Anjani menengok ke arah perempuan itu."Mayra. Jadi kamu bersekongkol dengan perempuan ini Ka?" "Apa kabar Anjani? Ya, kamu benar. Aku memang bersekongkol dengan Dika. Apa kamu pikir aku akan dengan mudah membiarkan Revan menikahi kamu? Jangan mimpi!" sentak Mayra."Memangnya kalau aku sama Revan nggak jadi menikah apa dia akan berubah haluan memilihmu? Memangnya siapa dirimu ini?" ujar Anjani meremehkan. Terbiasa hidup mandiri membuat Anjani lebih berani."Kalau kau ingin tahu aku adalah tunangan Revan dan kami akan segera menikah!" ucap Mayra memprovokasi Anjani."Benar, dan tidak seharusnya kau menikah dengan Revan, Anjani!" sahut Dika menimpali."Tunangan yang memilih kabur dengan selingkuhannya dua minggu sebelum hari pernikahan dilaksanakan!" ujar Anjani tersenyum miring."Kurang ajar, berani sekali kau padaku jalang!" PlakkPlakkMayra yang geram langsung menampar Anjani. Dika terkejut dengan tindakan Mayra dan sempat ingin mengobati Anjani namun Mayra menahannya."Hentikan D
"Iya dan aku akan tetap pada pendirianku untuk menikahinya kalau perlu aku akan membawanya pergi menjauh dari sini, dan kami akan memulai hidup bahagia bersama anak anak kami," ucap Dika pada Mayra. "Kamu itu naif sekali Dika. Sudah jelas si jalang itu tidak sudi menikah denganmu tapi kamu masih saja mengharapkan dirinya," ujar Mayra tersenyum kecut. "Tutup mulutmu Mayra, Anjani bukan jalang. Dia masih suci bahkan selama ini aku tidak berani menyentuhnya karena dia masih sangat menjaga kehormatannya." "Lalu kata apa yang pantas disematkan untuk seorang perempuan yang hamil sebelum menikah?" ucap Mayra terus mempermainkan emosi Dika. "Dengar baik baik Mayra, Anjani hamil bukan karena dia menjadi wanita murahan. Tapi dia hamil karena kesalahan Revan," ucap Dika berapi api. “Bisa saja dia mengarang cerita agar orang lain simpati padanya. Dika, Dika ... di luar sana wanita yang seribu kali lebih baik dan lebih cantik dari Anjani itu masih banyak, segitunya kamu membela Anjani. Atau ja
"Kalian tidak punya hak untuk menyuruh saya menyerahkan Anjani. Anjani calon istri saya, berani kalian menyentuh calon istri saya maka saya pastikan kepala kalian terlepas dari tubuh. Ren urus mereka, aku harus segera membawa Anjani ke rumah sakit!""Baik, Tuan!" Reno langsung memerintahkan anak buahnya untuk meringkus mereka."Anjaniiiii ... Anjani kamu di mana?" Anjani yang mendengar suara Dika memanggilnya membuat Anjani semakin panik. Revan segera mengajak Anjani masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan tempat itu.Dika yang mengetahui anak buahnya berhasil dibekuk Reno cs berniat ingin melarikan diri namun sayangnya dia tertangkap.***Saat dalam perjalanan, tubuh Anjani masih gemetar dan ketakutan setelah peristiwa tadi, dia terus mendekap erat Revan yang tengah memeluknya."Anjani, apa yang telah mereka lakukan padamu sampai bibirmu bengkak dan tanganmu juga sampai membiru? tanya Revan.“Tadi Mayra m
Mayra hanya mengabaikan pesan bundanya dan fokus menyetir namun teleponnya kembali berdering, dengan terpaksa Mayra mengangkat telepon dari bundanya.[Halo Bun, ada apa?][May, kamu di mana sekarang? Tadi anak buah Revan ke sini cari kamu. Kamu bikin masalah apa?][Aduh ceritanya panjang Bun, May nggak bisa ceritain sekarang. Nay lagi di jalan ini.][Ya sudah kalau begitu. Pokoknya untuk sementara kamu harus pergi dulu dari kota ini Nak, pergi yang jauh demi keamanan kami. Bunda bakal usahain biar Ayah nggak tahu tentang masalah ini.][Tapi aku harus ke mana saat ini Bun? Aku bingung tidak punya tujuan!][Untuk sementara kamu sembunyi saja di rumah Bibi Nindi. Mereka nggak akan bisa melacak keberadaanmu. Bunda akan menghubungi Bibi Nindi untuk mengabari kedatanganmu, tapi rumahnya di pulau lain kamu nggak apa apa kan? Kamu masih ingat jalannya kan?][Iya Bun, aku masih ingat alamatnya. Nggak apa apa Bun yang penting aku aman dulu.]
