Krieeett!!!Suara derit pintu yang tiba-tiba terbuka, membuat Esmeralda terkejut setengah mati. Pandangannya segera beralih menatap ke pintu, yang dibaliknya terlihat ibunya berdiri menatap putrinya itu dengan sedikit kebingungan. "Kamu udah pulang, nak? Sejak kapan? Kok nggak langsung masuk, malah berdiri di depan pintu saja?" Serentetan pertanyaan segera dilayangkan oleh Bu Melisa, seolah tidak memberikan kesempatan untuk putrinya berbicara. "Aku baru saja sampai, Bu," sahut Esmeralda dengan suara yang terdengar datar. "Yuk masuk! Kamu belum makan kan? Pasti sudah sangat kelaparan. Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu. Kamu makan yang banyak ya, supaya kamu dan bayi kamu sehat," ucap wanita itu lagi dengan panjang dan lebar sambil menggiring putrinya untuk masuk.Sebelum pintu ditutup, Esmeralda sempat menoleh. Kedua matanya membelalak dengan lebar saat ia melihat sosok hitam yang berada dibalik pohon sawo yang berada tidak jauh dari depan rumahnya. Bu Melisa segera menutup pin
Saat Esmeralda menoleh, ia terkejut bukan main. Sosok itu berdiri persis di belakangnya. Ia bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa dari sosok yang begitu jelek dan menyeramkan baginya."Akhhhh!!!!" Esmeralda berteriak sangat keras dan nyaring. Meskipun ia menyadari bahwa tak akan ada yang mendengar suara teriakannya, karena ia berada di kantor sendirian di waktu yang sangat pagi.Tubuh Esmeralda mendadak lemas. Ia terduduk, masih menatap sosok yang terus menatapnya dengan sorot mata berwarna merah menyala, yang membuat wanita itu ketakutan setengah mati."Ja-jangan ganggu aku," ucap Esmeralda dengan suara yang terdengar gemetar. Nadanya terdengar sedikit memohon.Sesaat kemudian, sosok itu mengeluarkan kuku-kukunya yang tampak runcing dan panjang, yang membuat Esmeralda kembali berteriak histeris. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.Ia terus berteriak, dan semakin berteriak keras saat ia merasakan sesuatu yang menepuk bahu
"Ibu?" Esmeralda memekik saat ia melihat ibunya yang terjatuh dari tangga besi yang berada di dapur.Wanita itu dan juga ibu mertuanya gegas pergi ke dapur untuk melihat keadaan Bu Melisa yang telah tergeletak di lantai. Barang-barang seperti panci dan mangkuk yang ditaruh di lemari di atas dinding, tampak berserakan."Bu, apa yang terjadi?" Esmeralda gegas membantu ibunya untuk duduk.Wanita tua itu tampak meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya."Ibu mau ambil barang di atas lemari, nak. Tapi sepertinya ada yang menggoyangkan tangga, atau mungkin ibu yang kurang keseimbangan jadinya jatuh," jawab Bu Melisa menjelaskan pada putrinya.Bu Aurora hanya mengernyitkan dahinya menatap wajah besannya."Ibu istirahat saja ya? Biar aku saja yang masak," ucap Esmeralda yang terlihat khawatir melihat ibunya.Wanita itu pun menuntun ibunya menuju ke kamar yang berada di lantai dua, di sebelah kamarnya."Sebentar ya
Bu Melisa yang melihat perubahan ekspresi putrinya secara tiba-tiba, membuat ia semakin khawatir.Wanita tua itu gegas menghampiri putrinya yang duduk di kursi rias."Ada apa? Apa yang terjadi?" bisiknya bertanya dengan suara yang sangat pelan nyaris tak terdengar, hanya terlihat gerakan bibirnya saja.Esmeralda tidak langsung menyahut. Ia hanya melirik wajah ibunya yang semakin terlihat memancarkan kegelisahan."Oh, begitu ya om? Makasih ya om. Maaf sudah mengganggu," ujar Esmeralda sebelum ia mengakhiri panggilannya.Ia termenung selama beberapa saat lamanya. Ia bingung, bagaimana ia harus mengatakan berita itu pada ibunya yang memang dari tadi sudah terlihat sangat mengkhawatirkan bapaknya."Nak, bagaimana? Bapakmu masih lembur kan di pabrik?" tanya wanita tua itu sekali lagi hendak memastikan.Esmeralda menundukkan wajahnya dalam-dalam sambil menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Nggak, Bu. Teman kerja b
