Keesokan harinya, Revan berangkat ke kantor pagi-pagi sekali."Sayang aku berangkat dulu, ya. Kamu baik-baik di rumah!" ucap Revan sambil memeluk Anjani."Kamu juga hati-hati ya Mas. Jaga mata jaga hati," ucap Anjani mengingatkan."Siap Bosku."***Mobil Revan segera meluncur ke perusahaan. Namun sesampainya di depan kantor dia dikejutkan dengan adanya beberapa bangkai dan kotoran manusia berceceran. Sepertinya ada yang sengaja membuangnya di lingkungan kantor. Beberapa karyawan yang berlalu lalang pun mengeluhkan kejadian ini."Kurang ajar, cepat segera bersihkan kekacauan ini!" titahnya pada OB.Tak sampai di situ saja, ruangan karyawan juga diacak-acak dan parahnya CCTV nya dirusak untuk menghilangkan bukti. "Untung saja kemarin aku mengunci ruanganku," gumamnya. Revan segera memindahkan berkas-berkas itu ke tasnya, rencananya dia akan menyimpannya di rumah saja. Dia lalu memulai pekerjaan di tengah kekacauan yang di ciptakan oleh orang tidak bertanggung jawab. Tepat setelah jam
Revan segera mengajak Anjani dan mertuanya masuk ke dalam. Dia seperti sedang bermain kucing-kucingan saat ini."Aku jelaskan di dalam saja ya Sayang."Mereka bergegas masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Anjani kembali mempertanyakan tentang mobil itu pada Revan. "Sebenarnya bukan hanya kamu yang diteror, tapi aku juga."Anjani membekap mulutnya, dia benar-benar tidak menyangka jika suaminya juga diteror."Apa yang mereka lakukan, Nak?" tanya Nurma penasaran."Tadi pagi mereka melemparkan kotoran manusia dan beberapa bangkai ke depan kantor, beberapa ruangan karyawan juga diacak-acak dan mereka merusak CCTV. Mereka juga berusaha membobol ruanganku, untung saja kemarin aku mengunci ruanganku saat hendak pulang," jelas Revan."Lalu mengenai mobil?" tanya Anjani."Ada yang sengaja menyabotase mobil itu. Jika saja tadi Andre tidak menghalangi jalanku, entah apa yang akan terjadi padaku. Aku berhutang nyawa padanya," jawab Revan seraya tersenyum pada Anjani."Tapi siapa yang
"Pa, kamu tuh gimana sih? Itu darah daging kamu lho, Pa! Jangan kejam sama anak sendiri!" cerca Fatma."Biarkan saja, sekali-kali anak itu harus diberi pelajaran supaya jera. Kamu harus tahu semua ini juga akibat kamu salah mendidiknya. Kamu terlalu memanjakannya sampai dia selalu berpikir harus mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa menyadari kalau tidak semua hal harus dia dapatkan!" sanggah Bekti. Fatma membisu tak berani menjawab, dia membenarkan setiap ucapan yang Bekti lontarkan. Rasa kasih sayang membuatnya lupa jika anaknya sudah berbuat jauh demi obsesi dan ambisinya. Akhirnya dia mendengarkan ucapan Bekti dan mencoba mengabaikan Mayra yang entah di mana keberadaannya saat ini. ***Keesokan harinya, keluarga Revan sudah pindah ke rumah yang sudah disiapkan oleh Revan. Dia sendiri juga menghandle semua pekerjaannya dari rumah begitu juga dengan Agung. Isu meninggalnya Revan membuat semua karyawan bersedih karena kehilangan idola mereka. Namun diantara semua karyawan Revan
Sementara Revan yang sedang fokus di depan laptopnya mendadak menghentikan aktivitas tatkala mendengar suara ponselnya berbunyi. "Tuan, pelaku sudah ditangkap!" "Baik, aku ke markas sekarang!" Tuutttt"Mau ke mana Mas?" tanya Anjani mengagetkan Revan yang sedang bersiap."Aku mau ke luar sebentar Sayang. Ada urusan mendadak. Aku pergi dulu!" "Hati-hati di jalan ya, Mas."***Revan segera memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Dia diterima oleh anak buah Reno yang sudah menunggunya dan langsung ke ruang bawah tanah.Bunga yang semula histeris langsung merasa mendapat angin segar saat melihat kedatangan Revan. Dia berharap Revan akan membantunya dari cengkeraman Reno dan Andre."Tuan, Tuan Revan tolong saya. Mereka menuduh saya ingin mencuri dan membuat kekacauan di perusahaan Anda. Tolong saya Tuan saya difitnah."Bunga bersimpuh di kaki Revan berharap Revan melakukan pembelaan untuknya. Namun harapannya tak sesuai kenyataan karena Revan malah menendangnya sampai terjungkal.
