya yang sakit mendengar pernyataan itu. Betapa ia tak pernah membayangkan ini terjadi dementara hatinya sudah tertambat untuknya. . Di dalam sana, Dea sedang berjuang, mempertaruhkan nyawa demi seorang makhluk yang akan memanggilnya Ibu atau Mama. "Sakiiiiit!" teriaknya lemas. Anak mereka belum juga keluar, melihat bagaimana Dea yang sudah lemas, maka dokter menyarankan untuk Caesar. Dea menolak, tetapi Juna sa

    Last Updated : 2025-02-11
  • Hamil Anak Om Miliarder   102. Dede Adam

    "Adam Victorius Tirtanegara," jawab Juna. "Gak nyambung," ujar sang ayah. "Aku pingin Adam nanti tau bahwa dia terikat oleh dua keluarga yang bahagia," ujarnya. Tanpa mereka sadari, itu sindiran untuk orang tuanya agar lebih perduli lagi padanya dan Dea, bahwa ia memilih Dea bukan untuk dinilai oleh kedua orang tuanya. "Bagus," ujar Aron. "Ya, keren banget sih," ujar Mira mendukung. Sementara itu Baby Adam terlihat menggeliat di pelukan sang nenek--ibu Juna. "Keliatannya Baby Adam setuju?" ujar Dea terkekeh. "Iya dong, jagoan Papa gitu!" ujar Juna. Ia langsung mencium pipi outranya dengan sayang, tetapi ditegur oleh ibunya karena ia terlalu brutal. "Masih bayi, Juna. Kamu tuh, kek bocil." "Maaf, Ma... gemes soalnya." Mereka semua tertawa melihat itu. Di balik kebahagiaan itu, Mira merasa harus keluar karena ia tak ingin orang-orang melihatnya menangis. Ia sangat senang, tapi juga sedih. Perasaan bercampur itu membuatnya merasa tak karuan. ••• Keesokan ha

    Last Updated : 2025-02-11
  • Hamil Anak Om Miliarder   103. Aron yang Mencurigakan

    Aron akhirnya datang juga sehabis maghrib, ia datang sendiri. Hal itu membuat Dea langsung curiga, tetapi Aron malah mengalihkan perhatian ke Baby Adam yang sedang bangun. Ia menggendong Baby Adam dan menimang-nimangnya dengan lembut. "Dulu pas kamu bayi, kamu agak lebih kecil dari Adam," ujarnya. "Oh ya? Ya baguslah, Adam kan cowok," jawab Dea santai. Ia masih memikirkan kenapa ayahnya tidak mengajak Mira, dan kenapa Mira tak datang? "Mira, kenapa gak baca pesanku sih? Ditelpon gak diangkat," ujar Dea menatap ponselnya dengan bosan. "Temenmu tadi dateng?" tanya Aron. Dea menganggik, "Iya, lama mereka di sini." "Oh, besok disuruh ke sini aja, biar kamu gak bosen." "Kenapa gak Mira aja?" Aron menghentikan gerakannya menimangsang cucu, kemudian ia duduk di sofa sambil memperhatikan Adam yang tertidur pulas. Ia seperti sangat suka dengan anak-anak, sama seperti Mira. Mereka sangat serasi dalam hal kesiapan sebagai orang tua, tetapi kenapa ketidakhadiran Mira membu

    Last Updated : 2025-02-12
  • Hamil Anak Om Miliarder   104. Mira Pergi?

    Seminggu berlalu, Dea pulang ke Mansion milik Juna. Ia sudah sepakat untuk tinggal mandiri, setelah 8 bulan pernikahannya dengan Juna, sepertinya sang ayah juga sudah rela untuk melepasnya. Lagi-lagi, mereka melakukan semua itu tanpa kehadiran Mira. "Mira ke mana sih, Pih? Masa nginep gak bisa njenguk aku?" "Sayang, Mira lagi training, jadi Papi nyuruh dia buat istirahat aja. Dia pulang jam 7 terus." "Kerja apa sih? Kok kayak mengeksploitasi banget?" "Ya kantoran, tapi staff biasa jadi karena masih training, mungkin agak dimanfaatin sama Seniornya." "Cih, dasar kuno. Masa jaman sekarang masih ada praktik begitu," ujar Dea. "Ya itu udah tugasnya." "Papi harusnya lakuin sesuati biar Mira gak kecapean, masa sampe gak bisa jenguk aku." "Semua tentang kamu ya," ujar Aron mengusap kepala putrinya. Sudah jadi ibu tapi sifatnya masih kekanakan, ia tak menyalahkannya, justru itu salahnya yang terlalu membiarkan semuanya ia dapatkan dengan mudah tanpa usaha terlebih dahul

    Last Updated : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   105. Cerai?