Suasana kamar tampak sepi dan sunyi. Tak ada seorang pun di sana yang membuat Bu Melisa sedikit tercengang.Ia menoleh menatap wajah putrinya yang balas menatapnya seolah tak percaya dengan apa yang terjadi."Bapak beneran pulang, Bu?" tanya Esmeralda sekali lagi hendak memastikan.Bu Melisa tidak menyahut. Ia gegas menuruni anak tangga. Sementara Esmeralda masih membeku di depan kamar yang pintunya terbuka dengan lebar.Ia merasa ada sedikit keanehan. Jika ibunya berbohong, tapi ia melihat ada jejak kaki di lantai. Ya, seperti yang sebelumnya Bu Melisa katakan bahwa Pak Belerick pulang dengan keadaan kotor.Esmeralda merasa ada yang tidak beres. Ia segera menyusul langkah ibunya menuruni anak tangga.Ia melihat wanita tua itu berdiri mematung di depan pintu kamar mandi yang berada di bawah tangga.Pandangannya beralih menatap Esmeralda yang telah berdiri di sebelahnya, yang kemudian menganggukkan kepalanya seolah member
Tuk tuk tukSuara ketukan dari kaca jendela mobilnya, telah menyita perhatian Esmeralda.Wanita itu mendadak hening. Ia menoleh ke sisi jendela mobilnya, dan melihat seorang lelaki tua yang beberapa kali mengetuk kaca jendela.Pandangan Esmeralda beralih ke depan, mencari sosok anak genderuwo yang baru saja ia lihat.Tapi ia tidak menemukan apa-apa di sana. Hanya jalan yang gelap, yang kanan dan kiri dipenuhi pohon-pohon.Tuk tuk tukEsmeralda kembali mendengar suara jendela kaca mobilnya diketuk oleh orang yang sama, yang membuat Esmeralda kembali menoleh menatap ke arah lelaki tua itu yang terlihat sedang berbicara sesuatu.Esmeralda membuka kaca jendela mobilnya. Kali ini ia bisa melihat lelaki tua itu dengan jelas. Ia menatap lelaki tua itu dengan raut wajahnya yang tampak pucat."Non, mobilnya mogok?" tanya lelaki tua itu hendak memastikan. Ia menatap wajah Esmeralda dengan bingung."Nggak, pak," s
Franky termenung memandangi layar ponselnya yang telah menunjukkan pukul 20.15 WIB. Sudah lewat dari jam yang telah ia tentukan, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Esmeralda.Franky melenguh, menghembuskan nafasnya yang terasa berat. Ia pikir, wanita itu benar-benar sudah tidak ingin berhubungan lagi dengannya.Franky menatap ke jalanan yang tampak gelap dan sepi. Ia masih berharap bahwa wanita yang sedang ia tunggu-tunggu itu, muncul di hadapannya."Mungkin dia akan datang terlambat. Aku akan tunggu dia lebih lama lagi," gumamnya dengan lirih.Sambil menunggu, ia berselancar menggunakan ponsel miliknya. Ia melihat-lihat galeri foto, dan tak sengaja menemukan foto pernikahannya bersama dengan Nana.Deg. Tiba-tiba saja jantungnya seolah berhenti berdetak. Sudah sangat lama ia tidak memberikan kabar pada wanita itu."Ah! Mana mungkin dia masih berada di desa itu." Franky tersenyum kecut. "Dia pasti sudah kembali ke Kalimantan dan
"To-tolong bapak, n-nak!" Suara Pak Bane terdengar berat, yang membuat Esmeralda semakin panik.Wanita itu berusaha dengan keras melepaskan tangan Bu Aurora yang diduga kerasukan, dari leher bapak mertuanya itu. Tapi tangan yang terlihat kecil itu, memiliki kekuatan yang tidak lazim."Pak! Aku tidak bisa melepaskan tangan ibu dari leher bapak. Apa yang harus aku lakukan?" Esmeralda mulai merasa sedikit putus asa dengan apa yang terjadi. Terlebih lagi saat ia melihat wajah bapak mertuanya yang telah membiru.Saat Esmeralda mulai ingin menyerah, pandangannya menemukan sebuah kotak tisu yang terbuat dari kayu, yang berada di dashboard mobilnya. Ia meraih benda itu, dan memukulkan kepala ibu mertuanya secara beberapa kali, hingga menyebabkan wanita tua itu pingsan.Diliriknya bapak mertuanya yang sudah terlihat lemas.Esmeralda gegas kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia tancap gas menuju ke rumah sakit terdekat, tempat di mana bapaknya diraw
Melihat pemandangan di depannya, membuat Bu Layla berteriak dengan histeris. Wanita itu merangkak untuk menghampiri tubuh suaminya yang terlihat tidak berdaya. Pak Khaled batuk berdarah, yang membuat Bu Layla semakin panik. "Bu, cepat bawa Xiena dan Xavier keluar dari rumah ini. Ajak juga putri kita, " ucapnya dengan suara yang lirih. Lelaki tua itu tampak sekarat. "Tapi kami harus ke mana Pak? " tanya Bu Layla dengan panik. Belum sempat Pak Khaled menjawab pertanyaan istrinya, ia yang melihat Esmeralda berjalan maju ke arahnya, berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangkit, melindungi anak dan istrinya. "Cepatlah pergi, bu! " ucapnya yang segera berdiri di hadapan Esmeralda. Sementara Pak Khaled mengalihkan perhatian hantu wanita itu, Bu Layla dan Camelia pergi meninggalkan kamar sambil membawa serta Xiena dan Xavier. Mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sedangkan Pak Khaled mendapatkan serangan bertubi-tubi yang membuat lelaki tua itu semakin tidak berdaya. Pak Khaled yan
