Kedua bodyguard itu menampakkan raut wajah terkejut. Namun mereka tetap saja tidak memperbolehkan Agung dan Anjani masuk. "Menyingkir atau saya seret kalian ke polisi!" ancam Agung."Maaf kami hanya menjalankan perintah, jangan mengancam kami."Dengan terpaksa, Agung mengerahkan orang suruhan yang dia bawa untuk melawan dan menyeret paksa para bodyguard ini.***Sementara di dalam ruangan, Revan yang sudah sadar mencari-cari keberadaan Anjani, namun Linda selalu saja mengatakan jika Anjani tidak mau merawatnya."Tante, aku tahu Tante berbohong. Aku paham betul bagaimana sifat istriku, tidak mungkin dia membiarkanku di sini sendirian. Jadi tolong jangan menghalangiku untuk bertemu dengan Anjani!" tegas Revan sedikit lemah."Tapi mana buktinya? Dia tidak ada di sini kan? Orang tuamu juga di mana? Mereka nggak peduli kan sama kamu? Cuma Mama yang peduli sama kamu, Nak harusnya kamu sadar!" jawab Linda berusaha mempengaruhi.Revan memutar bola matanya. Selalu seperti ini jika dia sedang
"Bukan begitu maksud Tante, Van tapi-" "Sudahlah lebih baik Tante pergi dari sini. Aku tidak ingin keberadaan Tante di sini membuat Anjani menjadi tidak nyaman!" usir Revan pada Linda. "Kamu ngusir Tante, Van? Ingat ya Van selama kamu nggak sadar, Tante lah yang menjaga dan merawat kamu. Istrimu tidak pernah menyentuhmu!" sergah Linda. "Aku tidak bisa menemui dan merawat Mas Revan juga karena perbuatan Tante. Tante bahkan menyuruh satpam buat mengusir aku dan Mama dengan alasan kami mengganggu kenyamanan pasien. Lalu kenapa sekarang Tante Linda menyalahkan Anjani atas semua ulah Tante?" tanya Anjani balik. Mulut Linda mengatup tak berani membantah lagi karena setiap ucapan yang Anjani lontarkan memang benar adanya. Semakin dia mencari pembelaan maka perbuatannya akan segera terbongkar dan Revan pasti akan sangat marah. “Ya sudah Tante pulang saja. Kehadiran Tante sudah tidak dibutuhkan lagi di sini.” Linda melengos pergi. Anjani menghembuskan nafasnya, menghadapi orang seperti L
"Tenangkan dirimu dulu Hen, untuk apa kita harus susah-susah menangkapnya? Sedangkan dia saja sudah digerogoti belatung di dalam tanah," jawab Agung santai."Apa lagi maksudmu Gung?""Dika sudah meninggal."Hendra semakin tercengang dengan kabar yang baru dia dapat. Dalam sejenak dia tenggelam dalam lamunannya sendiri. Rasanya sangat tidak mungkin jika Dika meregang nyawa setelah mencelakai Revan. "Apakah Dika bunuh diri?" tanya Hendra setelah bangkit dari keterkejutan."Tidak, dia mengalami kecelakaan saat menuju perjalanan pulang. Sesaat setelah sempat menyabotase mobil Revan, dia melarikan diri ke luar kota. Mungkin ini balasan yang harus dia terima dari semua perbuatannya!" ucap Agung."Pantas saja. Lalu bagaimana perkembangan kasusnya sekarang?" "Polisi masih mengejar pelaku yang sengaja menaruh ranjau di sekitar jalan yang dilewati Revan. Satu lagi, asisten yang sudah mencelakai Anjani juga sudah tertangkap!" ujar Agung panjang lebar."Dari mana kamu tahu mengenai peristiwa it
Namun sepertinya lelaki itu enggan untuk membuka mulutnya. Dia tetap bungkam demi melindungi identitas orang yang sudah menyuruhnya. “Sepertinya dia punya jasa yang sangat besar padamu hingga kau begitu loyal melindungi identitas pelaku,” ucap Hendra lagi. “Sampai kapan pun aku tidak akan memberi tahu siapa saja yang terlibat dalam kasus ini, walau aku harus mati sekalipun!” ucap lelaki itu. “Baiklah kalau itu maumu. Kudengar kau punya istri dan seorang anak gadis di kampung. Bagaimana kalau aku beritahu mereka kalau kepala rumah tangga dan ayah yang selalu anakmu banggakan itu mendekam di jeruji besi karena kasus percobaan pembunuhan berencana? Atau aku culik saja mereka dan kubuang di tempat yang jauh agar kalian tidak bisa berkumpul lagi? Kau sendiri juga lebih memilih Tuanmu itu kan ketimbang keluargamu?” tanya Agung sambil tersenyum misterius. “Dari mana kau mengetahui tentang keluargaku? Jangan macam-macam dengan mereka!” jawab