    "Bukan itu intinya, sepertinya apakah pernikahan ini sah?" tanya sang ayah bertanya balik. Aron masih diam, ia bingung dengan situasinys sekarang. "Kalau begitu, kalian bisa menikah ulang." "Tapi Mira...." "Kejar dia, seperti caramu mengejar mimpimu, Aron," potong sang ibu menyemangati. ••• Aron tidak tahu harus bagaimana, ia tidak bisa menghubungi Mira, juga tidak tahu keberadaannya. Ketika ia bertanya pada sopir yang mengantarkan Mira di perusahaan yang katanya akan ditempati Mira sebagai tempat kerjanya, sopir hanya sekedar tau sampai situ. Aron juga mengecek pengeluaran terakhir Mira di Blackcard-nya. Tercatat, dalam pengeluaran bahwa Mira mengambil uang sebesar 10 juta dan tercatat ada sebuah transaksi pada kost putri di sekitar perusahaan tempat terakhir sopirnya mengantarkan Mira. Namun seketika, Aaron mengkonfirmasi ke dalam perusahaan itu, semuanya nihil. Tidak ada yang mendaftar atas nama Mira, dan mereka tidak membuka lowongan kerja. Aron langsung menyes

    Last Updated : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   106. Sibuk

    "Papi kok gak ke sini ya?" tanya Dea malam-malam saat mereka terbangun. Apa lagi penyebabnya kalau bukan bayi mereka yang imut itu terbangun dari tidurnya? Juna yang sedang menimang-nimang anaknya pun menghela nafas lelah dengan pertanyaan berulang itu. "Kamu tuh udah tanya ini berkali-kali, Sayang. Papi kamu lagi kerja. Mungkin lagi sibuk atau bahkan keluar kota?" balasnya. "Eh... tapi setidaknya dia angkat telepon aku. Aku jadi khawatir." "Khawatir kenapa sih, kok kamu kayak topiknya Papi kamu sama Mira terus?" tanya Juna tak mengerti. "Ya kamu bayangin aja, pas sekitar 3 hari setelah aku lahiran, Bi Asih bilang kalau dia lihat Mira tuh masukin baju-baju ke koper terus mereka nggak tidur di kamar yang sama, terus sejak saat itu juga Papi sama Mira nggak pernah datang ke sini," ujar Dea menggebu. "Papi kamu dateng." "Maksudnya ... Papi cuman datang sendirian, nggak ada Mira." "Ya telpon aja." "Masalahnya Mira dihubungin susah banget, katanya sih dia kerja. Tapi aku kok kaya

    Last Updated : 2025-02-13
  • Hamil Anak Om Miliarder   107. Merindukan Senyummu

    Aron lebih banyak diam di taman belakang rumah kesayangannya. Berharap bisa melihat sang istri yang bermain-main dengan ikannya. Namun, itu hanya bayangannya. Bayangan sosoknya yang tersenyum, melamun, atau tertawa saat mengobrol dengan Dea atau para pembantu. Sosok itu yang selalu membuat sebesar apapun masalahnya, akan luruh ketika melihat atau mendengar suaranya saja. Aron benar-benar merindukannya, ingin rasanya ia mengambil kunci mobil, pergi ke Bandara untuk menaiki jet pribadinya dan menghampirinya, setidaknya akan lebih cepat daripada pakai kereta atau mobil. Bolehkah ia senekat itu? Ia sudah tak tahan lagi, ia ingin pergi ke sana dan memeluknya. Sungguh! Tak terasa, air mata menetes dari mata coklat terang itu. Banyak yang mendambaksnnya, tetapi hanya ada satu yang membuat hatinya takluk padanya. Hanya ada satu yang bisa membangkitkan sisi terliarnya dalam mencintai, ia ingin memilikinya hanya untuknya sendiri. Ia tak bisa membayangkan kalau di kampung, Mi