"Bu, coba lihat siapa yang datang? " ucap Pak Khaled memberikan perintah. Bu Layla tidak menyahut. Ia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu dengan perlahan, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat itu, benar-benar Esmeralda. Dia sudah pulang setelah hampir satu bulan menghilang tanpa jejak, dan juga tiada kabar. Bu Layla melongo. "Ini beneran kamu Esmeralda? " tanyanya hendak memastikan. Wanita itu diam. Bibirnya mengatup rapat. Pandangannya kosong. Ia tidak menyahut pertanyaan yang telah diajukan oleh Bu Layla. Tatapan matanya terlihat kosong. Ia berjalan masuk ke dalam, melewati Bu Layla yang masih terbengong memandangi punggung Esmeralda yang semakin jauh dari hadapannya. wanita itu menuju ke kamar si kembar. Bu Layla yang tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam rumah. Pak Khaled yang semula terlihat f
Tok tok tokSuara ketukan nyaring telah menyita perhatian Pak Khaled, Bu Layla dan Camelia yang sedang bermain dengan Xavier dan Xiena di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. "Siapa ya yang datang? " tanya Pak Khaled yang terlihat penasaran. Camelia hanya angkat bahu, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap wajah Xavier dan Xiena. Bu Layla yang menyadari bahwa dirinya yang harus membukakan pintu, segera beranjak dari tempat ia duduk. "Biar ibu saja yang buka, " ucapnya yang melenggang pergi menuju ke pintu depan. Raut wajah Bu Layla berubah saat ia melihat seseorang yang berada di balik pintu, yang telah mengetuk pintu rumahnya adalah Pak Clint. Sebuah senyuman tampak tercetak dengan jelas di bibirnya. "Pak Clint? Ada apa ya? Tumben sore-sore datang bertamu? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Pak Clint terdiam selama beberapa saat. Wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan dan gelisah, membuat Bu Layla menyadari bahwa ada
Seluruh bulu kuduk nya mendadak merinding. Esmeralda cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, dan kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit yang sebelumnya telah di beritahukan oleh Bi Masha lewat pesan singkat di aplikasi hijau. Setibanya di rumah sakit, Esmeralda segera turun dari mobil. Ia keluar dari halaman parkir menuju ke lobby rumah sakit. Ia menemui resepsionis yang berjaga di sana. "Permisi, mbak. Saya mau menjenguk pasien atas nama Bu Aurora yang katanya sedang kritis, " ucap Esmeralda dengan raut wajahnya yang terlihat serius. "Oh, Bu Aurora ya? dia sudah dipindahkan ke rumah sakit umum Daerah yang ada di seberang sana, Bu! Keadaannya semakin parah. kedua matanya terus mengeluarkan darah. "Mendengar penjelasan dari petugas rumah sakit yang berjaga, membuat Esmeralda termangu selama beberapa saat lamanya. Lamunan Esmeralda terberai saat ia mendengar suara dering ponsel yang berbunyi keras dari dalam tasnya. "Baik, mbak. Terimakasih infony
Esmeralda melangkah dengan perasaan kecewa yang mendalam. Ia merasa patah hati setelah melakukan ritual sesajen itu, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak ada petunjuk atau tanda-tanda keberadaan bayi perempuannya. Bu Layla yang menyadari diamnya wanita itu, mengusap-usap dengan lembut bahunya seolah memberikan isyarat agar wanita itu tetap kuat dan bersabar. Kedatangan Mereka segera disambut oleh Camelia yang menghampiri mereka dengan raut wajah yang terlihat sangat antusias. "Bagaimana? Apakah Xiena sudah ditemukan? " tanyanya menyambar. Bu layla dan Pak Khaled saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sementara Esmeralda hanya tertunduk dengan raut wajah yang murung. "Di mana Xavier, Mel? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Ia merasa heran kenapa putrinya tidak bersama dengan bayi laki-laki itu. "Sehabis ku mandikan dan kuberi susu, dia tidur di kamar, " sahut Camelia menjelaskan. "Nduk, kamu kembali ke kamar s