Melihat perubahan ekspresi wajah suaminya membuat Anjani yakin jika orang yang datang kali ini pasti punya masalah dengan suaminya di masa lalu. Dia mengelus lengan Revan agar suaminya meredam emosinya."Mas, sabar ya jangan marah dulu," kata Anjani menenangkan.Tak berselang lama pemilik mobil itu ke luar dan semakin mendekat ke arah Anjani dan Revan. Melihat itu Anjani langsung paham akan kemarahan Revan.'Pantas saja Mas Revan, ternyata mereka yang datang!' batin Anjani sambil menatap kedua orang yang terus melangkah mendekat itu."Revan, bagaimana keadaanmu saat ini?" tanya Alex berusaha seramah mungkin."Untuk apa lagi Anda datang? Apa masih belum cukup Anda menoreh luka di keluarga saya?" tanya Revan dengan amarah yang tertahan.Tanpa aba-aba Rina langsung bersimpuh di kaki Revan dan Anjani."Nak, maafkan segala kesalahan Dika, Nak. Maafkan semua kekhilafan yang sud
Aku tersenyum sinis ketika Papa datang dan melemparkan pertanyaan yang sangat menjatuhkan harga diri lelaki congkak di depanku ini. Jika tidak ingat kalau aku sedang sakit dan ada Anjani di sampingku mungkin aku sudah melayangkan bogem mentah pada lelaki ini."Hendra, tahu apa kau tentang rumah tanggaku? Sebaiknya kau diam saja. Lihatlah, setelah menceraikan Linda kau bahkan langsung menikahi Mila. Perbuatanmu itu sungguh tidak pantas untuk ditiru. Apa kau sendiri tidak malu dengan kelakuanmu?" Akan tetapi aku melihat Papa tetap terlihat tenang saat Om Alex membalas pertanyaan yang diajukan Papa pada Tante Rina."Kenapa aku harus malu? Aku tidak berbuat serong selama pernikahanku dengan Linda. Aku malah dengan bodohnya terus memberi kesempatan pada Linda dan menahan semua rasa sakit ini sendirian padahal berulang kali dia mengkhianatiku dari belakang, dan semua kulakukan demi Revan. Sekarang Revan sudah dewasa, dia sudah bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Jadi untuk apa aku harus t
Rina yang kepalang geram dengan sikap suaminya langsung menyeretnya menjauh dari Revan. Di saat yang bersamaan, Valdi dan Ira datang ke rumah Agung. Mereka yang sudah dipersilahkan masuk oleh mbok Nem berhenti sejenak kala melihat keributan di rumah Agung."Valdi, Tante Ira, sejak kapan kalian di situ?" tanya Anjani kala dia melihat Valdi dan kedua orang tuanya mematung di sana.Anjani segera menghampiri keduanya dan mempersilahkan duduk. Akhirnya semua kembali kondusif setelah kedatangan Valdi sekeluarga."Kalian kok sampai repot-repot ke sini sih?" tanya Anjani pada Valdi."Kami dengar Nak Revan baru saja mengalami kecelakaan, Nak. Jadi Tante Ira mengajak Valdi buat menjenguknya," jelas Ira."Itu benar, Anjani.""Keadaanmu sendiri bagaimana? Apa sudah benar-benar sembuh?" tanya Anjani lagi."Alhamdulillah berkat bantuan donor darah dari Om Agung sekarang aku sudah sembuh. Terima kasih Om atas bantuannya saat itu. Aku tidak tahu bagaimana nasibku jika tidak Om tolong.""Sama-sama Nak
Sementara itu, Rina dan Alex yang sudah sampai di rumah langsung terlibat pertengkaran hebat. Rina mengamuk karena Alex masih terus membahas Linda."Aku benar-benar kecewa denganmu, Lex. Bisa-bisanya kamu masih membawa nama Linda di sana tadi. Apa sebegitu pentingnya Linda di hidupmu sampai kamu begitu membelanya saat dia dibuang Hendra?" "Rina, kenapa kamu selalu merasa cemburu jika aku menyebut Linda? Harusnya kamu bisa berpikir kenapa aku selalu membela Linda selama ini!" ujar Alex tak kalah garang."Oh apa karena selama ini dia selalu bisa memuaskanmu di atas ranjang lalu kau selalu membelanya?" "Selalu saja itu yang kamu bahas saat kita bertengkar. Tidak bisakah kita berdamai dengan masa lalu? Apa kamu kira aku nggak bosan dan jika lelah setiap hari kamu selalu membahas tentang hubunganku dan Linda di masa lalu?""Kenyataannya memang seperti itu kan, Lex? Kau menghianati dan membodohiku bertahun-tahun lamanya. Kau tidak mau menceraikanku karena kau takut akan kehilangan semua h