    Last Updated : 2025-02-14
  • Hamil Anak Om Miliarder   108. Ngajar Les

    Aron benar-benar pergi setelah merenung saat itu, kekhawatirannya tak tertahankan dan ia mengajak kedua orang tuanya untuk menjemput sang pujaan hati. Mereka pergi menggunakan jet pribadi dan berhenti di Bandara Jogja, lalu menaiki mobil selama tiga jam ke daerah tempat Mira berada. Daerah itu adalah pedesaan pelosok, yang jaraknya sekitar 30 menit dari pusat kota kecil itu menggunakan motor, bisa lebih lama kalau menggunakan mobil karena jalanannya yang sempit dan rusak. "Wah suasananya masih sangat asri ya," ujar Oma menikmati udara pedesaan itu. "Pantas saja Mira memiliki karakter yang patuh, dia anak Desa," balas Opa. "Tidak semua, Yah," ujar Aron. "Iya sih, tapi kebanyakan." Aron merasa gugup untuk bertemu dengan Mira, sosok yang sangat ia rindukan. Mereka menggunakan sopir yang sudah diatur oleh asisten Aron, ia adalah bagian dari keluarganya yang ada di Jogja, jadi Aron mempercayainya. "Masih lama ya?" tanya Aron. "Iya, Pak. Mohon maaf ya, karena aksesnya aga

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Hamil Anak Om Miliarder   154. Kencan?

    Mira keluar dari kantor saat tiba-tiba mobil mewah yang sangat ia kenali, berhenti di depannya, membuatnya dan orang di sekitarnya kaget. Lalu, kaca mobil dibuka dan memperlihatkan Yuda--sopir Aron yang tersenyum padanya. "Silahkan naik, Nyonya." "Lah Evi (opir Mira) kemana?" tanya Mira. "Sudah pulang, Tuan yang nyuruh." Mira kemudian mendekat dan melihat ada Aron yang duduk di kursi penumpang dengan ekspresi datar. Hal itu membuatnya bingung, tapi ia juga tak bisa menolaknya. Dibukanya pintu samping sopir dan ia duduk di sana, mengabaikan tatapan Aron yang jelas tak suka ia duduk di samping Yuda. "Nyonya... itu..." "Sssstttt, jalan!" perintah Mira. Yuda melirik Aron dari kaca tenah dan melihat sang majikan mengangguk parah. Sepertinya mereka sedang ada masalah, yang membuat Nyonyanya tak mau duduk bersama sang Tuan. Padahal biasanya mereka sangat menempel, tapi sebagai sopir Ia hanya bisa fokus menyetir dengan kondisi tertekan. Bagaimana tidak tertekan? B

  • Hamil Anak Om Miliarder   153. Kerja

    "Kita harus kerja sekarang kan?" Aron mengeryit, "Di situasi ini?" Ia sungguh kaget, pembicaraan ini amat penting, dan sekarang Mira masih memikirkan kerja? "Aku akan teat dan akan dapat masalah," ujar Mira panik. Alih-alih menunggu suaminya bicara, ia segera masuk ke kamar mereka dan mengambil batang-barang yang harus ia bawa ke kantor. Aron kebingungan, tapi Mira terlanjur heboh sendiri dan minta dintarkan ke kantor pada sopirnya. Pada saat itulah, Aron merasa apa yang ia lakukan tidak mempan untuk Mira. Yah, Mira bukan perempuan bodoh, tapi ia hanya belum bisa menerima. Ia pun akan mencoba mengerti, jika seperti itu hasilnya. ••• Dea tadi malam memang sudah memberikan testimoni pada Mira tentang ayahnya Ia bukannya mau ikut campur, tapi ia ingin membantu ayahnya sedikit-sedikit. Makanya ia cukup banyak menceritakan tentang ayahnya pada Mira. Saat ini, Dea sudah agak senggang dan membuka ponselnya karena Baby Adam sudah tidur. Akan tetapi, ayahnya menelpon dan

  • Hamil Anak Om Miliarder   152. Apakah Ini Tak Cukup?