Esmeralda tidak langsung menjawab. Ia terdiam selama beberapa saat lamanya. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam. Ia menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali secara perlahan. "Saya.... Dulunya menikah dengan orang sini, " ucap Esmeralda yang memulai ceritanya. Sementara Bu Layla dan Camelia tampak menyimak penuturan wanita itu. "Saya sempat tinggal di sini bersama dengan mantan suami saya. Ibu mertua saya kurang menyukai saya karena saya belum memiliki keturunan. Lalu saya tiba-tiba hamil. Tapi mantan suami saya malah menceraikan saya. Katanya dia mandul, bagaimana mungkin saya bisa hamil? Dia menuding saya selingkuh." Airmata kembali mengalir perlahan membasahi pipi Esmeralda. "Ya, saya merasakan ada yang aneh dengan kehamilan saya. Hanya beberapa bulan saja, tiba-tiba perut saya membesar, dan saya merasakan kontraksi yang hebat hingga saya tidak sadarkan diri. Saat saya terbangun, ibu mertua saya bilang bahwa bayi saya tidak selamat.""Lalu, apa yang terjadi? " tanya
*Special Part*Dokter wanita itu tertegun selama beberapa saat. Dia melirik wajah Esmeralda yang balas menatapnya, sebelum pandangannya kembali beralih menatap wajah sang perawat. "Ada apa dengan bayi lelaki itu?" tanyanya hendak memastikan. Dokter wanita itu menyerahkan bayi perempuan yang sejak tadi berada di tangannya, pada sang ibu yang segera menampungnya. Dokter itu berjalan perlahan menghampiri sang perawat yang kembali menatap bayi lelaki yang tidak bergerak sama sekali. "Dia tidak menangis, dan juga tidak bergerak, dok. Apakah dia sudah meninggal?" Perawat itu menatap wajah dokter yang berdiri di hadapannya dengan perasaan khawatir. Dokter itu kemudian menggendong bayi laki-laki itu. Dan benar, ia tidak merasakan nafas bayi itu. Dia memijat perlahan dada bayi itu, memberikan pertolongan. dia pikir, bayi itu tersedak air ketuban. Setelah beberapa menit ia berusaha, tapi hasilnya nihil. dokter mulai berputus asa. Dia menarik nafas panjang, dan menghelanya dengan kasar. D
Angin berembus dengan semilir. Pintu terbuka semakin lebar, yang membuat kedua mata Camelia dan Esmeralda terbelalak dengan lebar. Tak seorang pun yang berdiri di sana untuk membuka pintu. Padahal mereka sudah sangat yakin bahwa pintu kamar sudah ditutup dengan benar. Tidak mungkin terbuka oleh angin.Camelia dan Esmeralda saling menatap satu sama lain. Keduanya saling menelan ludah."Siapa yang membuka pintu itu? " Camelia menatap wajah Esmeralda dengan tatapan tajam.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Mungkin tadi saat Pak Kyai Khaled keluar, dia tidak menutup pintu dengan rapat, jadi terbuka sedikit oleh angin, " Sahut Esmeralda berusaha menenangkan dirinya dan juga putri Pak Kyai yang hanya menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita itu."Ya, masuk akal juga, " Ucapnya dengan intonasi yang datar. Ia tersenyum kaku, berusaha menyamarkan perasaan takut yang sedang menguasai dirinya.Esmeralda balas tersenyum. "Biar aku tutup pin
Mendengar teriakan Camelia, perhatian Pak Kyai Khaled dan Bu Layla, segera tersita. Keduanya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, sebelum keduanya beranjak dari tempat mereka menuju ke dapur untuk melihat apa yang telah terjadi pada putri mereka.Keduanya tercengang saat melihat Camelia tergeletak di lantai dapur, dengan pecahan gelas yang sedikit basah.Mereka melangkah dengan hati- hati agar tidak terkena pecahan kaca, mendekati putri mereka yang tidak sadarkan diri."Nduk? " Pak kyai mengusap lembut wajah Camelia. Wanita itu sama sekali tidak merespon."Pak, kita bawa dia ke kamar saja, " Ucap Bu Layla dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Sementara Pak kyai Khaled membopong tubuh putrinya, membawanya ke kamar, Bu Layla membereskan pecahan gelas."Apa yang telah dilihat putri kita, pak? Sampai dia tidak sadarkan diri seperti itu, " Ucap Bu Layla menatap wajah Pak kyai, setelah wanita itu masuk ke dalam kamar putrinya, dan duduk di sebelah suaminya."Entahlah, Bu