Anjani mendongak melihat Revan dengan tatapan penuh tanya. "Memangnya ada apa Mas?"Revan menghembuskan nafas kencang. Dia sendiri sudah menantikan momen ini namun terpaksa harus menahannya."Beberapa hari lalu aku sempat melihat konten ceramah tentang pernikahan yang disebabkan karena kecelakaan. Dan tadi aku sempat bertanya pada Penghulu, katanya kita harus mengulang akad lagi setelah kamu melahirkan Jan. Karena jika tidak sama saja kita berbuat zina. Jadi mau tidak mau kita harus menahan dulu," ucapnya lesu.Anjani tersenyum pada Revan. "Tidak apa apa Mas, pernikahan bukan hanya tentang menyalurkan nafsu saja kan?""Terima kasih atas pengertiannya Anjani. Maafkan aku karena telah menikahimu di keadaan yang bahkan kamu sendiri tidak menginginkannya. Tapi aku berjanji akan selalu berusaha melindungi dan membahagiakanmu Anjani," ucap Revan tulus.Akhirnya mereka berdua menghabiskan malam pertama dengan berbagi cerita dan saling mengenal lebih dalam satu sama lain.***Sementara di rum
Raisa dan Arya duduk bersebrangan di meja makan dapur. Arya yang terbiasa sarapan sepagi ini sudah memasak nasi goreng dan telur ceplok. Tak lupa dia juga mengambilkan makanan itu untuk Raisa."Sebenarnya kamu ini siapa? Dan kenapa aku bisa ada di apartemen kamu?" tanya Raisa memecah keheningan. Dia mengamati Arya yang sedang menikmati nasi gorengnya sambil bermain hape."Kenalin, aku Arya. Tadi malam kamu mabuk berat dan aku pikir sebaiknya kamu kubawa ke sini dari pada membahayakan keselamatan kamu kalau aku tinggal di sana. Lagian kamu itu sepertinya wanita baik baik kenapa bisa sampai mampir ke bar? Bahkan sampai menenggak minuman beralkohol sampai mabuk berat. Kalau kamu namanya siapa?""Namaku Raisa. Sebenarnya aku lagi galau banget, lagi kecewa sama seseorang dan melampiaskannya dengan minum di bar," ucap Raisa sambil mengaduk nasi gorengnya."Memangnya kenapa?" tanya Arya yang sebenarnya sudah tahu sedikit saat Raisa mabuk tadi malam."Aku
Raisa masih terdiam mencerna setiap kalimat yang Arya lontarkan, dia berusaha mencari letak kesalahannya sendiri. Dia membenarkan ucapan Arya dalam hati tapi masih gengsi untuk mengakui dan selalu ingin menyangkalnya. "Aku merasa bahagia saja sejauh ini, selama apa yang kuinginkan bisa kugapai dengan uang kenapa tidak? Bahkan aku bisa memisahkan Revan dan Anjani dengan uang. Aku tinggal meminta Papaku melakukan itu." "Kamu itu wanita terhormat, tapi kenapa kamu malah memilih mengejar lelaki yang sudah jelas beristri?" Pertanyaan Arya sukses membungkam Raisa.Raisa hanya diam saja, egonya sangat tersentil dengan pertanyaan Arya barusan. Sedangkan Arya yang harus meeting segera menyelesaikan sarapannya."Renungkan semua pembicaraan kita pagi ini. Aku mau berangkat ke kantor dulu, kalau kau mau pulang silahkan kalau masih mau di sini juga tidak masalah. Ingat, berpikirlah sebelum kau bertindak dan jangan gegabah karena masa depanmu yang akan jadi taruhannya." Sesudah itu Arya meninggal
"Nak, Bibi mohon hentikan kegilaanmu sebelum kamu melangkah terlalu jauh," peringat bibi Nindi."Bibi tak perlu terlalu ikut campur masalahku. Bibi hanya perlu menampungku di sini sampai keadaan kembali aman," bantah Mayra.Bibi Nindi menghembuskan nafasnya kasar, keponakannya ini memang sangat keras kepala. "Ya sudah terserah kau mau berbuat apa, asal kau harus ingat jika penyesalan selalu datang terlambat, Nak!" "Aku tak pernah menyesal atas apa yang sudah aku lakukan!" ***Sementara di seberang sana, Fatma menangis tersedu sedu setelah mendengar percakapan Mayra dengan Nindi. Dia sengaja menelepon Nindi saat sedang bersama Mayra. "Aku gagal mendidik anak, aku gagal," ucapnya dalam kepiluan.Tiba tiba sang suami datang menghampirinya."Bun, kamu kenapa menangis seperti ini?" tanya Bekti sambil merangkul Fatma untuk duduk di sofa."Yah, kita gagal mendidik anak kita Yah. Anak kita sekarang salah jalan dan itu semua terjadi akibat kita memanjakannya.""Sudahlah, jangan disesali. K