    "Jangan tinggalin aku!" gumam Aron dengan isak tangisnya. Mira tambah bingung, "Apa yang kamu maksud? Ninggalin apa?" tanyanya. Aaron kemudian melepas pelukannya pada Mira dan menatapnya. "Kamu nggak ninggalin aku kan?" Mira mengeryit bingung, "Maksud kamu? Lah aku kan cuma nginep di tempat Dea." "Kukira kamu gak bakal pulang karena masih marah sama aku. Aku takut kamu pulang lagi ke kampung," ujarnya dengan suara yang agak kekanakan. Jujur di sini Mira merasa bingung, apakah ini suaminya yang biasanya berwibawa, ia tampak seperti Kucing manja sekarang. Mira pun menghela nafas dan menggeleng. "Enggak kok, aku gak akan pergi sebelum nyelesein masalah kita." "Tapi kamu tetep pergi?" "Tergantung kamu," balas Mira sok cuek. Padahal ia hampir kelepasan ketawa gara-gara kondisi muka Aron terlihat seperti balita yang takut ibunya pergi. Saat Aron ingin membalas lagi, Oma menyarankan agar mereka duduk dulu. Lalu, mereka pun menurut dan berjalan menuju sofa. Mira dud

  • Hamil Anak Om Miliarder   151. Pria Bucin

    Mira merasa hatinya mulai mengeras, ia sulit percaya pada suaminya lagi. Ia takut, bahwa cintanya juga akan pudar. Ia mengirimkan pesan pada suaminya karena ingin menginap di Mansion milik Dea. Mira || Mas, ijin nginep di tempat Dea ya Aron || Kenapa? Aku mau ngobrol loh Sayang Mira || Besok aja, sekarang aku mau sama Baby Adam Menunggu cukup lama selama 5 menit, baru Aron membalas lagi. Aron || Ya udah gak papa, semoga mimpi indah Mira mendengus, "Manis banget kamu Mas," gumamnya kecewa. Ia masih kecewa dengan keadaan ini, di mana ia bahkan tidak bisa membayangkan kalau suaminya memang berselingkuh dengan Julia. Dea menatap Mira dengan prihatin, "Papi bilang apa?" "Dia mau ngobrol sama ku, tapi aku mau sama Baby Adam dulu." Dea pun mengangguk-angguk saja. Ia tak ingin membuat mood Mira turun. Ia yakin Mira dalam kondisi yang tidak membutuhkan nasihat, ia hanya butuh jeda jntuk bertemu Aron sebelum menghadapinya lagi. Menghadaoi orang yang membuat kita kecewa

  • Hamil Anak Om Miliarder   150. Perang Dingin

    Mira akan tetap berada di sendiri aja bahwa suaminya harus berusaha membuktikan bahwa ia tidak bersalah Ia merasakan trust issue dengan orang kaya seperti suaminya. Awalnya ia berharap bahwa ada titik terang, tapi ternyata Aaron juga berpotensi untuk menuju ke arah suami tidak setia. Lagian wajar sih, banyak cewek di luaran sana yang tertarim dengan Aron, tertarik untuk menikmati uang atau bahkan tubuhnya. Ia pernah diberitahu Dea, bahwa ayahnya pernah hampir diperkosa, ada juga yang terang-terangan meminta disetubuhi oleh suaminya secara gratis. Ia jadi merasa tambahsesak ketika mengingat fakta itu, ingin rasanya menangis. Ia tidak rela kalau harus membayangkan suaminya bercinta dengan perempuan lain, bayangkan kalau tangannya menyentuh entah bagian tubuh perempuan yang mana, atau perempuan mana saja yang ia sentuh. Ia tidak rela, dan terus merasa frustasi dengan itu. ••• Hari ini katanya Aron akan bertemu dengan Julia, sementara dirinya memilih pergi ke tempat Dea

  • Hamil Anak Om Miliarder   149. Survey Tempat Resepsi

    Mira begadang semalaman, dan memikirkan apa yang dikatakan Dea. "Masuk akal...." gumamnya. Apakah mungkin aktivitas yang dilakukan Aron dan mantan istrinya itu, dilatarbelakangi dari kebutuhan batinnya yang tidak terpenuhi dari istrinya sendiri? Itu bisa sejalan sih, tapi Mira tidak yakin kalau Aron orang yang seperti itu. Jika memang Aron ternyata orang seperti itu, dan ia tidak tahu aslinya. Ia akan sangat hancur. Ia merasa bodoh, atau bisa jadi Aron terbiasa dengan itu dan tidak bisa sembuh. Suaminya bisa saja terbiasa melampiaskan kebutuhannya itu, pada para pelacur atau orang-orang random yang mau berhubungan badan dengannya, yang sama-sama terbiasa dengan aktivitas seperti itu. Ditambah lagi, Aron punya modal fisik yang sulit ditolak. Sangat langka untuk ukuran pria yang tampan tapi tidak doyan selingkuh, presentasenya sekitar 1 banding 10? Mira tidak tau. Biasanya perilaku playboy itu tidak bisa sembuh. Lalu, karena mereka sudah menikah, bisa saja seumur hid