Sepanjang perjalanan, Revan tak henti-hentinya berdoa agar Andre selamat. Darah yang terus merembes ke luar membuat kesadaran Andre perlahan memudar. "Andre, kau harus kuat kau harus bertahan Ndre. Aku masih membutuhkanmu. Aku janji akan memberimu liburan jika kau sembuh nanti, Ndre kumohon bertahanlah."Dia juga menyuruh Reno menambah kecepatan mobilnya. "Cepetan Ren kasihan Andre!" ***Sesampainya di rumah sakit Andre segera mendapat penanganan intensif dari dokter."Tuan Andre sedang dalam masa kritis karena beliau kehabisan banyak darah. Belati yang tertusuk juga menembus organ dalam jadi kami harus segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Tuan!" kata dokter setelah keluar dari ruang tindakan."Baik saya akan urus semuanya sekarang. Lakukan yang terbaik untuk Andre!" Setelah selesai mengurus Andre, Revan segera mengabari Anjani jika dia pulang akan pulang malam agar Anjani tidak menunggunya.***Sementara di rumah, Anjani yang mencemaskan Revan karena belum pulang sedari sian
Revan terbangun karena teriakan Anjani yang nyaring saat mengigau. Dia segera membangunkan istrinya itu."Sayang, bangun Sayang ini aku suamimu."Anjani terbangun dalam keadaan nafas tersengal. Dia memeluk suaminya dengan erat, Revan segera mengambilkan minum untuk Anjani."Mas aku takut, Mas. Aku tidak ingin bersama Ibu dan Ayah lagi, mereka jahat terutama Ibu, Mas." Trauma Anjani yang sangat mendalam membuat Revan geram sekaligus sedih. Dia tidak bisa membiarkan ini terlalu lama, dia takut hal ini akan berdampak pada kedua buah hati mereka."Tenang ya Sayang kamu aman, di sini tidak ada Ibu dan Ayah. Besok kita ke psikiater ya Sayang, di sana kamu bisa cerita sepuasnya." Anjani hanya mengangguk, tubuhnya sampai berkeringat dingin karena mimpi buruk itu.***Hari berikutnya, Revan benar-benar memaksa Anjani untuk ke psikiater. Setelah melakukan bimbingan, Anjani menjadi sedikit lebih tenang. "Sayang setelah ini Mas kembali ke perusahaan ya. Andre sedang sakit jadi Mas yang handle s
Karena mereka sangat berisik, perawat datang untuk menegur karena mereka berdua ribut di tempat yang salah."Mohon maaf tolong jangan membuat keributan di sini, kalau ingin bertengkar sebaiknya di luar saja. Di sini ada banyak pasien yang sedang berjuang untuk kesembuhan. Mohon pengertiannya!" Akhirnya mereka semua terdiam. Namun di hati Linda, dia sangat membenci Anjani dan keluarganya.***Sementara di tempat lain, Dika tersenyum puas setelah mengetahui jika Revan tengah koma. "Bagus, akhirnya lelaki itu tumbang. Kini aku bisa bebas kembali dan merebut Anjani tanpa harus khawatir dengan mereka. Anak buah Revan tak mungkin akan bergerak tanpa perintah dari bosnya," gumam Dika. Dia segera mentransfer sisa pembayaran sekaligus bonus pada orang suruhannya. Setelah itu, Dika bergegas bersiap untuk pulang.Dika sangat menikmati perjalanannya karena dia merasa sudah menang dari Revan hingga tanpa dia sadari mobil yang dikendarainya remnya blong."Apa yang terjadi? Kenapa remnya tidak be
Dua hari telah berlalu, kini kondisi Andre sudah berangsur membaik. Namun berbeda dengan Revan, suami Anjani sampai saat ini masih belum sadarkan diri dan Linda semakin menyalahkan Anjani atas hal ini. Apa lagi Hendra dan Mila belum bisa kembali dalam waktu dekat membuat Linda bisa lebih leluasa untuk mendekati kembali anak tirinya itu."Ngapain kamu ke sini? Belum puas kamu sudah membuat Revan selalu kena sial?" ucap Linda kasar saat mengetahui Anjani hendak masuk ke ruang perawatan Revan."Kenapa Anda masih bertanya alasan saya ada di sini, Tante? Saya di sini karena suami saya sedang sakit!" jawab Anjani tenang."Saya tidak mengizinkan kamu untuk di sini, jadi sebaiknya kamu pulang saja. Saya bisa merawat anak saya sendiri!" "Anak? Apakah saya nggak salah dengar? Anak yang dulu sering Anda terlantarkan bahkan sampai saat ini pun Anda hanya datang jika sedang membutuhkannya saja? Bahkan Mas Revan saja sudah enggan memanggil Anda dengan sebutan 'Mama'. Tapi kok sepertinya Anda ini