  • Hamil Anak Om Miliarder   148. Siksaan Bagi Suami

    Masalah antara Aron dan Mira tentu saja belum selesai, mereka masih saling diam tapi, Oppa kemudian bicara pada Aron. Mereka bicara di taman belakang, sambil ngopi dan menikmati sore yang tenang. Hari itu, Aron memang pulang lebih awal seperti biasa, ia tak tenang pergi ke kantor ketika istrinya marah padanya. Ia merasa dihantui rasa bersalah, dan merasa tak berguna. Ia merindukan Mira meski ia bisa melihatnya tiap hari, tapi tak bisa menyentuhnya, memeluknya dan menatapnya dati dekat. Mira selalu menjaga jarak, mengabaikannya dan mencoba mengurangi interaksi. Ini adalah siksaan terbesar untuknya. "Ini tidak boleh diteruskan, Aron," ujarnya. "Aku tau, hanya saja Mira tidak mau bicara padaku Yah," keluh Aron merasa frustasi sendiri. "Aku menerti, kamu kan bisa cari cara agar Mira bisa mendengarkan penjelasanmu. Bukan malah membiarkan dia menghindarimu seperti itu, perempuan memang punya ego sendiri, seperti kita parah laki-laki, sama. Tapi memang, mereka harus dibujuk deng

  • Hamil Anak Om Miliarder   147. Tak Bisa Menjelaskan

    Malam harinya tiba, Aron menagih apa yang ditanyakan pada istrinya tadi siang. "Sayang, sekarang kamu udah mau cerita kan apa yang tadi aku tanyain ke kamu?" tanyanya. Mira yang baru naik ke ranjang dan bergabung di satu selimut yang sama dengan suaminya pun menghela napas. Ia seolah mempersiapkan semuanya untuk menjelaskan pada suaminya. Mempertimbangkan reaksinya atau akibat dari apa yang ingin ia sampaikan. "Gini..." Aron sebenarnya merasa gemas dengan istrinya yang seolah tarik ulur, tetapi ia paham bahwa ia juga butuh waktu untuk siap, jadi ia sabar menunggu. "Aku... liat waktu itu, kamu sama Maminya Dea ciuman di ruang tamu pas aku baru pulang dari rumah Dea." Deg! Wajah Aron langsung pias, seoolah baru saja ketahuan melakukan kesalahan yang ia sembunyikan, setidaknya itu yang Mira pikirkan. Ia sempat merasa khawatir kalau ternyata itu benar, akan tetapi Aron kemudian langsung berkata. "Maaf, itu salahku. Aku kira kamu gak tau?" tanya Mira langsung. Ia tak bisa men

  • Hamil Anak Om Miliarder   146. Mengindra Kebaikan Mira

    "Maksudnya, Mami merasa nggak nyaman sama Mira dalam artian karena dia pasangan dari mantannya Mami. Eh... tapi aku paham kok kalau Mami ngerasain hal itu, karena itu kecemburuan yang wajar." Julia terlihat diam saja, seolah ingin menghindari percakapan dengan menatap ke luar jendela yang memperlihatkan taman samping Mansion. "Masalahnya kalau Mami takut aku lebih condong pada Mira, itu salah besar. Karena aku akan selalu menempatkan Mami di tempat utama, sementara Mira meskipun Ia sekarang ibu tiri aku, dia tetaplah sahabat aku. Setidaknya itu yang aku lihat, di mata aku dia adalah sahabatku. Jadi Nami nggak perlu khawatir tentang itu," ujar Dea meyakinkan. Julia masih diam, tapi kali ini terlihat mengangguk pelan. "Hem... coba deh Mami kenali Mira lebih jauh lagi. Dia asik kok orangnya," lanjut Dea meyakinkan sang ibu. Julia pun mengangguk saja tanpa mengatakan apa-apa. Dea pun mengerti, mungkin Julia sedang memikirkan atau mempertimbangkan apa yang ia sarankan. . Sem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status